Fri. Apr 19th, 2024

angkaberita.id

Situs Berita Generasi Bahagia

Lolos Kali Pertama ke Liga Champions, Si Raja Catenaccio Italia Pernah Bermain di Atalanta

4 min read

atalanta lolos kali pertama ke liga champions setelah berkiprah selama 100 tahun lebih di persepakbolaan italia. timnas italia saat juara dunia 1982 berutang kehebatannya kepada atalantan lewat bek tangguhnya, gaetano scirio/foto TWITTER.COM/OPTAPAOLO via bolasport.com

Lolos Kali Pertama ke Liga Champions, Si Raja Catenaccio  Italia Pernah Bermain di Atalanta

angkaberita.id – Kini siapapun tak bisa menyepelekan Atalanta. Musim depan, klub bermodal pas-pasan ini bakal berlaga di Liga Champions. Lahir di tanah Lombardia, kawasan kaya utara Italia, Atalanta kiprah seratus tahunnya memang semenjana, kecuali Gaetano Scirea. Siapa dia?

Perjuangan tak mengenal menyerah skuat Atalanta di Liga Italia berbuah manis. Klub semenjana asal Bergamo, wilayah Lombardia di utara Italia, ini lolos kali pertama ke Liga Champions ini setelah mengamankan posisi ketiga di klasemen akhir Liga Seie A musim 2018/2019 di bawah Juventus dan Napoli.

Kepastian diperoleh setelah La Dea atau Sang Dewi, julukan Atalanta Bergamasca Calcio nama resminya, mengalahkan Sasuolo 3-1 di laga pamungkas Liga Serie A.

Berdiri pada 17 Oktober 1907, kesuksesan ke Liga Champions musim depan menandai pencapaian tertinggi klub sejak debut perdana ke Liga Serie A pada 1937.

Pahitnya degradasi dan manisnya promosi sudah menjadi keseharian selama 111 tahun mengarungi kompetisi sepakbola semua level di Italia. Sejak debut perdana ke Liga Serie A, Atalanta setidaknya telah menorehkan 50 penampilan terbaiknya, lolos langsung Liga Champions musim depan pretasi terbaiknya.

Tropi perdana sejak debut diperoleh tahun 1963 di ajang Coppa Italia setelah mengalahkan Torino 3-1 di final. Angelo Domenghini menjadi sosok di balik kesuksesannya sekaligus melejitkan namanya ke level Italia, termasuk saat berlabuh ke Inter Milan.

Nama besar lain pernah berkiprah di sini, antara Gaetano Scirea, Roberto Donadoni, Filippo Inzaghi, Christian Vieri, Riccardo Montolivo dan Cristiano Doni. Christiano Doni bahkan merupakan legenda klub.

Masa keemasan Atalanta terjadi akhir era 1980-an dan awal 1990-an, saat klub menjadi langganan Serie A dengan aksi brilian pemain Argentina Claudio Caniggia dan Evair. Prestasi terbaiknya saat itu, perempat finalis Piala UEFA dan semi finalis Cup Winner Cup.

Sejak itu, ‘Sang Ratu Klub Provinsi’ terdegradasi dan berkompetisi di level Serie B sebelum akhirnya promosi kembali ke Serie A di musim 2011, sejak itu Atalanta penampilannya stabil dan terus bermain di level tertinggi.

Berikut sejumlah fakta menarik di balik kesuksesan Atalanta musim ini disarikan dari berbagai sumber:

1.Lolos Langsung Liga Champions

Mengakhiri kompetisi di peringkat ketiga membawa Atalanta lolos langsung ke Liga Champions tanpa perlu melakoni babak kualifikasi musim depan. Ini menjadi kesuksesan pertama dan tertinggi Atalanta ke kompetisi level eropa.

2.Tak Terkalahan Hingga Akhir Kompetisi

Penampilan stabil selama 13 laga terakhir membuat Atalanta kokoh di papan atas klasemen Liga Serie A. Sejak kalah dari Torino pekan terakhir Februari 2019, Atalanta tak pernah sekalipun kehilangan poin dari lawannya.

Bahkan, pencapaiannya terbilang menawan terbukti dalam rentang waktu itu, Atalanta mencatatkan diri sebagai tim paling produktif di Liga Seri A musim ini, dengan 9 kemenangan dan 4 kali hasil seri.

