Menyusui Ekonomi Dunia Lewat Air Susu Ibu
Molly M Ginty *)
KENDATI tak sama ukuran kiri dan kanan, payudara kaum wanita memiliki fungsi sama, yakni menyediakan asupan nutrisi bagi tumbuh kembang bayi selama enam bulan pertama sejak kelahiran.
Dengan memberikan asupan air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan, kaum ibu telah menyelamatkan dunia, tak hanya secara demografi tapi juga secara ekonomi.
Kalau pendukung ASI eksklusif menyebut, menyusui bayi dengan ASI menyelamatkan dunia hingga 300 miliar dolar, terutama biaya pengobatan akibat sakit.
Tanggal 1-7 Agustus tahun ini, dunia merayakan pekan menyusui global. Puncaknya Konferensi Menyusui Dunia di Rio de Janeiro, Brazil musim gugur mendatang.
Berikut fakta-fakta ASI dan sumbangsihnya bagi ekonomi dunia. Berdasar data WHO, kurang dari 40 persen bayi di sekujur dunia mendapatkan ASI eksklusif enam bulan pertama.
Rendahnya angka menyusui ASI, menurut para ahli, mengakibatkan dunia kehilangan 0,5 persen potensi pendapatan setiap tahunnya, setara 320 miliar dolar Amerika.
Padahal menyusui dan ASI eksklusif enam bulan melindungi jabang bayi, dan tentu saja sang ibu, dari penyakit mahal pengobatannya. Anak-anak dengan ASI memiliki risiko alergi, asma, diabetes, diare, obesita, radang paru-paru, alergi kulit dan telinga lebih rendah dibanding kurang asupan ASI di awal kelahiran.
Sedangkan sang ibu kurang menyusui ASI ke bayinya, berisiko terkena serangan diabetes, keropos tulang, dan kanker ovarium dan payudara lebih berisiko terkena serangan. Dengan menyusui, kaum ibu meyelamatkan ekonomi dunia.
Laporan studi tahun 2016 dalam jurnal medis Lancet mengungkapkan, jika 90 persen bayi-bayi di Inggris, China dan Amerika Serikat disusui ASI eksklusif dapat menyelamatkan pengeluaran jaminan kesehatan di tiga negara itu, setiap tahunnya masing-masing, sebesar 29,5 juta dolar, 223,6 juta dolar dan 2,5 miliar dolar Amerika.
Bagaimana kalau kaum ibu di dunia juga melakukan hal serupa. Tak hanya menyelamatkan ekonomi dunia, terutama menekan anggaran jaminan kesehatan. Menyusui bayi dengan ASI juga mendorong pendapatan Anda di masa depan.
Suatu analisa tahun 2015 menunjukkan kondisi itu. Dalam perbandingan antara bayi yang diberikan ASI kurang dari sebulan dengan mendapatkan ASI selama setahun pertama kelahiran, tercatat memiliki kemampuan IQ lebih tinggi. Juga mendapatkan pendidikan lebih baik, dan ini paling penting memiliki pendapatan sepertiga lebih banyak pada usia 30 tahun.
Tak heran, angka-angka ini membuat kalangan ekonom, tak hanya lagi kalangan kedokteran, mendorong penyebarluasan perilaku ASI eksklusif enam bulan pertama ke sekujur bumi. “Merawat buah hati Anda dengan menyusui sejatinya mendorong kemajuan ekonomi masa depan,” ujar Keith Hansen, ekonom Bank Dunia.
Bagaimana dengan susu formula? Kendati membantu saat ASI tak ada, atau katakanlah terbatas, namun susu formula tak memiliki kandungan nutrisi yang ada secara eksklusif di ASI.
Susu formula juga tak bisa mengubah komposisi kandungan nutrisi susu sesuai kebutuhan bayi, bahkan dalam sejumlah kasus malah memunculkan potensi gangguan terhadap kesehatan bayi dan sang ibu. Pakar WHO, Flavio Bustero mengkritik andil perusahaan susu formula bagi kampanye ASI eksklusif secara global.
