Kisah Tanjung Moco, Ikhtiar Kepri Melawan Pelabuhan Koma!
Belasan pemancing terlihat asyik mengawasi kail lemparannya ke air, Jumat (17/9/2021). Mereka tersebar di kanan kiri ujung dermaga sepanjang lapangan sepakbola itu. Sebagian asyik bercengkerama dengan sang pacar di rembang sore itu. "Cari ikan tamban, Bang," kata seorang pemancing.
Ikan tamban endemik di Tanjungpinang. Ikan ini biasa jadi lauk menu nasi lemak khas Melayu. Dalam kondisi ideal, bukan keramaian pemancing seharusnya di pelabuhan itu. Tapi, aktivitas bongkar muat barang dan logistik kebutuhan warga di Tanjungpinang.
Harapan hadirnya pelabuhan bongkar muat lebih layak di Tanjungpinang sempat mencuat di awal Februari 2020. Saat itu, KSOP Tanjungpinang menguji coba sandar kapal ke dermaga pelabuhan Tanjung Moco di Dompak, Bumi Gurindam, setelah setelah sepuluh warsa pengerjaan sejak tahun 2010.
Uji coba setelah sebulan sebelumnya, Kemenhub menerbitkan izin operasi pelabuhan bongkar muat keempat di Tanjungpinang itu, dengan dua di antaranya terhitung pelabuhan tradisional, yakni Pelantar II dan Tanjung Unggat. Sedangkan Pelabuhan Sri Payung menjadi satu-satunya pelabuhan peti kemas.
Namun, setahun lewat bahkan menuju pergantian tahun 2021, belum terlihat tanda-tanda kehidupan khas pelabuhan bongkar muat. Ibarat sakit, Pelabuhan Tanjung Moco tengah koma. Meskipun tidak beraktivitas, tapi masih hidup. Bukti kehidupannya, penerangan dan sebagian sarana penunjang ke pelabuhan tersedia.
Seperti lampu penerangan di dermaga dan jalan akses ke lokasi. Hanya memang, fasilitas gudang dan lainnya belum tersedia di lokasi. KSOP dan Pemda, melalui otoritas pengelola kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (BK FTZ), seperti saling menunggu, terutama soal pendanaan studi kelayakan seperti DED.
Keduanya sama-sama memiliki kewenangan melengkapi penyediaan fasilitas penunjang seperti amanat UU Pelayaran dengan status sebagai pelabuhan pengumpul dan pelabuhan pengumpan. Tapi, beberapa bulan terakhir, harapan tersadarnya Pelabuhan Tanjung Moco dari koma terasakan.
Sejumlah pekerja hilir mudik ditemani peralatan berat tengah menuntaskan pengerjaan jalan ke lokasi. Aspal hitam mulus terlihat memenuhi satu ruas dalam jalan empat lajur itu. Sebagian lagi masih tanah kerakal bekas kerja pengerasan jalan.
Jalan ke Tanjung Moco, untuk sebagian, merupakan ikhtiar pemerintah mendenyutkan kembali jantung pelabuhan bongkar muat setelah sempat terhenti dua tahun lebih di tahun 2015-2017 akibat belitan persoalan saat itu. Telah ratusan miliar duit APBN/APBD mengucur ke situ.
Terbaru, Pemprov berkolaborasi dengan Jubir Kepri di DPR mengusulkan jalan ke lokasi menjadi jalan nasional. Langkah itu, dalam istilah medis, seperti CPR atau pemberian nafas tambahan ke pasien tidak sadarkan diri akibat berhenti detak jantungnya. Kabar baiknya, pemerintah melalui Kementerian PUPR disebut-sebut mengabulkan usulan itu. Surat Keputusan Menteri PUPR segera terbit.
Sehingga 700 kilometer pengajuan penambahan jalan nasional di Kepri, tersebar di tujuh kabupaten/kota ke depan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab APBN peningkatan dan pemeliharannya, termasuk 5,7 kilometer kalan ke Pelabuhan Tanjung Moco. Jalan sepanjang itu merupakan usulan terbaru Pemprov Kepri dalam surat terakhir ke Menteri PUPR per 31 Agustus 2021.
Sebelumnya sudah bolak-balik Pemprov Kepri, dengan gubernur silih berganti, mengusulkan pembangunan jalan nasionak ke pusat. "Jalan nasional di Kepri segera di SK-kan beliau (Menteri PUPR)," ujar sumber di lingkaran Cen Sui Lan, anggota DPR di Komisi V dari Dapil Kepri, Kamis (9/9/2021).
Berdasarkan data Ditjen Bina Marga per 2019, ruas jalan nasional di Kepri sepanjang 586,83 kilometer. Terinci, jalan arteri primer sepanjang 196,93 kilometer dan jalan kolektor primer-1 sepanjang 389,90 kilometer. Sedangkkan ruas jalan kabupaten/kota sepanjang 3.827,17 kilometer.
