Krisis Air Rentan Memicu Serangan Demam Berdarah di Batam Dan Pinang?

kasus dbd di kepri memperlihatkan tren meningkat setiap tahunnya. virus ddb menginfeksi orang melalui gigitan nyamuk aedes aegypti/foto via liputan6.com

Krisis Air Rentan Memicu Serangan Demam Berdarah di Batam Dan Pinang?

angkaberita.id – Selain ancaman pandemi COVID-19 atau virus corona, warga di Kepri juga dihantui masalah krisis air bersih. Jika tak tertangani dengan baik, krisis air beberapa waktu terakhir di Batam, Bintan dan Tanjungpinang dikhawatirkan memicu berjangkitnya serangan demam berdarah dengue (DBD).

Secara nasional, seperti dilansir detik.com mengutip data Kementerian Kesehatan, terdapat 16.099 kasus DBD di tanah air sepanjang Januari-awal Maret 2020, dengan 100 penderita di antaranya meninggal dunia.

“Kasus 16.099 dengan kematian 100 untuk nasional,” Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi, seperti dilansir kantor berita, Antara, Selasa (10/3/2020).

Kepri sendiri bukannya steril dari penyakit mematikan dengan vektor nyamuk belang-belang alias Aedes aegypti. Bahkan, sejak tahun 2015 boleh disebut kasus DBD masih menjadi pekerjaan rumah tahunan Pemprov Kepri, khususnya Dinas Kesehatan.

Apalagi sejak tahun 2015, tren serangan DBD terus meningkat, dengan pengecualian tahun 2017. Sepanjang bulan Januari 2020, terjadi 70 kasus DBD di kepri, tersebar di 7 kabupaten dan kota. Di Tanjungpinang, seperti pengakuan Kepala Dinkes Rustam, khusus bulan Januari terjadi 50 kasus DBD.

Kemudian menurun menjadi 20 kasus di bulan Februari. Maret menurutnya, hingga tanggal 9 kemarin, baru masuk laporan satu kasus. Berdasarkan data BPS Kepri, Batam masih menjadi lokasi dengan jumlah serangan tertinggi.

Tahun 2018 semisal, di Batam terdapat sebanyak 1.352, tersebar di 7 kabupaten dan kota, dengan sebaran terbanyak di Kota Batam sebanyak 647 kasus. Tahun 2019, terjadi 800 kasus DBD, dengan 10 persen di antara penderitanya meninggal dunia.

Kekhawatiran kasus DBD meningkat belakangan seiring dengan krisis air akibat menyusutnya air baku di sejumlah dam penampunghan air milik PT Adhya Tirta Batam. Krisis air terjadi bersamaan dengan segera berakhirnya masa konsesi pengelolaan air ATB, dan BP Batam berencana mengakhiri kerjasama pengelolaan itu.

Tiadanya hujan belakangan dikhawatirkan kian menggerus cadangan air baku. Data Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera IV, defisit air di Kepri sebesar 3.734 liter per detik. Batam tertinggi defisitnya, yakni 491 liter per detik. Sedangkan Tanjungpinang dan Bintan sebesar 828 liter per detik.

Mengantisipasi terus berkurangnya cadangan itu, ATB dikabarkan mulai menjadwalkan penggiliran air (rationing) kepada pelanggan. Tak pelak, kondisi itu memicu terjadinya pembelian besar-besaran drum plastik sebagai tempat penampungan air.

Tak hanya Batam, manajemen air juga dilakukan PDAM Tirta Kepri sejak beberapa waktu terakhir seiring menyusutnya debit air di Dam Sei Ladi. Sehingga berdampak terhadap pelanggan PDAM di Tanjungpinang.

Dampak manajemen air, warga diyakini bakal mempersiapkan lebih banyak tempat penampungan air. Langkah ini, jika tidak dibarengi dengan kewaspadaan dan kesungguhan pengelolaan di masing-masing warga, hanya bakal mengundang ancaman serangan DBD.

Berbeda dengan nyamuk lain, nyamuk DBD berbiak justru di air bersih. Tak hanya tempat penampungan air, jentik nyamuk DBD juga dapat hidup di tampungan air pada mesin dispenser air minum. Tempat lain ialah batok kelapa berserakan. Jika terisi air, nyamuk tak sungkan bertelur di dalamnya.

rustam kepala dinkes tanjungpinang/angkaberita.id/marwah

“Warga harus memastikan penampungan airnya. Karena nyamuk DBD, jentiknya juga dapat bertahan di mesin dispenser,” ungkap Rustam, Kepala Dinkes Tanjungpinang, Senin awal pekan ini. Dia mengimbau, warga memastikan tempat penampungan airnya steril jentik nyamuk DBD.

Warga dapat menangkalnya dengan menjaga kesehatan diri dan lingkungan, termasuk dengan membiasakan gerakan 3 M, yakni mengubur barang bekas, menimbun tempat tergenang air, dan menutup tempat penyimpanan air.

Kendati belum pernah menjadi pandemi di dunia lazimnya status virus corona saat ini, namun DBD tak kalah mematikannya. Kewaspadaan perlu ditingkatkan, apalagi berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya ditemukan 50 juta-100 juta kasus DBD setiap tahunnya, dan 3 miliar orang berdiam di negara endemik DBD, termasuk di tanah air.

Kabar terbaru, Kemenkes RI mengungkapnya, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT akibat banyaknya kasus DBD sejak Januari hingga kini menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Tercatat 1.190 kasus, 13 di antaranya meninggal dunia.

Kemenkes meningkatkan upaya pencegahan dengan pemberantasan sarang nyamuk, termasuk di rumah, sekolah dan tempat ibadah. Langkah lainnya ialah menyediakan logistik abate, larvasida dan insektisida. “(Juga) memastikan cairan dan alat infus tersedia,” kata Siti. (*)

Bagikan