Kapal van der Wijck: Kapal Titanic Versi Indonesia Ditemukan, Moyang Kapal Pelni

kapal van der wijck/kompas.com via kemendikbud.go.id

Kapal van der Wijck: Kapal Titanic Versi Indonesia Ditemukan, Moyang Kapal Pelni

angkaberita.id – Disebut sebagai kapal Titanic-nya Indonesia, arkaelog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur dikabarkan telah mengidentifikasi titik lokasi penemuan bangka kapai disebut-sebut kapal Van der Wijck di perairan Kabupaten Lamongan.

Konon, saat tenggelam di perairan itu kapal mewah itu selepas angkat sauh dari Pelabuhan Buleleng menuju ke Semarang setelah singgah di Surabaya. Catatan sejarah, saat tenggelam kapal mengangkut besi. Puluhan penumpang hilang, meskipun sang nakhoda justru selama. Seperti Titanic, kapal itu menginspirasi satu judul film di Tanah Air.

Seperti juga kisah-kisah muram kapal tenggelam, lokasinya disebut-sebut angker. Tengeglam di tahun 1936, pengakuan seorang penyelam setempat pernah mendapati keganjilan saat berada di dekat lokasi. “Banyak warga sejak dulu meyakini bahwa di sekitar lokasi kapal tenggelam itu memang angker,” kata Faizin, nelayan Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan.

Dia ikut eksplorasi tim BPCP melacak lokasi bangkai Kapal Van Der Wijck. Bupati Lamongan memberinya penghargaan atas partisipasinya, Kamis (21/10/2021). “Banyak warga yang tidak bersedia untuk ikut menyelam karena memang mendengar atau mengalami sendiri,” kata Faizin, seperti dilansir detikcom, Kamis. Dia mengaku pernah mengalami sendiri kejadian itu.

Apa itu Kapal Van Der Wijck? Kompas.com menulis, kapal pernah menjadi judul film tahun 2013, tentang percintaan Zainudin dan Hayati, seperti Titanic, membetot perhatian publik. Kapal mewah itu pabrikan Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) di Rotterdam, dengan rute pelayaran di Tanah Air.

Nama diambil dari Gubernur Jenderal Hindia, yaitu Jonkheer Carel Herman Aart Van Der Wijck. Dia berkuasa 1893-1899. Perusahaan KPM kelak menjadi PT Pelni. Kapal itu menjadi favorit penumpang kapal laut. Pada Oktober 1936, Van der Wijck bertolak ke Surbaya dari Buleleng, memuat 150 ton besi dan lima kondesor masing-masing seberat 3 ton.

Saat melanjutkan ke Semarang, kapal justru tenggelam seperti dilansir IDN Times, dari surat kabar Australia, The Queenslander terbitan Kamis 22 Oktober 1936, kapal sekonyong-konyong miring saat berada 64 kilometer barat daya Surabaya. Selama 6 menit kapal berjuang, sebelum akhirnya menjadi sejarah. Sebanyak 75 penumpang dinyatakan hilang, tapi sang nakhoda Kapten Akkerman dikabarkan selamat. (*)

Bagikan