COVID-19: Pinang Masih Terjangkit, Banyak Warganya Miliki Penyakit Bawaan Risiko Tinggi
angkaberita.id – Pandemi COVID-19 disebut berisiko tinggi pada pasien dengan riwayat penyakit bawaan (komorbiditas). Dengan kasus terus bertambah di Tanjungpinang, kewaspadaan harus ditingkatkan. Apalagi, banyak warganya mengidap penyakit bawaan bawaan, terutama hipertensi dan diabetes.
Dari tiga rumah sakit di Tanjungpinang, berdasarkan data selama 2019, penyakit diabetes dan hipertensi selalu tercatat dalam pasien rawat jalan dan rawat inap, termasuk di Puskesmas. Apalagi virus corona, kini telah bermutasi dalam berbagai varian, dan penularannya sangat cepat.
“Lebih mudah menular, penyebarannya lebih cepat. Apakah ini berbahaya?” kata Pakar Biomolekular Universitas Airlangga, Ni Nyoman Tri Puspaningsih, seperti dilansir CNBC Indonesia. “Ekspresi dari infeksi ini, ada ringan, OTG, ada sedang, berat, apalagi komorbid (punya penyakit lain) bisa sangat berbahaya,” sebut Ni Nyoman.
Artinya, lanjut dia, ada pengelompokan dari sel inang di manusia merespon terhadap infeksi virus. “Jadi tidak (bisa) dipukul rata semua sebabkan kematian,” jelasnya. Sebetulnya, angka kematian akibat virus corona lebih rendah dibanding virus lain. Namun penyebaran dan risikonya ke pasien dengan penyakit bawaan menjadi masalah kesehatan terbesar.
Di Kepri, kasus COVID-19 terus bertambah, bukan lagi hitungan satu digit namun telah dua digit, dan tersebar di empat daerah terjangkit di Bumi Segantang, yakni Batam, Bintan, Karimun dan Tanjungpinang. Secara nasional, angkanya bahkan mendekati 200.000 ribu kasus, dan belum ada tanda-tanda mereda.
Khusus Tanjungpinang, berdasarkan data BPS, terdapat sejumlah penyakit komorbiditas terpantau pada pasien berobat, termasuk pasien rawat inap di tiga rumah sakit di Bumi Gurindam. Belum lagi pasien komorbiditas berobat di Puskesmas.
Kendati porsinya terbilang kecil dibanding jumlah penduduk, namun perlu diwaspadai lantaran mereka termasuk berisiko tinggi jika terkena COVID-19. Jika tidak terinfeksi, kewaspadaan tetap harus diberikan. Dinkes Tanjungpinang dapat berpegang pada data itu sebagai deteksi dini.
Selain terus menanggulangi kasus terjadi sejauh ini, baik pasien COVID-19 rawat di rumah sakit maupun karantina mandiri. Hingga belum ditemukan vaksin, Dinkes harus tak kenal lelah mendengungkan protokol kesehatan ke publik.
Perwako tentang penanggulangan COVID-19 harus dimaksimalkan pelaksanaan, serta Walikota dan Ketua DPRD Tanjungpinang menjadi figur sentral dalam kampanye protokol kesehatan. Karena, tanggung jawab kesehatan warga Tanjungpinang, untuk sebagian nasibnya ada di tangan dua orang itu, sebagai pengambil kebijakan puncak di Bumi Gurindam.
Apalagi berdasarkan peta kerentanan COVID-19, skor Kepri di angka 0,06 alias berisiko sedang. Sedangkan Tanjungpinang, kendati memiliki tiga rumah sakit namun rasio tenaga medisnya terbilang pas-pasan, yakni 1 orang melayani 284 orang. Sehingga tenaga kesehatan rentan terjangkit COVID-19.
Di Kepri, berdasarkan data, telah belasan tenaga kesehatan terjangkit. Bahkan, sejumlah fasilitas kesehatan di Batam dan Tanjungpinang sempat tutup layanan IGD, begitu juga sejumlah Puskesmas. Kasus kematian, sejauh ini, baru dua. Meskipun secara nasional, tercatat 181 tenaga kesehatan meninggal, termasuk dokter.
(*)