Transaksi Uang Elektronik Melejit di Tanah Air, Siapa Diuntungkan?
angkaberita.id – Meskipun di sejumlah maju seperti Jerman dan Jepang, warganya masih menyukai uang tunai saat bertransaksi, namun di tanah air kondisinya berbeda.
Transaksi uang digital alias e-money di tanah air terus meningkat tahun ke tahun. Katadata menulis, mengutip data Bank Indonesia per Oktober 2019, jumlah penduduk besar dan menyebarnya literasi keuangan inklusif disebut mendorong tumbuhnya transaksi uang elektronik di tanah air.
Sebagai perbandingan, tahun 2020 jumlah uang elektronik baru mencapai 7,9 juta unit, dengan transaksi sebesar Rp 693,47 miliar. Pada akhir September 2019, jumlah uang elektroniknya meningkat 31 kali lipat menjadi 257,1 juta unit, dengan transaksi sebesar Rp 95,75 triliun, alias berlipat 137 kali.
Dibanding tahun lalu, jumlah uang elektronik juga meningkat lebih dari setengahnya. Tahun 2018, tercatat uang elektronik sebanyak 167,2 juta unit. Pun, dengan transaksinya, tahun 2018 periode Januari-Desember sebesar Rp 47,2 triliun, tahun ini Januari-September telah membukukan transaksi hampir dua kali lipatnya.
Pada tahun 2017, berdasarkan hasil survei JakPat dalam Startup Report 2017 DailySocial.Id, Go-Pay dari Go-Jek menjadi e-money terpopuler dan paling banyak dimiliki publik.
Urutan selanjutnya ialah e-money (Bank Mandiri) berada di urutan kedua dan t-cash (Telkomsel) ketiga. Uang elektronik terbagi dua jenis, yakni pertama uang elektronik berbasis cip.
Umumnya jenis ini berbentuk kartu, seperti e-Money, Flazz, dan Brizzi. Jenis kedua, uang elektronik berbasis server. Uang elektronik jenis ini biasanya berbentuk aplikasi, seperti Go-Pay, OVO, dan LinkAja.
Hingga Maret 2019, setidaknya sudah ada 37 uang elektronik dari dua jenis itu di tanah air. Pemainnya, selain perbankan dan perusahaan telekonmunikasi, juga start up fintech.
(*)