
Pengangguran: Ancaman Bagi Pertumbuhan Ekonomi Kepri
Ir. Zunadi, M.NatResEcon*)
EKONOMI dunia tidak sedang baik-baik saja. Pertumbuhan global diperkirakan melambat dari 6,0 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022. Inflasi global diperkirakan akan meningkat dari 4,7 persen pada tahun 2021 menjadi 8,8 persen pada tahun 2022. Ekonomi banyak negara masuk pada tahap stagflasi, mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dan dirongrong kenaikan inflasi yang cukup tinggi.

Sampai dengan triwulan III 2022 ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,40 persen. Capaian yang patut diapresiasi mengingat banyak negara mengalami perlambatan ekonomi. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2022 sebesar 5,86 persen, turun sebesar 0,63 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021.
Pertumbuhan Ekonomi dan TPT Kepri
Pertumbuhan ekonomi Kepri year on year pada triwulan III 2022 mencapai 6,03 persen tertinggi selama lima tahun terakhir. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Kepri sampai triwulan III 2022 mencapai 4,63 persen. Jika ekonomi Kepri pada triwulan IV 2022 mampu tumbuh di atas 6 persen, kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi Kepri selama tahun 2022 mampu tumbuh menembus angka 5 persen.
Namun demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2022 menunjukkan angka cukup mengkhawatirkan yaitu sebesar 8,23 persen, tertinggi nomor dua di tingkat nasional setelah Provinsi Jawa Barat, sebesar 8,31 persen.
Kondisi itu perlu diwaspadai dan dimitigasi dengan baik mengingat pengangguran tinggi mengindikasikan kapasitas sumber daya manusia tidak terserap secara optimal pada proses produksi barang dan jasa. Ekonomi tidak mencapai full employment. Sehingga potensi mencapai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi tidak tercapai.

sumber: bps provinsi kepri
Problem ketenagakerjaan lainnya adalah masih tingginya tingkat setengah pengangguran, yakni mencapai 57,2 ribu orang atau mencapai sekitar 4,54 persen. Seperti diketahui, Setengah Pengangguran adalah mereka bekerja kurang dari 35 jam seminggu, dan masih mencari atau menerima pekerjaan tambahan.
Jika pemerintah dan dunia usaha mampu menyediakan lapangan kerja, potensi setengah pengangguran ini dapat ditingkatkan lagi jam kerjanya sehingga akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto akan meningkat yang berarti terjadi pertumbuhan ekonomi
Problem berikutnya adalah disparitas Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang masih cukup tinggi antara laki-laki dan perempuan. Di Kepri, dari rilis BPS Provinsi Kepulauan Riau diketahui TPAK laki-laki mencapai 86,44 persen sedangkan TPAK perempuan baru mencapai 50,68 persen. Dengan mendorong perempuan untuk masuk ke pasar kerja diyakini akan meningkatkan perekonomian suatu wilayah.
Unjuk Saran
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi mengindikasikan kebijakan ekonomi yang diambil sudah on the track. Namun demikian stakeholder terkait perlu untuk melakukan langkah-langkah yang efektif untuk menurunkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka yang sudah lampu kuning.
Pertama, menciptakan lapangan pekerjaan melalui kebijakan yang pro investasi baik melalui Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dengan meningkatnya investasi akan terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja. Peningkatan investasi yang signifikan penulis yakin akan mampu mengembalikan kejayaan Kepri, dimana perekonomian Kepri pernah tumbuh sampai dua digit.
Kedua, Link and Match antara dunia Pendidikan dan dunia usaha. Proporsi Pendidikan vokasi ditingkatkan. Balai-balai latihan kerja diefektifkan untuk menjembatani kebutuhan dunia usaha dengan sumber daya manusia yang tersedia.
Ketiga, mendorong kewirausahaan atau entrepreneurship bagi generasi muda. Lulusan sarjana seharusnya menjadi Job Maker bukan Job Seeker. Negara-negara yang berhasil tumbuh lebih cepat biasanya mempunyai persentase wirausahawan yang cukup tinggi. Menurut Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki, jumlah wirausaha Indonesia, masih sangat terbatas, hanya 3,18 persen. Jauh tertinggal dari negara ASEAN, seperti Singapura 8,76 persen, Thailand 4,26 persen dan Malaysia 4,74 persen. Sedangkan negara-negara maju sudah mencapai 10-12 persen
Keempat, mendorong Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan meningkat melalui women-preneurship atau mom-preneurship. Dengan semakin banyaknya perempuan berusaha dan masuk pasar kerja akan mendorong meningkatnya produksi barang dan jasa dan pada gilirannya pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
Kelima, membangun hubungan industrial yang harmonis. Hal ini penting mengingat dari hasil Sakernas Agustus 2022, persentase penduduk bekerja menurut status pekerjaannya terbanyak di Kepri adalah buruh/karyawan. Hubungan industrial yang baik akan membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan investasi. Investor akan hengkang satu per satu jika dari hari ke hari diwarnai dengan demo dan mogok kerja. (*)
*) Statistisi Ahli Madya Di BPS Kabupaten Sleman Dan Pernah Berdinas Di BPS Kepri
DISCLAIMER: Setiap tulisan di rubrik kolom sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulisnya masing-masing