angkaberita.id –Jepang terus mempertajam keandalannya di teknologi kereta cepat. Terbaru, Jepang tengah menguji coba kereta pelurunya, Shinkansen edisi Alpha-X.
Kereta ini diklaim dapat melaju di relnya dengan kecepatan 400 kilometer per jam, jauh meninggalkan rekor geberan Michael Schumacher di Formula One.
Dikutip dari laman situs, straitstimes.com, Jumat (10/5/2019), dijadwalkan kereta ini mulai beroperasi pada 2030. Kendati mampu melaju hingga 400 kilometer per jam, namun perusahaan kerata api Jepang, JR East nantinya berencana hanya menggebernya maksimal pada kecepatan 360 kilometer per jam.
Ini pun masih lebih kencang 10 kilometer per jam dibanding kereta Fuxing Hao yang dioperasikan pemerintah China melayani rute Beijing-Shanghai sekaligus kereta api tercepat di sana. Desainnya yang menyerupai kepala belut bakal menjadikannya mampu mengurangi empasan angin dari depan saat melaju.
Panjang moncong spesialnya 22 meter dengan tiga jendela di kabin depannya sehingga kemungkinan tak banyak kapasitas kursi penumpang di bagian sini. Prototipenya saat uji coba dicat warna perak metalik dengan garis hijau di lambungnya.
Kereta peluru dengan 10 gerbong ini uji coba kecepatan, Jumat malam kemarin, menjalani rute Aomori ke Sendai. Sejarah kereta peluru Jepang diawali pada tahun 1964, saat Tokyo menjadi tuan rumah olimpiade.
Selain menjadi debut perdananya, peluncurannya juga menandai keinginan Jepang menjadi negara yang mengutamakan efisiensi dan keandalan, termasuk moda transportasinya.
Buktinya, Shinkansen yang artinya jalur baru dalam bahasa Jepang memang jarang telat kendati jarak waktu keberangkatan satu sama lain dengan tujuan ke Osaka, Kyoto dan kota lainnya hanya berselang hitungan menit saja.
Sehingga menjadikannya pilihan andal dan masuk akal ketimbang menumpang pesawat terbang. Shinkansen edisi Alpha-X merupakan bagian terpenting pemerintah Jepang memendekkan jarak Tokyo ke Sapporo, kota di bagian ujung utara Negeri Matahari Terbit. Persisnya di Pulau Hokkaido.
“Konsepnya nyaman, cepat dan terjaga,” janji JR East, semacam KAI-nya di Jepang dalam pernyataannya resminya. (*)