Sun. May 19th, 2024

angkaberita.id

Situs Berita Generasi Bahagia

Respon Isu Stunting, Dinkes Kepri Coba Resep Gesa Buana

3 min read

mardiansyah, kabid kesmas dinkes kepri/marwah

angkaberita.id - Selain menambah alokasi anggaran, Dinkes Kepri juga menggeber sejumlah ikhtiar guna merespon isu stunting di Bumi Segantang Lada. Terbaru, mereka segera meluncurkan inisiatif Gesa Buana, alias gerakan sayang ibu dan anak.

Gubernur Ansar akan meluncurkannya di Tanjungpinang atau Bintan. Lewat Gesa Buana, Pemprov melalui Dinkes Kepri ingin menangani stunting dari hulu ke hilir lewat skema Integrasi Layanan Primer (ILP), termasuk menggeber penguatan Posyandu Remaja.

Tahun 2024, Dinkes jor-joran menggarap sejumlah inisiatif demi merealisasikan target stunting 14 persen seperti di RPJMD Kepri. "Stunting menjadi bahasan di Musrenbang," kata Mardiansyah, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kepri, Rabu (3/4/2024).

Dia juga mengaku telah mengetahui kabar stunting di Kepri naik versi SKI 2023, meskipun Kemenkes RI belum merilis resmi hasil survei mereka. "Kita menunggu resminya," kata Mardiansyah. Dia mengaku hadir di Musrenbang membahas stunting.

Tak hanya jadi bahasan di Musrenbang, kabar kenaikan stunting di Kepri juga menjadi isu krusial di Bumi Segantang Lada. Bukan saja tahun terakhir target 14 persen di akhir 2024 seperti target Presiden Jokowi. Tapi, juga target bersamaan dengan tahun Pilkada serentak.

Di Kepri, Gubernur Ansar bahkan mendorong KDH di kabupaten/kota menggeber penanganan stunting. Syukur-syukur mendapatkan dana insentif fiskal miliaran rupiah seperti Pemko Batam dan Pemkab Natuna di tahun 2023 lalu.

Isu Musrenbang

Selain pembangunan inklusif dan kemiskinan, stunting menjadi bahasan tematik di Musrenbang Kepri pekan lalu. Kepala Dinkes Kepri dan Kepala BKKBN Kepri menjadi pemantik pembahasan di tengah kabar stunting Kepri naik.
Kepri menjadi provinsi ke-11 penyumbang kenaikan stunting secara nasional sepanjang tahun lalu.

Kenaikan stunting di Kepri justru saat mayoritas provinsi di Sumatera sukses menurunkan angka kasus berkaitan dengan tumbuh kembang anak balita tadi. Dengan penurunan terbesar terjadi Jambi sekaligus menjadi provinsi dengan angka stunting terendah di Sumatera sekaligus nasional.

Ironisnya, tahun lalu Kepri merupakan terbaik di Sumatera, dan empat besar kasus stunting terendah secara nasional. Sebelumnya beredar informasi angka stunting hasil SKI 2023, bukan SSGI seperti pemberitaan sebelumnya, per provinsi. Di Sumatera, angka stunting Kepri naik 1,4 persen menjadi 16,8 persen.

Secara nasional, Banten provinsi tertinggi kenaikan angka stunting. Yakni sebesar 4 persen. Padahal, kalau merujuk e-PPGBM, per Oktober 2023 Kepri terhitung turun kasus stunting. Kepala Baperenlitbang Misni, dalam sejumlah kesempatan, enggan merespon isu kenaikan stunting.

Koordinator TPPS Kepri di bawah Sekdaprov Adi Prihantara, itu lebih merespon pertanyaan terkait Musrenbang, termasuk soal usulan ke Rakorgub se-Sumatera dalam waktu dekat. Meskipun, informasi terhimpun, Musrenbang Kepri kemarin sukses menelurkan sejumlah inisiatif penanganan stunting di tahun 2024.

Seperti target 90 persen bayi di bawah dua tahun terdaftar di Posyandu, alias rutin penimbangan. Di Kepri, selama pandemi COVID-19, turun di bawah 80 persen. Kemudian memaksimalkan potensi ikan bagi intervensi gizi di Kepri.
Kolaborasi perencanaan program stunting lewat TPPS di kabupaten/kota.

Mencuatnya rekomendasi kolaborasi perencanaan seperti mengonfirmasi problem laten ego sektoral bersumber beda anggaran dan beda sumber anggaran. Kemudian isu sanitasi dan kesehatan lingkungan serta kesehatan reproduksi melalui Posyandu Remaja. Mardiansyah tak menampik rekomendasi aksi di Musrenbang Kepri tadi. "Ada juga ruang menyusui di tempat kerja," kata dia menambahkan merujuk inisiatif Pojok Menyusui.

Posyandu Remaja

Mardiansyah menjelaskan Dinkes tahun ini menggeber sejumlah inisiatif penanganan stunting, termasuk lewat Gesa Buana dengan mengoptimalkan Posyandu Remaja. Program reguler lainnya tetap berjalan seperti pemberian tablet darah ke pelajar SMP-SMA.

Juga pemberian suplemen nutrisi ke balita stunting, pengadaan Antropometri Kit dan sebagainya. "Targetnya, seribu hari pertama kehidupan, bayi dan ibunya mendapatkan asupan gizi dan terjaga kesehatannya," beber Mardiansyah didampingi Sri Rejeki dan Indrayanti, staf Dinkes Kepri.

Sri Rejeki, Fungsional Dinkes Kepri menambahkan, khusus tablet darah pihaknya telah mencoba berbagai cara kampanye agar sukses di kalangan pelajar. "Tapi, memang kesuksesannya juga harus melibatkan pihak lain, semisal orang tua dan sekolah," kata dia.

Indrayanti, Pelaksana Dinkes Kepri, menambahkan kordinasi program dengan kabupaten/kota juga dilakukan, termasuk penanganan ANC dan Posyandu Remaja. Nah, khusus Gesa Buana, Sri mengatakan nantinya menyasar kampanye kesehatan ibu dan anak.

Bukan hanya ibu dengan balita, tapi juga ibu hamil. Begitu juga dengan Posyandu Remaja, tenaga konselingnya tak hanya dari Dinkes, tapi juga dari sesama kalangan remaja. Istilah mereka peer counseling. "Mereka dapat bertanya kesehatan reproduksi saat ke Posyandu," kata Sri berpromosi.

Di Kepri, Posyandu Remaja telah terbentuk di tujuh kabupaten/kota dengan Puskemas setempat menjadi titik simpul pengelolaannya. Seperti juga Posyandu Lansia dan Posyandu Balita, sesuai dengan skenario reformasi kesehatan di Tanah Air, Posyandu nantinya akan menjadi garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat. Istilah Dinkes menjadi titik simpul integrasi pelayanan primer.

(*)

Bagikan