angkaberita.id – Menpar Sandiaga mengungkapkan Perpres relaksasi visa on arrival ke Kepri telah tahap finalisasi. Presiden Jokowi akan memutuskan skemanya. Apakah short term visa berlaku tujuh hari berbiaya 10 dolar AS.
Atau, justru skema visa kunjungan durasi 30 hari dengan tarif Rp 500 ribu. “Dua pekan lalu, saya telah menandatangani formulasi akhir yang akan disahkan melalui peraturan presiden,” kata Sandiaga di Batam, akhir Juni lalu.
Relaksasi visa kunjungan tadi menyasar ekspatriat di Singapura, atau wisman ke Kepri lewat pintu Singapura. Seiring depresiasi rupiah terhadap dolar AS beberpa waktu terakhir, Kemenpar seperti mendapatkan angin meloloskan relaksasi visa kunjungan.
Meski demikian, Menteri Sandi belum dapat memastikan Presiden Jokowi sreg dengan skema mana satu. “Jadi nanti hasil akhirnya yang kita harapkan, untuk short term visa yang diajukan daerah sekitar 10 dolar AS itu juga sebagai rancangan untuk itu. Seandainya yang visa ini tidak dipertimbangkan. Maka rancangan kedua yang menjadi opsi,” kelit Menpar Sandiaga di situs Kemenpar.
Gubernur Ansar berharap kabar Sandiaga tadi memberi angin segar bagi pelaku wisata di Kepri setelah Kemenpar juga merevisi target kunjungan wisman ke Kepri. Dengan skema border tourism, Kepri berharap banyak skenario short term visa. Alasannya, wisman paling lama menginap 2-3 hari di Kepri, khususnya Batam dan Bintan di akhir pekan.
Beda dengan WN Singapura, karena bebas visa, mereka kapanpun plesiran ke Batam tanpa takut kena pungutan. Hanya saja, mereka kini tersandera ongkos kapal feri Batam-Singapura pergi pulang masih tinggi dibanding dua tahun lalu. Sedangkan ekspatriat harapannya tak terpengaruh ongkos tadi.
Terpisah, Kadipar Kepri Guntur Sakti enggan berspekulasi soal skema visa kunjungan putusan Presiden Jokowi, khususnya skema relaksasi VoA paling cocok dengan kepentingan Kepri. Dia berkelit Menpar Sandiaga belum memberikan bocoran, meskipun disebut lebih menarik bagi Kepri. “Kita tunggu saja Perpres-nya ditandatangani Presiden (Jokowi) sesuai info Pak Menteri (Sandiaga), untuk menghindari spekulasi,” kata Guntur, Minggu (7/7/2024).
Asli Pekerjaan Rumah
Pekerjaan rumah terberat pariwisata di Kepri bukan mengegolkan relaksasi visa kunjungan. Tapi, menurut kalangan paham seluk beluk wisata Kepri, ialah mendistribusikan arus kunjungan wisman tak terkonsentrasi ke Batam dan Bintan saja. Istilahnya tourism linkage. “Sejak dulu belum berhasil,” beber veteran pariwisata di Batam, baru-baru ini.
Wisman, khususnya kalangan ekspatriat di Singapura, setiap hari ke Batam. Karena urusan pekerjaan mereka. “Jika weekend ya untuk plesir, termasuk kulineran,” kata dia. Khusus non ekspatriat, saran dia daerah di Kepri lebih kreatif mengemas destinasi dan atraksi wisata masing-masing.
Sebab, berkaca dari karakteristik wisman, selain sebagian mereka wisman selisih kurs, juga tak seluruh wisman tadi kalangan menengah atas di Singapura. Sedangkan wisman dari Malaysia, atraksi budaya kurang mengena karena serumpun. Mereka datang ingin mencari pengalaman lain, semisal kuliner tak ada di Semenanjung.
Wisman India peluang terbesar, hanya menurut dia, kurang banyak tempat makan selera India di Kepri, khususnya Batam. Padahal, mereka bisa stay di Kepri lebih lama. Wisman potensial dari China dan Korsel masih terbentur terbatasnya penerbangan reguler, alias megandalkan chartered flight alias carteran. (*)