Site icon angkaberita.id

Pariwisata Di Kepri: Biar Pinang Tak Mati Suri, Ubah Jadwal Feri Tanah Merah

gedung gonggong menjadi ikon kota tanjungpinang. tahukah anda, kelurahan bukit cermin di kecamatan tanjungpinang barat merupakan kelurahan terpadat penduduknya se-tanjungpinang?/foto kompas.com/ambar nadia

angkaberita – Langkah Gubernur Ansar menjadikan Pulau Penyengat magnet kunjungan wisman, khususnya Singapura-Malaysia, belum gayung bersambut. Kondisi pariwisata di ibukota Kepri bahkan terbilang mati suri sejak pandemi COVID-19. Karenanya, untuk sebagian, perlu rangsangan ulang.

Caranya? Kecuali Wako Lis Darmansyah Cs di Pemko, publik hanya dapat menebak-nebak skenario kebijakan pariwisata mereka. Terbaru, dia barusan menerima kunjungan pemikir pariwisata dari UTM di Malaysia, di tengah gaduh Dispar Tanjungpinang.

Selama ini, Kepri dan khususnya Tanjungpinang, sektor pariwisata tertolong berkah border tourism, berkat ikatan emosional jiran serumpun. Kemudian, wisata selisih nilai tukar mata uang (kurs), alias currency rate tourism. Sehingga, untuk sebagian, khusus emotional tourism sulit membedakan arus kunjungan murni plesiran, kunjungan keluarga, atau campuran keduanya.

Data BPS, tidak secara rinci menjelaskan detail wisman. Mereka hanya mencatat arus kedatangan wisman ke Kepri bersumber laporan Ditjen Imigrasi lewat pintu laut sekaligus akses transportasi dua negeri bertetangga.

Tapi, kalau melihat catatan sebelum pandemi, pariwisata Kepri tiga besar penyumbang kunjungan ke Tanah Air, setelah Bali dan Jakarta. Beda dengan mereka, Kepri melalui pintu laut. Pemko Tanjungpinang menjadikan pariwisata sumber PAD, meskipun belakangan kian tak menjanjikan.

Teori Wisata Hasan

Pada saat sama, Kadispar Hasan mengklaim perputaran duit pariwisata ke Kepri tembus Rp 17 triliun setahun, dan terserap ke kabupaten/kota, meskipun tak sepenuhnya berupa PAD. Saat bersamaan, dia optimistis dapat menggali duit pariwisata dari plesiran kapal labuh jangkar.

Klaim tadi tak berlebihan, jika merujuk pergerakan kapal melintasi Selat Malaka, lewat perairan Kepri. Tapi, menjadi tak masuk akal, ketika dia cara penghitungan dia sebatas mengakumulasi belanja Wisman dan Wisnu telah masuk ke Kepri. Sebab, dengan logika dia, seharusnya occupancy ratio perhotelan di Kepri di atas 50 persen.

Kemudian lama menginap juga lebih dari dua hari. Tapi, BPS Kepri, per Mei 2025, justru mencatatkan kondisi sebaliknya. Faktanya, pariwisata Kepri hanya berkutat ke Batam dan Bintan, persisnya Nongsa-Lagoi. Keduanya didukung kekuatan modal besar, untuk sebagian, dari pemodal Singapura.

Ibaratnya, duit saku kanan masuk saku kiri, tak menetes ke mana-mana. Tanjungpinang paling merasakan kondisi itu, meskipun seperti klaim Wako Lis Darmansyah, ibukota Kepri di masa lalu merupakan bandar ramai di tepian Selat Malaka.

Merangsang Tanjungpinang

Sapril Sembiring, praktisi pariwisata di Kepri, memiliki pemikiran menggairahkan kembali pariwisata di Bumi Gurindam. Istilah dia “Merangsang Tanjungpinang”. Selain menawarkan gagasan “creating demand”, dengan berburu ke Singapura dan Malaysia, juga membenahi Tanjungpinang.

Resepnya, (1) Benahi jadwal feri Singapura-Tanjungpinang (2) Geber habis wisata tematik, khususnya “wisata berkah”. “Jadwal feri, justru kita berangkat pagi. Sedangkan dari Singapura kesiangan,” ungkap dia. Padahal, kalau dari Singapura berangkat pagi, setidaknya mereka dapat makan siang di Tanjungpinang.

Artinya, wisata kuliner kebagian rezeki, karena wisman akan turun makan sebelum keliling, atau sekadar rebahan di penginapan. “Kalau ingin garap wisata inbound, jadwal keberangkatan mereka dari Singapura harus lebih pagi,” saran dia. Sebab, berkaca Batam, sektor transportasi menjadi kunci pendongkrak pariwisata.

Terbukti, begitu harga tiket feri naik, arus wisman Singapura ke Kepri menurun drastis. Itu, untuk sebagian, mereka merupakan pelancong bermodal selisih nilai kurs. Nah, Tanjungpinang dapat memulai “merangsang” pawisata dengan mulai mencermati dan mengkaji ekosistem selama ini dianggap business as usual, seperti jadwal feri tadi.

Pemko Tanjungpinang dan stakeholder selanjutnya dapat menggeber atraksi wisata tematik, khususnya “wisata berkah”. Sebab, di masa lalu, Tanjungpinang terbantu pelancong jenis ini. Mereka datang ke Tanjungpinang ingin mencari berkah lewat sedekat sekaligus berplesiran.

Sapril menawarkan skema paket wisata kurban dan panti asuhan. “Dulu, banyak warga Singapura datang ke Pinang, mengunjungi panti asuhan memberikan sedekah,” tutur dia. Pengakuan dia bukan isapan jempol, bahkan terdapat juga sejumlah warga Singapura rutin menjadi bapak asuh sejumlah panti asuhan di Tanjungpinang.


(*)

Bagikan
Exit mobile version