Bukan Resesi Singapura, Tapi Pariwisata Pekerjaan Rumah Terberat Kepri?
angkaberita.id– Singapura telah mengumumkan resesi, sebagian akibat pandemi COVID-19, pekan lalu. Suara-suara kelam terdengar di Batam, lokasi investasi terbesar Singapura di Kepri, termasuk kemungkinan sektor industri bakal terpukul. Benarkah?
Berdasarkan data BPS, nyawa perekonomian Kepri di tahun 2018 terkonsentrasi di tiga sektor, yakni manufaktur, pertambangan dan konstruksi. Kontribusi ketiganya setara 60 persen lebih total PDRB Kepri saat itu. Sektor manufaktur identik dengan Batam, sebagai lokasi sebaran kawasan industri.
Pertambangan, jika rujukannya perusahaan beroperasi dan lokasi investasi, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Karimun bukti sahihnya. Konstruksi, sebagaian besar berupa belanja pembangunan pemerintah, itu artinya APBN dan APBN. Sehingga tersebar di sekujur Kepri, dengan pengecualian Batam dengan sektor properti pihak ketiga.
Namun itu, merupakan kondisi tahun 2018. Dua tahun terakhir, tentu banyak perubahan di Kepri, khususnya Batam di sektor ekonomi. Selain banyak investor hengkang, tentu saja kabar terus terjadinya PHK pekerja di sejumlah industri di Bumi Bandar Madani. Hingga kemudian datang pandemi COVID-19.
Kabar-kabar kelam juga langsung terdengar di tengah maju mundur kebijakan karantina wilayah alias lockdown, hingga akhirnya mati suri lantaran tak tersedia duit buat mengganjal perut warga terdampak. Sejumlah usaha memang gulur tikar, sektor pariwisata langsung tengkurap seiring tutup massal hingga puluhan hotel di sekujur Kepri. Kabar PHK menyusul kemudian.
Ekonomi Kepri, khususnya Batam kolaps? Bank Indonesia, dalam kajian regional Kepri triwulan II tahun 2020, tak mencatat kekhawatiran itu. Kendati melambat, perekonomian Kepri tetap tumbuh meski di angka 2 persen. Penopangnya terus berkibarnya sektor industri pengolahan dan, perlu dicatat, belanja pemerintah melalui APBD dalam rupa bansos dan sejenisnya.
Sektor lain, seperti konstruksi dan konsumsi rumah tangga memang nyaris tak bergerak. Karena nyaris seluruh anggaran itu dialihkan ke penanggulangan pandemi. Pun, warga diyakini menahan pengeluaran sebagai jaga-jaga jika situasi pandemi COVID-19 tak dapat diprediksi. Sehingga, meskipun tertatih-tatih, perekonomian Kepri, khususnya Batam tetap bergerak.
Berkibarnya industri pengolahan, untuk sebagian, berkat masih mengalirnya orderan dari Singapura. Nah, resesi di Singapura dikhawatirkan bakal berimbas pada keberlanjutan orderan manufaktur (manufacturing contractual) itu, bisanya berbasis tiga bulanan, enam bulanan hingga tahunan, meskipun di saat resesi Singapura tetap menjadi kepercayaan investor global.
Dengan kebijakan circuit breaker hingga Desember mendatang, proyeksi dampak resesi Singapura Batam diyakini baru akan terlihat pada kurun enam bulan sejak sekarang. Dengan kata lain, dampak resesi belum terjadi dalam waktu dekat. Kendati dampak jangka panjang juga masih tergantung lanjut atau tidaknya order industri pengolahan.
Sektor industri, harus diakui, masih menjadi penopang terbesar PDRB Kepri. Investasi Singapura di tanah air, termasuk Kepri masih bertumbuh hingga triwulan I tahun 2020. Data BKPM investasi Singapura tumbuh 58 persen menjadi 2,4 miliar dolar dibanding periode sama tahun lalu.
Berdasarkan sektor, industri pengolahan seperti mesin dan peralatan mekanis, elektrikal berkontribusi tak kecil, meskipun selama pandemi impor emas dan logam mulia Singapura dari tanah air, seperti dicatat BPS Pusat, andilnya sepertiga nilai ekspor bulan Juni 2020.
Tak heran, resesi Singapura belum menjadi momok dalam waktu dekat berkat terus berjalannya industri pengolahan memenuhi pesanan ekspor ke Singapura.
Namun pemerintah di Kepri harus bergerak cepat, terutama mencari terobosan agar sektor pariwisata bangkit lagi, meskipun kontribusinya bagi PDRB Kepri belum sebesar sektor manufaktur. Analis Ekonomi Kepri di Batam, Suyono juga mengamini itu. Menurutnya, sektor pariwisata masih akan tengkurap dengan kondisi resesi Singapura.
Selain pelancong terbesar ke Kepri dari Singapura, juga kebijakan lockdown di sana tak memungkinkan orang Singapura pelesiran seperti kondisi sebelum pandemi COVID-19. “Resesi Singapura belum berpengaruh ke Batam (dalam waktu dekat),” ujar dosen Fakultas Ekonomi UIB Batam, sembari menyodorkan data realisasi ekspor manufaktur Batam ke Singapura versi BPS.
Namun bukan berarti Batam aman, menurutnya pemerintah harus mengantisipasinya. Kuncinya, menggeliatkan kembali sektor pariwisata dan memaksimalkan belanja pemerintah demi menekan dampak ekonomi. Saran Suyono agaknya bergayung sambut. Plt Gubernur Kepri, Isdianto saat bertemu Presiden Jokowi di Jakarta, menyampaikan keinginan itu.
“Tadi hal itu kami sampaikan kepada Bapak Presiden. Kami ingin wisatawan asing kembali masuk ke Kepri. Tentu dengan protokol kesehatan yang ketat. Kesehatan tetap yang utama namun ekonomi juga terus bergerak,” kata Isdianto, Rabu pekan lalu.
Isdianto bahkan melangkah maju, engan melayangkan surat ke MenkumHAM. Intinya, dispensasi Kepri sehingga wisatawan asing dapat masuk ke Kepri. Jikla sukses, tantangan berikutnya bagaimana membujuk Singapura melonggarkan circuit breaker, dan selanjutnya meyakinkan orang Singapura ramai-ramai ke Kepri tanpa takut COVID-19.
Strategi kedua Isdianto, tentu saja dengan memaksimalkan serapan APBD. Kendati belum menembus setengah APBD 2020 sebesar Rp 3,9 triliun, serapan Kepri terbilang tinggi, bahkan di Sumatera. Belanja pemerintah, termasuk bansos dan bantuan langsung tunai seperti dicatat Bank Indonesia, menjadi obat mujarab menekan dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Belanja pemerintah juga membantu sektor industri menjaga perekonomian Kepri tetap tumbuh, meskipun melambat dibanding periode sama tahun lalu. Apalagi Presiden Jokowi menegaskan, empat bulan tersisa Juli-Oktober harus dimanfaatkan benar-benar buat memmaksimalkan serapan anggaran.
Karena, memang itu satu-satunya amunisi masih tersisa di tangan Pemda, sembari berharap masyarakat berani berinvestasi melalui konsumsi, khususnya PNS. Di Kepri, kendati kecil sumbangsihnya tak bisa diremehkan, khususnya di Tanjungpinang.
(*)