Pelindo Merger, Staf Khusus Gubernur Kepri Jabat Komisaris Utama
angkaberita.id - Menteri BUMN menunjuk Arif Suhartono menjabat Dirut Pelindo hasil merger, Jumat (1/10/2021). Menteri Erick Thohir juga mengangkat Marsetio, Staf Khusus Gubernur Kepri menjadi Plt Komisaris Utama Pelindo. PT Pelindo II menjadi entitas penerima penggabungan (surviving entity).
Sebelumnya Arif Dirut Pelindo II. Sedangkan Marsetio, mantan KSAL dan pernah menjabat Danlantamal IV Tanjungpinang. Empat perusahaan pelat merah merah merger ialah PT Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III dan Pelindo IV. Presden Jokowi telah meneken Peraturan Pemerintah No. 101/2021 sebagai dasar penggabungan.
Empat Dirut Pelindo I-IV langsung menandatangani akta penggabungan di depan Wakil Menteri II BUMN, Kartika Wirjoatmodjo. Penggabungan demi meningkatkan value creation BUMN pelabuhan. "(Sekaligus) meningkatkan efektivitas dan efisiensi kepelabuhanan nasional,” kata Kartika, seperti dilansir Katadata, Jumat.
Dengan penggabungan, kini Pelindo menjadi operator peti kemas terbesar ke-8 dunia, dengan total bongkar muat (throughput) sebesar 16,7 juta TEUs (twenty-foot equivalent units). Merger juga menyatukan sumber daya keuangan, peningkatan leverage dan memperkuat permodalan perusahaan.
Wamen berharap Pelindo fokus menggeber empat subholding di bawahnya secara efektif dan optimal. Ujungnya, dapat menjadi pemain besar industri kepelabuhanan. Merger menghasilkan aset senilai Rp 112 triliun. Setelah penandatangan akta merger, lanjut dengan RUPSLB sekaligus menetapkan jajaran direksi dan komisaris.
Empat Subholding
Setelah merger, Pelindo punya 4 regional (subholding) dengan bisnis masing-masing. Mereka tersebar di Medan, Jakarta, Surabaya dan Makasar. Pimpinan wilayah mengepalai setiap subholding dengan kewenangan setar direksi Pelindo sebelum merger.
Empat subholding dimaksud ialah: (1) PT Petikemas dengan kewenangan mengoperasikan seluruh terminal peti kemas di seluruh pelabuhan kelolaan Pelindo I-V dulu. Kantor pusat di Surabaya. (2) PT Non Petikemas berkantor pusat di Medan. Fokus menangani bisnis non peti kemas.
Kemudian (3) PT Logistik & Hinterland. Rencananya berkantor pusat di Jakarta. Fokus bdiang logistik dan integrasi jasa kepelabuhan dengan jasa multimoda. Ekosistem itu diharapkan pengantaran logistik menjadi efisien sehingga menekan biaya logistik nasional. Terakhir (4) PT Marine, Equip & Port berkantor pusat di Makassar.
Tugasnya menjadi perusahaan pendukung segmen bisnis Pelindo hasil merger. Seperti sarana bantu, pemeliharaan peralatan, listrik, jenis BBM dan sejenisnya. Setelah penggabungan, Pelindo total asetnya ditaksir sebesar Rp 112 triliun, dengan pendapatan Rp 28,6 triliun.
(*)