Tahun 2023 Tahun Pulau Penyengat, Kenapa?

masjid raya sultan riau/foto heru sukma cahyanto via kompas.com

Tahun 2023 Tahun Pulau Penyengat, Kenapa?

angkaberita.id - Tahun 2023, untuk sebagian, boleh disebut "Tahun Pulau Penyengat". Kenapa? Sebab, dalam waktu berdekatan secara beruntun, pulau mahar di Kesultanan Riau Lingga tadi menorehkan sejumlah prestasi di level nasional.

Lewat Menpar Sandiaga Uno pulau sepeminuman teh dari Pinang daratan tadi meraih Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 kategori Desa Wisata Rintisan. Sandi menyerahkan langsung ADWI ke Rahma, Walikota Tanjungpinang, Minggu (27/8/2023).

Kemudian, Presiden Jokowi lewat Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri ATR/Kepala BPN Hadi Tjahjanto akan menyerahkan sertifikat cagar budaya ke Pulau Penyengat, saksi bisu nasionalisme melawan Belanda dengan insiden bendera hampir seabad silam.

Penyerahan sempena hajatan Gugus Tugas Reformasi Agraria (GTRA) Summit 2023 di Karimun. Terakhir, berkat afirmasi anggaran,ke Pulau Penyengat sejak dua tahun terakhir, Pemprov lewat Gubernur Ansar selangkah lagi menggamit Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2023.

Gubernur Ansat kandidat kuat penerima setelah dewan juri disebut-sebut memuji paparan dia dalam sesi penilaian secara daring, pekan lalu. Sebelumnya Pulau Penyengat juga menjadi calon kuat warisan budaya dunia versi UNESCO.

Pulau Mahar

Seperti dilansir Kompas.com, pulau seluas 1,12 kilometer persegi tadi pernah ibukota Kesultanan Melayu Riau-Lingga. Selain itu, Pulau Penyengat juga mas kawin pernikahan Engku Putri Raja Hamidah dengan Sultan Mahmud Syah tahun 1803.

Arkeolog Marsis Sutopo menjelaskan Kesultanan Melayu Riau berasal dari Kota Tinggi, Johor, di Semenanjung Malaka. Saat berperang dengan Belanda di awal abad ke-18, pusat kesultanan pindah ke hulu Sungai Carang, di Pulau Bintan, kini Tanjungpinang.

Tahun 1787, Sultan Mahmud Syah III memindahkan pusat pemerintahan ke Daik, Pulau Lingga. Saat membangun Daik Lingga, sang sultan juga membangun Pulau Penyengat. Di pulau itu, dia menempatkan perdana menteri sebagai pemegang kendali pemerintahan.

Sang sultan sendiri memilih tetap di Daik, Lingga. Di Pulau Penyengat juga terdapat Benteng Bukit Kursi dibangun Raja Haji Fisabilillah, ayah Engku Putri Raja Hamidah. Sedikitnya ada 46 peninggalan cagar budaya di Pulau Penyengat.

Seperti Masjid Raya Sultan Riau yang dindingnya direkatkan dengan putih telur. Ada juga Istana Raja Ali Yang Dipertuan Muda VII, Benteng Bukit Kursi, bekas dermaga kuno, dan perigi atau sumur.

(*)

Bagikan