angkaberita.id

Krisis Energi Singapura Menjadi-jadi, Empat Perusahaan Listrik Menyerah!

gedung marina bay sand di singapura termasuk gedung termahal di dunia berdasarkan ongkos pembangunannya/foto via id.marinabaysands.com

krisis energi di singapura menjadi-jadi, empat perusahaan penyedia listrik di sana menyerah, termasuk berhenti operasi. singapura terancam byar pet/foto ilustrasi via radarcirebon.com

Krisis Energi Singapura Menjadi-jadi, Empat Perusahaan Listrik Menyerah!

angkaberita.id - Krisis energi di Singapura menjadi-jadi. Empat perusahaan listrik menyerah, sebagian tidak menerima pelanggan baru, dan lainnya menghentikan operasi. Singapura sejak 2018, meliberalkan pasar listriknya sehingga pelanggan dapat memilih sesuai kemampuan kantong.

Pemicunya tingginya permintaan listrik di saat pasokan bahan baku pembangkit listrik, terutama gas alam dan batu bara terbatas. Sehingga harga kedua komoditas itu melejit drastis. Gas alam semisal, di pasar spot Asia melonjak lebih dari 500 persen dari tahun lalu, menjadi 30 juta dolar per British thermal unit (mmBtu) bulan Oktober 2021.

Harga minyak (Crude Oil) jenis Brent dengan kontrak jangka panjang Singapura naik ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. The Straits Times, seperti dilansir Katadata, melaporkan iSwitch Energy, pengecer listrik swsata terbesar di Negeri Singa, per 11 November berhenti operasi karena "kondisi pasar listrik saat ini".

Kondisi pasar dimaksud ialah harga bahan baku pembangkit listrik. Tiga pesaingnya, Diamond Electric, Best Electricity Supply dan Ohm Energy telah setop menerima pelanggan baru. Diamond proses memindahkan pelanggan ke penyedia listrik lainnya. Pihak iSwitch menolak berkomentar.

Sedangkan Diamond Electric, Best Electricity Supply dan Ohm Energy tidak menanggapi permintaan komentar melalui email. "Pengecer tidak hanya tidak dapat menjual kepada pelanggan ritel pada tingkat yang ekonomis karena tarif triwulanan yang ditetapkan jauh di bawah harga di pasar berjangka dan juga pasar spot," kata Analis Energi di Simpson Spence Young, James Whistler, kepada The Straits Times, Senin (18/10/2021).

Kini hanya ada 8 dari 12 pengecer listrik di Singapura. Namun nasibnya diperkirakan menyusul empat terdahulu. "Dengan lonjakan harga energi, beberapa pengecer Singapura sekarang berpotensi menutup pintu mereka," kata pelaku industri utilitas di Negeri Merlion itu. Informasi di situs Otoritas Pasar Energi (EMA), Singapura meliberalkan pasar listrik bisnis sejak 2001, dan sektor rumahan pada 2018.

Singapura percaya diri beralih ke energi terbarukan. Data Forum Ekonomi Dunia (WEF), indeks transisi energi mereka menyentuh poin 67, tertinggi di Asia Tenggara sekaligus ke 21 dari 115 negara di dunia. Gas alam Natuna, Kepri dan Palembang, Sumsel merupakan pemasok terbesar ke Negeri Singa.

(*)

Bagikan
Exit mobile version