Cara Trump Akali Kegagalan Tangani COVID-19 di Amerika Serikat: Gertak Sambal China, Manjurkah?
angkaberita.id– Pandemi COVID-19 agaknya benar-benar membuat Donald Trump, Presiden Amerika Serikat kehilangan akal demi meyakinkan pemilih fanatiknya saat Pilpres pada November mendatang.
Setelah menyerang Barrack Obama, Presiden Amerika Serikat sebelumnya, kini Trump dikabarkan berancang-ancang memutus hubungan dengan China. Trump seperti dilansir CNBC Indonesia, bahkan dikabarkan tak tertarik lagi berbicara dengan Presiden China, Xi Jinping.
Dalam suatu wawancara dengan jaringan berita Fox News, stasiun televisi sekutu utamanya, Trump mengaku kecewa lantaran China dinilai gagal menahan pandemi sehingga berimplikasi pada perjanjanji damai dagang mereka pada Januari 2020. “Mereka seharusnya tidak membiarkan ini terjadi,” kata Trump dikutip Reuters.
Trump mengklaim dirinya tak mau berbicara dengan Xi Jinping. Bahkan ia berujar, bisa melakukan banyak hal untuk “menghukum” China, termasuk memutus seluruh hubungan telah terjalin sejauh ini. Klaimnya, dengan memutuskan hubungan itu negaranya dapat menghemat duit hingga 500 miliar dolar Amerika.
Namun, gertal sambal itu diyakini dari manuver politiknya menjelang duelnya kontra Joe Biden, kandidat presiden usungan Partai Demokrat. Apalagi belakangan, kubu Trump terus memainkan isu China sebagai narasi utama terkait pandemi COVID-19.
Berdasarkan penelusuran ke sejumlah pemberitaan media. Kubu Trump berusaha menutup kegagalannya menangani pandemi COVID-19 di negeri dengan menyalahkan pihak lain. Selain China, dengan terus bertahan dengan istilah Virus Wuhan meskipun WHO secara resmi menyebut pandemi COVID-19.
Trump juga memainkan kartu gugatan ke China dan tuntutan penyelidikan independen terhadap pandemi COVID-19. Langkah gugatan hukum telah dimulai dengan Missouri, negara bagian pendukung Trump lewat kejaksaan setempat menggugat China ke pengadilan.
Tuntutan penyelidikan pandemi COVID-19 di China hendak digulirkan menjadi isu internasional, dengan Australia menjadi pendukung tuntutan itu. Sikap berbeda justru terlihat dari negara-negara anggota Uni Eropa. Manuver selanjutnya dengan menekan WHO melalui penyetopan anggaran operasional.
China bukannya tinggal diam. Begitu Trump setop anggaran WHO, Xi Jinping memerintahkan negaranya memberikan hibah dana operasional ke WHO. Begitu juga saat Australia terus berteriak-teriak, Dubes China di Australia secara tersirat menyatakan Beijing bakal meninjau ulang hubungan perdagangan, khususnya impor daging sapi dan pengiriman mahasiswa ke Negeri Kangguru itu.
Dua sektor itu, sejauh in memang menjadi pundi-pundi pendapatan Australia. Soal istilah Virus Wuhan, China sedikit tenang karena Uni Eropa dan banyak negara dunia lainnya terbilang tak segendang sepenarian dengan Amerika Serikat.
(*)