3.Musim Terbaik Sejak Berdiri

Tiga besar di Liga Serie A menjadi pencapaian terbaik Atalanta sejak 111 tahun kelahirannya. Prestasi tertinggi sebelumnya mengakhiri Liga Serie A pada urutan keempat musim lalu, 2016/17. Uniknya, pencapaian musim ini dibanding dua tahun musim lalu secara statistik kalah jauh.

Saat menjadi empat besar di musim 2016/17, Atalanta meraup 72 angka, hasil 21 menang, 8 seri dan 8 kali kalah. Musim ini, skuat Gian Piero Gasperini hanya membukukan 66 poin, hasil 19 menang, 9 seri dan 9 kalah.

4. Prestasi Maksimalis Dengan Modal Minimalis

Berstatus klub semenjana, keuangan klub memang belum sedigjaya Juventus, Inter Milan atau klub ‘darah biru’Liga Serie A lainnya. Bahkan, belanja gaji pemain klub musim ini malam belum cukup buat membayar gaji Christiano Ronaldo, bintang Juventus.

La Gazzetta della Sport pada September 2018 menulis, Atalanta musim ini mengeluarkan dana 27 juta euro setara Rp 435 miliar untuk membayar gaji Papu Gomez Cs.

Sedangkan Juventus, hanya untuk gaji bersih Christiano Ronaldo saja, mengelurkan koceknya sebesar 31 juta euro setara Rp 500 miliar per musim di Bianconeri.

gaetano scirea, legenda juventus sekaligus pentolan atalanta saat italia juara piala dunia 1982/foto juventus.com

Si Otak Pertahanan Gerendel Italia

Berbeda dengan Tim Oranye Belanda yang mengusung Total Footbal di era keemasan Johan Cruyff, Timnas Italia menjuarai Piala Dunia 1982 di Spanyol dengan taktik bermain pertanahan berlapis alias sistem gerendel alias Catenaccio.

Penerjemah utama taktik tak lazim Enzo Bearzot ialah Gaetano Scirea, libero Juventus saat itu. Berduet dengan Claudio Gentile, di Juventus dan Timnas Italia, keduanya menjadi jaminan pertahanan aman gawang Dino Zoff sehingga meringankan beban Paolo Rossi mencetak gol ke gawang lawan.

Argentina merasakan saktinya pertahanan ini. Maradona nyaris mati kutu dengan aksi jegal dan tempel ketat ala Claudio Gentile, yang dijuluki si tukang jegal. Jerman di final bahkan kesulitan menembus pertahanan khas Juventus, musuh besar Liverpool di era 1980-an.

Bahkan, ada olok-olok, pemain model ini main bukan untuk bermain melainkan untuk mengirimkan pemain lawan ke luar lapangan. Berbeda dengan Gentile, Scirea mengomandani pertahanan Italia dengan lugas, dia juga menjadi pemimpin pertahanan berwibawa.

Status liberonya mungkin setara Der Kaizer, Frans Beckenbauer saat membawa Jerman Barat mengempaskan Belanda di final Piala Dunia 1974. Scirea lahir di Cernusco sul Naviglio, Milan, 25 Mei 1953. Dia berasal dari Sisilia, provinsi ujung selatan Italia.

Debut Serie A dilakoni sebagai pemain Atalanta berlaga kontra Cagliari pada 24 September 1972. Selama dua musim, dia bermain di Bergamo sebelum akhirnya dilirik Juventus yang saat itu mengandalkan Atalanta sebagai penyuplai pemain belakang.

Selama 397 penampilannya di Serie A, dia hanya mencetak 24 gol saja. Di Juventus, formasi paten mereka berpindah ke Timnas Italia dengan formasi pemain hampir sama persis. Claudio Gentile, Antonio Cabrini dan Dino Zoff di bawah mistar gawang.

Dunia mengenangnya sebagai bek terbaik dunia. Namun penggila bola di Italia juga mengenalnya sebagai bek yang membuat Franco Barresi, bek legendaris AC Milan dan Timnas Italia lainnya, harus menunggu dua tahun agar dapat mengisi posisinya. (*)

Bagikan