Bukan Eksodus, Banyak Warga Kepri Tinggalkan Kabupaten Kepulauan: Kenapa?

sardison kepala dinas pmd kependudukan dan catatan sipil kepri/angkaberita.id/marwah

Bukan Eksodus, Banyak Warga Kepri Tinggalkan Kabupaten Kepulauan: Kenapa?

angkaberita.id– Kabar eksodus warga Natuna menyusul kedatangan WNI dari Wuhan, China seiring kehebohan wabah COVID-19 alias virus corona di bulan Februari silam, sempat menghebohkan Kepri, bahkan gaungnya menasional.

Kendati belakangan, Pemkab Natuna mengungkapkan versi sebenarnya di balik kabar itu. Natuna bukanlah daerah pertama di Kepri dihebohkan dengan soal eksodus. Jauh sebelum itu, di tahun 2017 Batam juga sempat menjadi episentrum kabar itu seiring lesunya perekonomian di kota terbesar se-Kepri itu.

Bangkrut dan hengkangnya sejumlah pabrikan di Batam, pada tahun 2019, juga memunculkan kembali kabar eksodus di kota yang pernah digadang-gadang menjadi pesaing Negeri Singa itu. Pertumbuhan ekonomi di Batam tengah terpuruk saat itu, dan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja.

Dalam rentang dua tahun itu, sejumlah pemberitaan media menulis hengkangnya banyak warga Batam ke berbagai daerah di tanah air, sebagian malah pulang kampung. Dalam skala lebih kecil, perpindahan penduduk atau migrasi sejatinya juga terus terjadi di Kepri, dan tersebar di tujuh kabupaten dan kota.

Bahkan, berdasarkan data Dinas PMD Kependudukan dan Catatan Sipil Kepri, terdapat tiga kabupaten di Kepri justru lebih banyak warganya berpindah dibanding datang menetap di tahun 2020, secara administratif kependudukan, setidaknya selama dua bulan terakhir, Januari dan Februari.

Ketiganya berada di kabupaten kepulauan, yakni Anambas, Lingga dan Natuna. Berdasarkan data, selama dua bulan terakhir di tiga kabupaten itu, terdapat 572 warga pindah ke luar daerah. Sedangkan warga datang masuk sebanyak 448 jiwa. Sehingga terjadi defisit warga sebanyak 124 jiwa.

Berbeda dengan tiga kabupaten kepulauan tadi, empat kabupaten dan kota lainnya di Kepri justru mencatatkan surplus kedatangan warga menetap ke daerahnya. Batam, Bintan dan Tanjungpinang paling banyak menjadi lokasi tujuan kedatangan.

“Perpindahan penduduk itu sebenarnya biasa dan normal terjadi,” ungkap Sardison, Kepala Dinas PMD Kependudukan dan Catatan Sipil Kepri, didampingi Kabid Kependudukan Dan Pencatatan Sipil, Abbas, belum lama ini.

Namun, dia tak menampik jika alasan ekonomi menjadi pertimbangan di balik migrasi itu. Bahkan, dalam catatannya, di Kepri terdapat sejumlah bulan tertentu lebih tinggi kedatangan, dan bulan tertentu lainnya lebih tinggi kepindahan penduduk. Sebagian besar, perpindahan dari desa ke kota. Kabupaten kepulauan di Kepri kebanyakan terdiri perdesaan.

Soal Batam, Bintan dan Tanjungpinang menjadi lokasi banyak terjadi kedatangan warga, menurut Sardison, lantaran banyak faktor penarik di situ dibanding pendorong keluar daerah. Batam, kendati tertatih-tatih, masih merupakan jantung perekonomian di Kepri.

Bintan dan Tanjungpinang, masih memberikan banyak peluang dan kesempatan ekonomi, setidaknya di luar sektor manufaktur. Pulau Bintan, lokasi Kabupaten Bintan dan Tanjungpinang bercokol, juga merupakan ibukota provinsi, sehingga secara administratif menjadi nilai lebih secara ekonomis.

Berdasarkan laporan Katadata mengutip data BPS, setidaknya terdapat tiga sektor utama penopang ekonomi di Kepri pada 2018, yakni manufaktur, konstruksi dan pertambangan. Manufaktur identik dengan industri dan pabrikan di Batam. Konstruksi bisa dipahami sebagai belanja pembangunan pemerintah melalui pembiayaan APBD dan APBN, sehingga tersebar di tujuh kabupaten dan kota.

Sektor pertambangan, bisa disebut Karimun dan Bintan masih menjadi pemain utamanya. Sektor lain semisal pariwisata, kontribusinya juga tak bisa disepelekan meskipun belakangan seiring dengan pandemi COVID-19 mulai melemah daya tariknya. Bintan identik dengan sektor ini, bahkan menjadi andalan utama PAD sekaligus APBD-nya.

Berdasarkan kajian literatur, selain pertimbangan ekonomi, migrasi penduduk juga terjadi akibat alasan kultural dan lingkungan. Wabah penyakit juga menjadi alasan di balik terjadinya perpindahan penduduk, selain peperangan dan bencana alam dalam perspektif lebih luas. (*)

Bagikan