Sisi Erotis Presiden Prancis Dulu: Kawin Cerai Hingga Serumahkan Istri Dengan Gundik
angkaberita.id – Valéry Giscard d’Estaing (94), Presiden Prancis 1974-1981 tersandung kasus pelecehan seksual setelah dilaporkan seorang jurnalis WDR, stasiun televisi Jerman ke pihak berwajib akibat meraba-raba pantat usai wawancara khusus di Paris, Prancis, dua tahun lalu.
Ann-Kathrin Stracke (37) seperti dilansir BBC mengaku, pendahulu Presiden Francois Mitterand itu berkali-kali meraba pantatnya, termasuk berusaha mencium pipinya sembari berkata “Mimpi Indah” dalam bahasa Jerman, usai wawancara di kantornya.
Saat kejadian, Starcke berusia 35 tahun. Kejadian berawal setelah dirinya mendapatkan tugas mewawancarai politikus kepercayaan Charles de Gaulle, Presiden Prancis pertama di era modern.
Stracke mengaku terdorong gerakan MeToo, gerakan sosial anti pelecehan seksual di Amerika Serikat dan menguat, terutama semasa pemerintahan Presiden Donald Trump, sehingga melaporkan kasusnya. Dalam pernyataannya, Stracke mengaku kepada AFP, ingin rakyat Prancis mengetahui kelakuan sesungguhnya mantan presiden mereka.
Dalam pernyataan resmi melalui email, pihak d’Estaing mengaku kepada New York Times tak mengetahui soal itu. Sang presiden katanya, juga tak ingat dengan kejadian itu. Bahkan, melalui pengacaranya, mereka bakal melaporkan tudingan itu sebagai “serangan media dengan tujuan merendahkan” sang presiden.
Tudingan itu mengemuka ke publik setelah harian Le Monde di Prancis dan Sueddeutsche Zeitung di Jerman memberitakannya. Stracke dalam pemberitaan itu mengaku, kejadian di bulan Desember 2018, saat dirinya bertemu dengan sang presiden untuk suatu wawancara.
Nah, di akhir wawancara saat berfoto bersama, dia mengaku tangan sang presiden merangkul pinggangnya sebelum akhirnya mulai meraba-raba pantatnya. Namun, saat itu dia mengaku tak bisa berbuat apa-apa.
Tak hanya itu, berkedok menunjukkan foto-foto di dinding kantornya, presiden kubu konservatif di Pracis itu juga mulai menggerayangi pantat. Stracke mengaku berusaha menepisnya, namun terkejut ternyata tangan sang presiden begitu kuat.
Usai kejadian, dia melaporkan kejadian itu ke produser di kantornya, dan belakangan dia mengetahui sang produser menghubungi pengacara demi mengetahui duduk persoalannya. Jubir pihak WDR mendukung langkah jurnalisnya melaporkan sang presiden.
Olivier Revol, Jubir d’Estaing kepada Süddeutsche Zeitung mengaku sang presiden tidak ingat dengan kejadian itu. “Jikapun benar tuduhan itu, dia (d’Estaing) pasti menyesalkannya, namun dia benar-benar tak ingat kejadiannya,” kata Olivier kepada Le Monde.
Dia mengaku terkejut karena seumur-umur sang presiden tak pernah mendapat tudingan seperti itu. d’Estaing memimpin Prancis selama 7 tahun. Kini dia merupakan satu-satunya presiden Prancis dengan usia paling senior, dari empat presiden yang masih hidup.
Selama pemerintahannya, dia melegalkan aborsi dan menyederhanakan proses perceraian serta dan menurunkan usia terendah sebagai pemilih di pemilu, yakni 18 tahun.
Kini, dia tercatat duduk di Dewan Konstitusi Prancis. Dewan itu bertugas menguji perundangan bertentangan atau tidak dengan konstitusi. Selain itu, dia juga duduk di Académie Française, dewan dengan tugas khusus melindungi bahasa Prancis di dunia.
Selain piawai berpolitik, d’Estaing juga jago menulis novel. Telah dua novel romantis dikarangnya, dengan novel kedua terbit di tahun 2009 berjudul The Princess and the President, berkisah skandal perselingkuhan Presiden Prancis dan Putri Kerajaan Cardiff, di Inggris. Diyakini putri dimaksud dalam novelnya ialah mendiang Putri Diana.
Terkait tudingan jurnalis Jerman, setelah resmi dilaporkan ke pihak berwajib bulan Maret silam, d’Estaing menyangkal tudingan itu, dan menuduhnya sebagai tudingan yang dibuat-buat. Sang presiden memiliki dua anak laki-laki dari sang istri, Anne-Aymone.
Kehidupan Gelap Presiden Prancis
Meskipun d’Estaing membantah tudingan itu. Namun fakta sesungguhnya justru berbalik seratus delapan puluh derajat. Palais de l’Elysee (Istana Elysee), kediaman resmi Presiden Prancis saat menjabat, ternyata tak sepenuhnya steril dengan skandal, termasuk kisah perselingkuhan tingkat tinggi.
