angkaberita.id – Malaysia agaknya tengah keranjingan membangun pusat perbelanjaan tak peduli sepi atau ramai pembeli. Kini, bahkan belasan lokasi tengah pembangunan. Mereka tersebar di sejumlah negara bagian. Saat sepi, sejumlah pemilik lapak menyiasati dengan menyewakan menjadi lokasi menambang bitcoin.
Dengan jumlah penduduk 22 juta jiwa, Malaysia tercatat memiliki sebanyak 1.000 kompleks pusat perbelanjaan dengan segala strata title-nya. Tahun 2022, berdasarkan data, hampir 40 persen lokasinya di Kuala Lumpur dan sekitarnya. Jumlah persisnya sebanyak 727 mal. Praktis, persaingan pengelola mal menarik pengunjung ketat.
Sejumlah penyewa mengeluhkan kondisi sepi pembeli. Sebagian lain mengaku usahanya berkembang. Selain lokasi, pengakuan mereka, pengunjung juga enggan datang ke pusat perbelanjaan dengan pengelolaan apa adanya. Sedangkan mereka mengaku usahanya berkembang, biasanya buka usaha kuliner dan dekat dengan pengelola mal.
Selebihnya kondisi pusat perbelanjaan di sana “mati satu tumbuh seribu”, tak peduli ada atau tiada pengunjung. Saking kesal dengan kondisi tadi, seperti dilansir aljazeera pekan lalu, sejumlah penyewa berinisiatif dengan ide nyeleneh, termasuk menyewakan buat usaha penambangan bitcoin. Di Malaka, pengelola mal di sana menggandeng investor Singapura.
“Kami akan mengelola ulang mal (termasuk menghadirkan) usaha penambangan uang kripto,” kata pengelola merujuk cryptocurrency. Seperti di Batam, pusat perbelanjaan dengan banyak lapak kuliner dan hiburan menjadi buruan pengunjung,bukan pembeli. Istilahnya, meminjam Bahasa Jawa, “Sing Teko Ora Tuku-tuku, Sing Tuku Ora Teko-teko”, kecuali meriung makan minum dan cari angin. (*)