Kelakuan Pemda, Ngejar Duit Pusat. Simpan Duit APBD Di Bank!

kelakuan pemda di tanah air, sebagian di antaranya, sibuk ngejar duit pusat tapi tak mampu kelola duit apbd sendiri. lalu main aman simpan duit di bank/bogordaily.net

Kelakuan Pemda, Ngejar Duit Pusat. Simpan Duit APBD Di Bank!

angkaberita.id - Kelakuan Pemda di Tanah Air, untuk sebagian, tak berubah. Meski berkali-kali, Presiden Jokowi meminta perubahan. Namun kenyatannya tak berubah. Bahkan, Pemda hobi ngejar duit pusat, sedangkan duit di APBD justrru diendapkan di bank.

Curhat Jokowi meledak di depan jajaran kepala daerah setelah terungkap ada Pemda tak kreatif, alias mengendonkan duit ke perbankan. Berbicara dalam Rakornas dan Anuegerah Layanan Investasi 2021, Jokowi mengaku kecewa dengan kepala daerah lebih memilih menimbun duit APBD ketimbang belanja modal dan pembangunan.

"Saya harus ngomong apa adanya kepada para gubernur, bupati, dan wali kota," ujar Jokowi, seperti dilansir CNBC Indonesia, Kamis (25/11/2021). Soal duit APBD ngendon di perbankan bukan barang baru, Oktober 2021 Presiden juga menyindir kelakuan serupa. Bukannya berubah, sebagian mereka justru tak peduli.

Terbukti, Oktober 2021 duit ngendap Rp 170 triliun. Per November 2021, justru melonjak Rp 226 triliun. "Tadi pagi, saya cek ke menteri keuangan, masih ada berapa uang yang ada di bank. Ini sudah akhir November, tinggal sebulan lagi tidak turun justru naik," sebut Jokowi. Jokowi kian heran, duit dibiarkan mengendap bukan menggerakan ekonomi.

Ironisnya, sindir Presiden, tak sedikit Pemda sibuk lobi sana-sini mengejar duit pusat. Sedangkan duit di kantong, dibiarkan tak berguna. Alhasil, ekonomi begitu-begitu saja. "Ini perlu saya peringatkan. Loh uang kita sendiri tidak digunakan kok ngejar-ngejar orang lain untuk uangnya masuk? Logikanya gak kena," sindir Presiden Jokowi.

Rembes Bunga Simpanan

Jokowi lantas menyentil, bagaimana mau membujuk investor jika duit di tangan saja tak terkelola. "Realisasikan (duit ngendap), baru kita bicara investor mana uangmu. Saya titip itu saja," tegas Presiden. Pemerintah selama pandemi COVID-19, mendorong belanja pusat dan daerah menjadi pendongkrak konsumsi dunia usaha dan rumah tangga.

Meskipun konsumsi pemerintah tak tembus 10 persen dalam struktur PDB, namun setidaknya menjadi perangsang bertumbuhnya sektor lain. Selama pandemi, konsumsi pemerintah menjadi satu-satunya sektor penyerap anggaran disaat komponen PDB lainnya, justru kontraksi. Skenario terburuk, jika belanja pemerintah juga ambyar, tentu tahun 2020 kontraksi ekonomi nasional jauh di atas -2,07 persen.

Menkeu Sri Mulyani juga geleng-geleng kepala. Kelakuan duit APBD ngendap di bank tak berubah setiap tahun. Parahnya, sebagian daerah tadi justru duit TKDD terhitung besar. "Ada daerah pendapatan transfernya cukup besar, namun belanja jauh lebih rendah," sebut Menteri Sri.

Kalangan ekonom tak menampik dugaan Pemda sengaja nyimpan duit di bank demi ngejar bunga simpanan. Di saat PAD jeblok, selama pandemi COVID-19, Pemda berharap duit bunga simpanan bisa menambah struktur pendapatan di APBD. Biar Pemda dianggap kerja.

"Ini masalah klasik, perilaku Pemda simpan dana di bank untuk mendapatkan pendapatan bunga," kata Bhima Yudhistira, Ekonomi INDEF. Kemungkinan kedua, kata Bhima, Pemda kesulitan mengeksekusi APBD lebih cepat karena teknis pencairan anggaran dan perencanaan APBD.

Namun, sebagian Pemda menyangkal tudingan ingin main aman kelola APBD. Sebab, menurut mereka, proses lelang dan eksekusi anggaran juga panjang. Konsekuensinya, duit dianggarkan akhirnya ngendon di perbankan hingga pencairan ke pihak ketiga pelaksana kegiatan Pemda.

(*)

Bagikan