Presiden Trump-Xi Jinping Perang Dingin, Kenapa Orang Amerika Serikat Suka Adopsi Anak China?
angkaberita.id– Kendati Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping terlibat perang dingin, bahkan hubungan keduanya memanas selama pandemi COVID-19. Namun kondisi itu tak menghalangi niat warga Amerika Serikat mengadopsi anak-anak China.
Bahkan, jumlah anak adopsi asal China di Negeri Paman Sam sejak dua puluh terakhir melebihi negara lainnya, termasuk Korea Selatan sekutu utama Amerika Serikat di Semenanjung Korea.
Kondisi itu terungkap setelah Kara Bos, seorang anak adopsi di Amerika Serikat memenangi gugatan di pengadilan Korea Selatan. Putusan itu diyakini bakal menjadi dasar sekaligus yurispredensi bagi anak adopsi di Negeri Paman Sam lainnya menempuh langkah serupa demi mengetahui orangtua kandungnya.
Dengan putusan itu, Kara tak hanya berhak diakui sebagai anak kandung orangtua biologisnya di Korea Selatan, namun juga menjadi jalan bagi Kara menemukan ibu kandungnya. Selain melampirkan hasil uji DNA, mirip dalam kasus Mario Teguh, motivator kenamaan di tanah air, dalam gugatan kepada ayah kandungnya, Kara juga ingin diakui sebagai anak kandung.
Kisah Kara mencari ibu kandungnya benar-benar berliku dan penuh perjuangan setelah keluarga adopsi di Amerika Serikat bertahun-tahun menutup akses siapa sebenarnya orangtua dia. Ditemukan di pasar, Kara dibawa ke Michigan, Amerika Serikat, dan diadopsi di sana.
Saat itu, usianya baru dua tahun. Keputusannya mencari tahu ibu kandungnya terjadi saat merayakan ulang tahun ke-2 putrinya. Dia mengaku teringat dengan perjalanan hidupnya dan memutuskan menempuh jalur hukum demi mencari jawaban rasa penasarannya.
Di Belanda, dia mendaftarkan gugatan ke pengadilan di Korea Selatan. Dia menjadi satu-satunya anak adopsi dari luar negeri mengajukan gugatan itu. Setelah tiga tahun proses persidangan, pengadilan memutuskan dia berhak menjadi “anak” orang Korea.
Kini, sang ayah telah berusia 85 tahun dan tinggal dengan istri baru. Dalam kebudayaan Korea, kental dengan tradisi Konfucianisme, keluarga adalah segalanya. Bahkan, urusan melamar pekerjaan penentu diterima tidaknya justru bukan kompetensi, namun siapa bapak dan ibunya. Bagaimana dzuriatnya dan sebagainya.
Kendati bakal berpengaruh terhadap anak-anak adopsi lainnya di Amerika Serikat, namun bukan Korea Selatan paling banyak menjadi anak adopsi di Negeri Paman Sam. Berdasarkan laporan Statista, justru warga negara China.
Mengutip laporan Departemen Luar Negeri, sepanjang 2008, tercatat sebanyak 1.475 warga negara China diadopsi di Amerika Serikat. Warga negara India menyusul di urutan kedua, sebanyak 302 anak adopsi. Korea Selatan berada di peringkata kelima, dengan jumlah warganya diadopsi di Amerika Serikat sebanyak 206 orang.
Meskipun Amerika Serikat di masa Presiden Donald Trump, getol perang dingin dengan China, namun selama dua dekade terakhir, justru kian banyak anak-anak China menjadi pilihan orangtua adopsi di Negeri Paman Sam.
Kurun 1999-2018, tercatat sekitar 80.000 anak-anak China diadopsi di Amerika Serikat. Sedangkan Korea Selatan hanya sebanyak 20.000 orang. Ukraina sebanyak 10.000 dan India sebanyak 7.000 orang. (*)