Klinik Tanpa Kasir, Cara NU Ajak Warga Pinang Melawan Bahaya Hipertensi Di Masa Pandemi

ketua pcnu tanjungpinang juramadi esram di depan kantor sekretariat pcnu. selain membangun gedung sekretariat, pcnu tanjungpinang juga membuka klinik tanpa kasir di batu sembilan meringankan beban warga ingin berobat/foto istimewa

Klinik Tanpa Kasir, Cara NU Ajak Warga Pinang Melawan Bahaya Hipertensi Di Masa Pandemi

angkaberita.id – Dinkes Kepri menilai kehadiran klinik kesehatan tanpa kasir di Bintan Center, rintisan PCNU Tanjungpinang, dapat menginspirasi lahirnya klinik serupa di Kepri meskipun tidak dalam waktu dekat. Dinkes juga tengah memikirkan bentuk dukungan sesuai dengan kebutuhan.

“Kalau dukungan, bantuan bisa saja. (Tapi) harus direncanakan dengan baik,” ucap Mohammad Bisri, Kepala Dinkes Kepri, Kamis (10/12/2020). Seperti diketahui, klinik tanpa kasir “Dokter Syamsurisal” diperkenalkan ke publik pada 22 Oktober lalu, bersempena peringatan Hari Santri di Tanjungpinang.

Pengenalan ke publik sejalan dengan peletakkan batu pertama pembangunan Gedung NU Tanjungpinang. Sementara waktu, klinik berlokasi di kawasan Batu Sembilan menyatu dengan sekretariat PCNU Tanjungpinang hingga selesainya pembangunan gedung. Nantinya pasien tidak dipungut biaya, namun jika ingin berinfak disediakan kotak amal di dalam klinik.

Ketua PCNU Tanjungpinang, Juramadi Esram mengatakan, kehadiran klinik sebagai bentuk ikhtiar membantu warga berobat. “Untuk meringankan beban warga yang ingin berobat,” kata Esram, Kamis (10/12/2020). Selain bentuk sumbangsih NU kepada warga Tanjungpinang, klinik rintisan itu juga dihadirkan sebagai bentuk penghormatan kepada dokter Syamsurisal.

Sebelum meninggal akibat COVID-19, mantan Kepala Dinkes Lingga sekaligus kader NU itu getol menggalang usaha menekan penyebaran pandemi dengan turun sosialisasi ke jamaah masjid. Ide itu akhirnya terealisasi setelah petinggi RSAL sekaligus kader NU turun mendedikasikan dirinya meneruskan keinginan sang sejawat.

Nantinya klinik hanya sebagai fasilitas pemeriksaan kesehatan pertama. Jika sakit pasien perlu penanganan lanjutan, klinik akan merujuk ke rumah sakit. Selain menambah jumlah klinik kesehatan di Tanjungpinang, hadirnya klinik itu juga dapat mengurangi “antrean” berobat warga di Tanjungpinang Timur.

Kenapa? Berdasarkan data BPS Tanjungpinang, sepanjang tahun 2019 satu di antara sekilan alasan warga sakit enggan berobat ialah waktu tunggu layanan lama. Ketimbang bosan menunggu, banyak warga Tanjungpinang akhirnya memilih mengobati sendiri sakitnya.

Kendati di tahun 2019 tak muncul, keengganan lainnya ialah tidak punya biaya berobat. Meskipun pemerintah, termasuk Pemko Tanjungpinang menyediakan Jamkesda, untuk sebagian besarnya biaya berobat, memaksa sebagian warga memilih menahan sakitnya.

Apalagi, jika sakitnya bersifat kambuhan, atau tidak memerlukan tindakan medis lanjutan. Berdasarkan data BPS, sepanjang 2019 sakit paling banyak dikeluhkan warga Tanjungpinang ketika beobat ke Puskesmas ialah ISPA. Di urutan selanjutnya tekanan darah tinggi. Di urutan ketiga hingga kelima ialah ISPA lainnya.

Kemudin diabetes melitus dan gastritis alias sakit lambung. Hipertensi terbilang paling sering prevalensinya. Tidak hanya di Puskesmas, data di tiga rumah sakit di Tanjungpinang juga mengungkapkan itu. Jika dulu, sebelum pandemi COVID-19 boleh disepelekan, kini agaknya tak bisa dianggap remeh.

Dalam banyak kasus, tingginya angka kematian COVID-19 akibat penyakit penyerta (komorbid). Dua di antaranya diabetes dan hipertensi. Apalagi di Kepri, kasus COVID-19 terus bertambah setiap hari, meskipun angka kesembuhan juga terus meningkat.

Nah, di tengah kabar naiknya iuran BPJS Kesehatan dan defisit BPJS Kesehatan, hadirnya klinik kesehatan tanpa kasir menjadi oase bagi “tekanan darah tinggi” biaya kesehatan sekaligus menjadi respon atas sindiran menjamurnya klinik kesehatan semata berburu dana kapitasi.

(*)

Bagikan