Fri. Apr 19th, 2024

angkaberita.id

Situs Berita Generasi Bahagia

Ekspansi Hingga Ke Batam, Agung Podomoro Atau Summarecon Juragan Lahan Di Jabodetabek?

2 min read

pengembang besar di tanah sejak beberapa tahun terakhir berekspansi ke batam, produk properti mereka dengan mudah ditemukan di kota bandar madani/foto ilustrasi ikon batam jembatan fisabilillah menghubungkan pulau batam dengan pulau rempang via via id.wikipedia.org

Ekspansi Hingga Ke Batam, Agung Podomoro Atau Summarecon Juragan Lahan Di Jabodetabek?

angkaberita.id – Penyediaan lahan pembangunan rumah di perkotaan, khususnya hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) hampir mustahil dilakukan lantaran tingginya harga tanah. Kalaupun terwujud, lokasinya di pinggiran kota alias semakin jauh dari sentra bisnis dan pusat pekerjaan.

Khusus Jakarta, kondisi kian pelik lantaran hampir sebagian besar lahan sudah dimiliki korporasi properti alias pengembang besar. “Kenyataannya seperti Jabodetabek, lahan-lahan sudah dikuasai pengembang besar,” ungkap Khalawi Abdul Hamid, Dirjen Perumahan Kementerian PU di sela rapat kerja dengan DPR di Jakarta.

Lalu siapakah pengembang besar di Jabodetabek? Berdasarkan data kepemilikan lahan (land bank) emiten properti di pasar modal di tanah air, setidaknya hingga kwartal I-2020, seperti dilansir CNBC Indonesia, pemainya terbatas. Summarecon semisal, memiliki lahan seluas 699 hektare.

Sedangkan Agung Podomoro tercatat penguasaan lahan seluas 30 hektare. Namun emiten properti dengan kepemilikan land bank terluas ialah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dengan penguasaan land bank senilai Rp 12,090 triliun, meskipun hanya 14 persen di antaranya, setara Rp 1.778 miliar, berlokasi di Jabodetabek.

Namun luasan senilai itu telah cukup menjadikannya pemilik land bank lahan terbesar di Jabodetabek dibanding emiten lainnya. Besarnya penguasaan land bank BSDE, seperti diakui Direktur Bumi Serpong Damai Hermawan Wijaya, karena usahanya masih fokus mengembangkan proyek properti di Jabodetabek.

Jabodetabek sebutnya, juga masih akan menjadi pusat bisnis di tanah air, meskipun ibukota negara berpindah ke Kalimantan Timur. Di Serpong, pengembang Bumi Serpong Damai (BSD), menguasai lahan seluas 6.000 haktare. Nah, di antara emiten itu juga telah merambah bisnis properti di Batam.

Kota satelit itu kali pertama diresmikan pada 16 Januari 1984, bahkan jauh sebelum terbentuk Kota Tangerang Selatan. Selain menjadi kawasan hunian, berkonsep kota mandiri BSD juga menyediakan kawasan industri, perkantoran, perdagangan, pendidikan dan wisata. (*)

Bagikan