“Pemasaran agresif mereka menjadikan ibu-ibu cepat mencampakkan ASI eksklusif, bahkan dalam kasus terburuk, berhenti menyusui dan menggantikannya dengan susu formula,” sindirnya. Padahal ASI lebih murah, namun lebih berkualitas dibandingkan dengan susu formula.
Setiap tahunnya di negara dengan pendapatan tinggi, pengeluaran susu formula terus bertambah mahal, rerata 2.528 dolar Amerika per tahunnya. Dengan perbandingan, setiap 4.000 liter susu hanya menghasilkan satu kilo susu formula pengganti ASI.
Dampak lainnya, limbah dari kemasan susu formula, di Amerika Serikat saja, setiap tahunnya setidaknya limbah logamnya setara 86.000 ton, dan 360.000 ton kertas. Semuanya menyesaki tempat pembuangan sampah akhir di sana.
Sudahkan Menyusui Menjadi Perilaku?
Pada tahun 1990, pemerintah di 34 negara mengadopsi Deklarasi Innocenti PBB, menyatakan setiap bayi lahir berhak mendapatkan “ASI eksklusig 4-6 bulan sejak kelahiran”. Namun 30 tahun kemudian, kondisinya seperti mendaki bukit terjal.
Suatu penelitian terbaru mengkalkulasi diperlukan biaya 653 juta dolar setiap tahunnya demi mengkampanyekan gerakan ASI eksklusif di 34 negara penandatangan deklarasi PBB tadi.
Bandingkan, pada saat sama, upaya kampanye itu harus berhadapan dengan kekuatan lobi industri susu formula dengan pesan sebaliknya, dengan dukungan anggaran sebesar 70 miliar dolar setiap tahunnya.
Tak heran, tulis peneliti WHO itu, penjualan susu formula setiap tahunnya tumbuh delapan persen dan “tak seperti komoditas lainnya, tak mengenal penurunan permintaan”.
Dengan kondisi itu, tak heran kampanye ASI dan menyusui di dunia sejak dekade 90-an tak pernah beranjak seincipun, kalaupun beringsut naik hanya 12 persen. Itupun di negara-negara kategori miskin dan pendapatan menengah.
Padahal, justru di negara-negara inilah, pentingnya menyusui dan ASI bagi penduduknya. Kampanye menyusui dan ASI eksklusif terus didorong secara global, setidaknya menembus angka 50 persen pada tahun 2025.
Jika sukses, setiap tahunnya aksi menyusui dan ASI dapat menyelamatkan nyawa 823.000 anak-anak di sekujur bumi, berikut 20.000 kaum ibu dapat dibebaskan dari ancaman kanker.
Hanya saja, proyeksi itu menyaratkan perlunya, menurut kalangan ahli, negara memberikan kewajiban cuti enam bulan ibu melahirkan, termasuk dukungan asuransi menyusui.
“Kaum ibu akan menyusui, kemungkinannya 2,5 kali, kalau kewajiban ASI dilindungi, dipromosikan dan didukung (pemerintah),” tulis dokumen WHO, organisasi kesehatan dunia.
Negara penandatangan deklarasi PBB yang telah menerapkan aturan itu ialah Kambodia. Media di sana mengkampanyekan pentingnya ASI dan menyusui tujuh kali lipat selama 10 tahun terakhir, sejak tahun 2000.
Selanjutnya Brazil, kaum ibu menyusui di sana enam kali lebih lama memberikan ASI ke bayinya dibanding generasi mereka di tahun 1970-an. Konferensi menyusui dunia bakal bertempat di Brazil pada 11-15 November 2019 mendatang, dengan seruan kepada pemerintah di sekujur dunia mendukung dan menerapkan: “Susu Badan Adalah Susu Terbaik” (Breast is Best).
*) Baca Selengkapnya di aljazeera.com Dengan Judul Get milk: The economic benefits of breastfeeding