Kepri Bakal Ekspor Listrik Ke Singapura Pakai Duit China?
angkaberita.id - Kendati sejumlah kesepakatan telah diteken di Batam, Kepri kemungkinan baru akan mengekspor listrik berbasis tenaga surya alias PLTS ke Singapura mulai tahun 2030. Selain mempersiapkan investasi infrastruktur industri panel surya, juga sejalan dengan skenario energi PLN.
Nah, investor China disebut-sebut telah mengontak Kemenko Marititim Dan Investasi (Marves) berinvestasi ke industri panel surya penunjang PLTS dengan lokasi di Bangka Belitung. Kepri bakal ekspor listrik ke Singapura pakai duit China?
Kepada CNBC Indonesia, Jumat (24/3/2023), Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengungkapkan ekspor Kepri baru dilakukan setelah tahun 2030. Alasannya, Indonesia perlu waktu membangun industri energi baru terbarukan (EBT).
Khususnya pabrik panel surya. "Saat ini, kita masih punya (suplai) listrik cukup banyak di Indonesia, sehingga berdasarkan RUPTL PLN mungkin sampai 2030 solar panel (panel surya), itu kebutuhan sekitar 4,7 GWp," beber Rachmat. Jika ingin mengekspor, Indonesia akan mengimpor dulu peralatan kepentingan industri panel surya dari China.
Sebab, China pemain besar industri itu. Kabar baiknya, Kemenko Marves kedatangan investor China berminat membangun pabirik panel surya di Tanah Air. Dirjen Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana tak menampik kabar itu.
"Pak Menteri (Luhut) sudah terima calon investor ingin membangun itu, (lokasi) di Bangka Belitung," kata Dadan sembari menyebut perusahaan Xinyi Solar Holdings. Selain Xinyi, disebut sejumlah pemain energi baru juga telah bergerilya dengan mitra strategis masing-masing.
Mereka menggarap PV dan baterai (Original Equipment Manufacturer/ OEM), termasuk pabrikan dari luar negeri. Mereka akan membangun industri rantai pasok panel surya (PV) dan sistem penyimpanan energi baterai (SPEB) di Tanah Air. Selain PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), juga Medco Power Indonesia (Medco Power) dan PT Energi Baru TBS (Energi Baru).
Ketiganya menggandeng mitra strategis masing-masing, termasuk dari luar negeri, seperti PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co Ltd, Znshine PV-Tech Co Ltd, Sungrow Power Supply Co Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co Ltd. Nah, sebagian mereka juga terlibat konsorsium dengan PT PLN di Batam mengembangkan PLTS terapung nantinya.
Barter Strategis
Pemerintah Singapura memastikan bakal mengimpor listrik dari Indonesia melalui Kepri, khususnya bersumber PLTS. Nantinya Singapura akan menarik kabel laut dari Batam, Karimun dan Bintan guna mengalirkan listrik dari Kepri. Tapi, realisasinya menunggu terbangunnya PLTS terapung, alias solar farm di Kepri.
"Solar farm-nya sendiri memang harus di lokasi yang cukup dekat dengan tujuan, kalo nggak, nanti kabelnya nanti nariknya telalu panjang ya," kata Rachmat. Keinginan impor listrik tadi tertuang dalam MoU kerjasama EBT saat Presiden Jokowi dan PM Singapura BG Lee bertemu di Singapura, pertengahan Maret lalu.
Saat Leaders Retreat, Menko Luhut B. Panjaitan dan Menteri Senior Teo Chee Hean, meneken berkas MoU bersama sejumlah menteri terkait lainnya. Presiden Jokowi dan PM BG Lee dalam pernyataan bersama menegaskan isu keberlanjutan, termasuk potensi ekonomi hijau, menjadi kesepakatan kerjasama ekonomi.
"(Termasuk) perdagangan listrik lintas batas," kata BG Lee, Kamis (16/3/2023). Kerjasama ekspor impor listrik tadi, lanjut Lee, untuk sebagian, gua mendukung inisiatif regional jaringan listrik ASEAN. Selain itu, juga memperkuat infrastruktur energi, transisi energi, serta ketahanan energi Singapura. Dalam istilah BG Lee, win-win solution.
Kemenko Marves dalam rilis terpisah, menambahkan kerjasama tadi juga membuka peluang investasi di sektor hidrogen dan amonia hijau. Keduanya juga termasuk sumber energi baru. Di Kepri, sejumlah investor telah menyatakan kemungkinan membangun pabrikan itu di Karimun. PLN Batam disebut-sebut juga tengah berancang-ancang dengan mitra strategisnya di Batam menggarap itu.
(*)