Bukan Anies-Ganjar, Analis: Kunci Koalisi Pilpres 2024 Di PDIP Dan Prabowo?
angkaberita.id - Kalangan analis politik di Tanah Air memprediksi bakal terdapat tiga kontestan di Pilpres 2024. KPU RI juga telah mengganggarkan skenario Pilpres dua putaran mengantisipasi tiada pemenang kontestasi elektoral tadi.
Tiga nama kuat, berdasarkan sejumlah survei, tak jauh dari Ganjar Pranowo. Kemudian Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Sejumlah parpol juga bergerak cepat dengan membentuk koalisi, meskipun sepakat tak menyebut satu nama calon usungan.
Terbaru, KPU mengungkapkan masa kampanye berubah menjadi 90 hari, meskipun di DPR sepakat 75 hari. Juni bulan depan, jadwal dan tahapan Pemilu di Tanah Air bergulir. Langkah Golkar, PAN dan PPP melalui Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mulai mendorong parpol lain bergerak, mencari keseimbangan.
Termasuk PKB, melalui Ketum Muhaimin, disebut-sebut mulai menggagas kemungkinan poros baru di Pilpres. Sebab, untuk sebagian, bergabung ke KIB mustahil mengusung Cak Imin, Ketum mereka, menjadi Capres lewat koalisi itu. Apalagi Golkar, pemilik saham terbesar di kongsi tiga parpol tadi, juga menjagokan sang ketum, Airlangga Hartarto.
Begitu juga PKS, di milad ke-20 mereka, mulai menggoda sejumlah nama menjadi usungan mereka, meskipun publik sudah mahfum kemana sejatinya dukungan. Sinyal PKB, dengan sendirinya, membuat peta koalisi ke Pilpres 2024 di Tanah Air, kian terlihat. Setidaknya, kini mencuat dua kemungkinan koalisi, dengan satunya telah terbentuk.
Meski demikian, untuk sebagian, kunci penentu peta koalisi Pilpres mendatang berada di PDIP melalui Ganjar dan Prabowo Subianto. Skenarionya, dengan status sebagai satu-satunya parpol lolos presidential threshold 20 persen, PDIP dapat mengajukan Capres sendiri atau berkoalisi mengusung paket bersama.
Paket bersama, untuk sebagian, merujuk skenario koalisi PDIP-Gerindra mengusung duet Prabowo-Puan seperti beredar di sejumlah survei jajak pendapat belakangan. Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya tak menampik itu. Menurutnya, Pilpres mendatang bakal ada tiga poros berbeda.
Poros koalisi pertama, kata Yunarto, PDIP akan menjadi kuncinya. Dengan suara lebih 20 persen di DPR, PDIP sudah mengantongsi tiket ke Pilpres 2024. "Poros sudah bisa berdiri sendiri PDIP karena memenuhi presidential threshold,” kata dia, seperti dilansir Katadata, Senin (30/5/2022).
Setelah PDIP, poros kedua Gerindra. Dengan suara 13,57 persen di parlemen, Gerindra perlu satu atau dua parpol semenjana menggenapi koalisi ke presidential threshold, opsi terbaiknya PAN-PPP. Dengan Prabowo kembali maju, bermodal elektabilitas tak pernah turun dari tiga besar bersama Ganjar dan Anies, posisi tawar Prabowo terhitung kuat.
Nah, poros ketiga, sebut Yunarto, koalisi pengusung Ganjar Gubernur Jawa Tengah, atau Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta. Nasib Anies, untuk sebagian, ditentukan Ganjar. Kenapa? Kata Yunarto, jika PDIP mengusung Ganjar, peluang Anies menjadi "jagoan" poros ketiga membesar. Sebab poros kedua bertengger Prabowo Subianto.
Situasi berubah, jika PDIP memiliki skenario lain tanpa Ganjar. Sebab, Ganjar dan Anies akan bersaing menjadi "jagoan" poros ketiga. "Jadi faktor penentunya sikap PDIP nanti menentukan siapa jadi Capres (mereka)," urai Yunarto. Jika PDIP ke Ganjar, kemungkinan besar koalisi PDIP membesar lantaran tingginya elektabilitas Ganjar.
Sebaliknya, jika PDIP mengusung Puan sebagai Capres, bukan berduet dengan Prabowo sebagai Cawapres, konsolidasi internal PDIP akan meninggi, sebab hasrat parpol lain berkoalisi mengecil karena elektabilitas Puan rendah. Wajar, jika belakangan juga menguat ikhtiar menduetkan Ganjar-Anies di tiket Pilpres, meskipun juga menyimpan kelindan tarik ulur kepentingan.
Nah, jika ingin Ganjar dan Anies juga dapat bertarung mewakili poros terpisah, skenario paling memungkinkan ialah mendorong PDIP-Gerindra berkoalisi. Jika terealisasi, bersama Golkar, sejumlah parpol semenjana, termasuk PKB, berpeluang memiliki suara di koalisi bakal mereka bangun.
Dalam posisi ini, posisi Ganjar-Anies tak sepenuhnya "di atas angin", kecuali parpol-parpol mau "berbagi" koalisi. Sebab, dengan rezim presidential threshold, pencalonan Capres kuasa penentuan sepenuhnya di tangan parpol, bukan di tangan Anies-Ganjar!
(*)