Bahkan, jejaknya terlacak hingga masa kekuasaan Raja Louis XV di era 1800-an. Dalam buku berjudul Une histoire érotique de l’Elysée, secara sederhana berarti “Kisah Erotis Di Istana”, karya Jean Garrigues.
Seperti ditulis The Guardian, dalam buku itu Jean menyebut, hanya dua presiden di masa awal Republik Kelima, istilah khusus merujuk pemerintahan Presiden Charles de Gaulle di bawah konstitusi baru setelah perang dunia kedua, benar-benar bersih dari skandal.
Yakni, Georges Pompidou dan de Gaulle sendiri. Setelahnya benar-benar berlumur skandal, kecuali Presiden Emmanuel Macron sekarang. Sejak d’Estaing, Francois Mitterand, Jacques Chirac, Nikolas Sarkozy hingga Francois Hollande tak pernah steril dari skandal urusan libido.
Seorang pegawai Istana kepada Le Monde, bahkan mengaku muak dengan kelakuan para penghuni Istana sekaligus penguasa Prancis saat itu. Sumber yang disebut telah bekerja sebagai pelayan istana (butler) selama 40 tahun di situ, mengaku paham betul kelakuan para penghuninya.
Pengakuan sumber lain bahkan menyebut, mereka juga harus berpikir berkali-kali sebelum memutuskan mengetuk pintu kamar sang presiden. Khawatir menginterupsi “pergulatan” di dalam kamar.
Mereka sepakat, di Istana itulah Presiden Prancis benar-benar menjadi raja, bahkan istilah psikologi-nya pejantan sejati (alpha male) layaknya katarsis pasang surut posisi sang presiden secara politis di kancah internasional dengan Presiden Amerika Serikat saat itu, begitu dominan.
Dulunya Istana Elysee merupakan hôtel particulier atau hunian pribadi milik Count of Évreux sekaligus mahar dirinya menikahi Marie-Anne Crozat, gadis cilik berusia 12 tahun anak orang terkaya di Paris saat itu.
Namun setelah bangunan selesai, sang istri justru dikirim ke kampung halaman, dan Sang bangsawan Evreux justru menyuruh sopirnya mengantar gundiknya menghuni bangunan megah itu.
Raja Louis XV lantas mengambil alih dengan membelinya buat sang gundik, Marquise de Pompadour. Parahnya, mengutip penjelasan di buku itu, sang gundik di situ mengundang gadis-gadis muda berpesta sekaligus melayani libido sang raja.
Setelah Louis, kepemilikan berpindah ke bankir kaya Prancis dengan menguasai sepenuhnya bangunan itu. Namanya Nicolas Beaujon, dan lagi-lagi dia menjadikannya istana bagi enam gundiknya.
Namun, sejak 1848 Istana Elysee menjadi kediaman resmi Presiden Prancis, dan menjadi saksi bisu kebinalan Presiden François Mitterrand selama 14 tahun berkuasa di Prancis sejak 1981.
Di sini, menurut sang penulis buku, Mitterand disebut tinggal bersama istri dan gundiknya dalam satu gedung. Dan, skandal terus berlanjut meskipun penghuninya berganti dan berasal dari parpol berbeda, baik konservatif maupun sosialis.
Sekadar informasi, Prancis merupakan satu-satunya negara di Eropa mengakui “kumpul kebo” dalam pencatatan negara. Presiden Francoise Hollande bahkan memiliki banyak anak dengan pasangan kumpul kebo-nya.
Tak main-main pasangan kumpul kebohnya, yakni Ségolène Royal, Ketua Partai Sosialis Prancis sekaligus calon presiden saat menantang Sarkozy. Nah, Nikolas Sarkozy setali tiga uang. Setelah mencampakkan istri cantiknya, dia menikahi model jelita asal Italia Carla Burni.
Berbeda dengan Amerika Serikat, kehidupan pribadi pejabat publik relatif aman dari gangguan pers di negeri kontinental. Sebut saja Hollande, telah berganti pasangan setidaknya sebanyak tiga kali. Mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder berkali-kali kawin cerai.
Berbeda dengan kulur anglo-saxon seperti Inggris dan Amerika Serikat, meskipun terbilang tak lebih baik dibanding tetangga Eropanya, namun di ranah politik mereka berusah mempertahankan nilai moral.
Kasus aktual ialah tergesernya John Profumo, Menhan Inggris akibat skandal dengan mata-mata Rusia, alias agen KGB. Kemudian Garry Hart, calon presiden Partai Demokrat paling potensial sebelum akhirnya mengundurkan diri akibat terungkap foto seorang perempuan bukan istrinya tengah duduk manja di pangkuannya.
Skandal lainnya ialah Presiden Bill Clinton dengan Monica Lewinsky. Nah, belakangan Trump dan Biden juga tak jauh-jauh dari serangan skandal urusan bawah perut. Namun Trump sukses melewatinya dengan memenangi Pilpres 2016.
(*)
UPDATE: Pengayaan Visualisasi Daftar Presiden Prancis Dan Sejarah Perjalanan Pemerintahan Republik Prancis Moderen.