Beri Pelatihan SMK, Industri Dapat Pengurangan Pajak Super. Begini Penghitungannya

Ilustrasi industri di Tanah Air/Foto Antara/Asep Fathulrahman via bisnis.com

angkaberita – Melengkapi kebijakan libur pajak (tax holiday) dan subsidi pajak (tax allowance), pemerintah menyiapkan kebijakan super deductable tax sebagai insentif fiskal ke dunia industri.

Kebijakan itu demi mempercepat industri manufaktur menuju revolusi industri 4.0. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan,

penerapan kebijakan pengurangan pajak super alias super deductible tax ini demi mendukung inisiatif Menuju Indonesia 4.0 alias Making Indonesia 4.0.

Super deductible tax merupakan penambahan faktor pengurangan pajak penghasilan (PPh) di atas 100% sehingga yang dibayarkan badan usaha semakin kecil.

Insentif fiskal ini diperuntukkan bagi industri yang berinvestasi untuk kegiatan vokasi serta kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D).

Dalam hal ini, seperti dilansir laman situs bisnis.com, Kemenperin telah mengusulkan skema keringanan pajak hingga 200% untuk industri yang berinvestasi untuk pendidikan vokasi, dan 300% bagi yang terlibat dalam kegiatan R&D untuk menciptakan inovasi.

“Keduanya termasuk dalam strategi prioritas Making Indonesia 4.0,” ucapnya dalam keterangan pers yang dikutip Rabu (21/2/2019).

Sebagai contoh pemberian insentif pajak ini, perusahaan membangun pusat inovasi (R&D) di Indonesia dengan nilai investasi sebesar Rp1 miliar,

pemerintah akan memberikan pengurangan terhadap penghasilan kena pajak Rp3 miliar selama 5 tahun kepada perusahaan tersebut. Jadi bentuk pengurangannya, dari biaya litbangnya dikalikan tiga.

Kemudian, apabila perusahaan menjalin kerja sama dengan sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk memberikan pelatihan dan pembinaan vokasi serta penyediaan alat industri

hingga kegiatan pemagangan dengan menghabiskan biaya Rp1 miliar, pemerintah akan memberikan pengurangan terhadap penghasilan kena pajak sebesar Rp2 miliar kepada perusahaan tersebut. (*)

Bagikan