Meski demikian, diakui Cen, jalan nasional masih terkonsentrasi di Batam dan Bintan, mencakup tiga wilayah administratif, yakni Pemko Batam, Pemko Tanjungpinang dan Pemkab Bintan. "Misalnya jalan lintas barat di Bintan," kata Cen kepada Dirjen Bina Marga saat itu. Tanggung jawab jalan, kini revisi UU Jalan tengah pembahasan di DPR, terbagi berdasarkan klasifikasi dan kelas jalannya.
Dengan persetujuan itu, sebagian beban APBD dapat dialihkan ke APBN khusus urusan jalan dengan status jalan nasional, termasuk jalan akses ke Pelabuhan Tanjung Moco. Konsentrasi jalan ke Batam dan Bintan bukan tanpa alasan. Selain konsentrasi jumlah penduduk Kepri, juga pusat perekonomian Kepri di dua pulau utama itu.
Begitu juga dengan konsentrasi duit anggaran. Berdasarkan data, dari estimasi Rp 14 triliun duit APBN/APBD di Kepri, sekitar Rp 12 triliun lebih terkonsentrasi di Batam dan Bintan. Pelabuhan Tanjung Moco diharapkan dapat meredakan keluhan tingginya biaya logistik di Kepri.
Selain itu, hadirnya Pelabuhan Tanjung Moco juga dapat mengurai pengangkutan kontainer tersendat di Pelabuhan Sei Kolak di Bintan akibat tarik ulur bisnis pengangkutan. "Makanya, aktivitas bongkar muat kapal dialihkan ke Pelabuhan Tanjung Moco," ungkap Andi Mappeatti, Kepala KSOP Tanjungpinang, pada satu kesempatan.
Dengan kapal perintis, biaya muat per kontainer lebih murah dibandingkan melalui lainnya di kisaran Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per kontainernya. Pelabuhan Tanjung Moco juga diharapkan dapat mengurai antrean bongkar muat di Pelabuhan Sri Payung, satu-satunya pelabuhan bongkar muat khusus kontainer di Tanjungpinang.
Sinergi Pelabuhan Hinterland
Dengan luasan perairan mencakup 96 persen wilayah, Kepri merupakan daerah kepulauan terbesar di Tanah Air. Jumlah pulau juga terbanyak di Tanah Air, hampir sepuluh persen dari 17 ribu pulau terdaftar di Tanah Air, berada di Kepri. Wajar jika banyak pulau di Kepri masih perawan alias tak berpenghuni, bahkan pulau berpenghuni kerap memiliki nama sama.
Dengan topografis itu, pelabuhan merupakan keniscayaan dan urat nadi kehidupan ekonomi di Bumi Segantang Lada. Hadirnya pelabuhan bongkar muat, untuk sebagian, diharapkan menjadi "jangkar perekonomian" di setiap pulau utama di Kepri sekaligus menjadi hub bagi kawasan penyangga (hinterland) di sekitar, termasuk Pelabuhan Tanjung Moco
Dengan transtel sepanjang 600 meter, dan dermaga sejauh 70 meter, Pelabuhan Tanjung Moco sanggup disandari kapal kargo bermuatan hingga 800 GT dan 1000 DWT. Bukan jenis kapal kecil. Ke depan, bahkan ada rencana penambahan dermaga menjadi 150 meter, sehingga dapat menyandar kapal kontainer berbobot 3000 DWT.
Tak heran, berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan 2019 di Kepri, hampir setiap kabupaten didesain memiliki pelabuhan jangkar, baik angkutan penumpang maupun barang atau peti kemas. Setidaknya terdapat puluhan pelabuhan di Kepri, tersebar di tujuh kabupaten/kota. Terbaru di Natuna, yakni Pelabuhan Teluk Buton, meskipun belum pembangunan akibat ketiadaan dana.
Ironisnya, di hampir pelabuhan jangkar usulan di Kepri, pembangunan selalu terbelit masalah. Selain Tanjung Moco, khusus pelabuhan bongkar muat ialah Pelabuhan Malorko di Karimun. Begitu juga dengan Pelabuhan Berakit di Bintan. Nama terakhir merupakan pelabuhan kelolaan BUMD Kepri. Ada juga Pelabuhan Dompak, khusus angkutan penumpang, juga belum difungsikan akibat mangkrak, meskipun menelan dana ratusan miliar.
Gubernur Ansar Ahmad agaknya melihat skala prioritas. Tanpa mengesampingkan belitan persoalan, dia berusaha mengurai dan mendenyutkan kembali pelabuhan koma itu, termasuk Pelabuhan Tanjung Moco di Dompak. Sebab, potensi pendapatan dan dukungan penguatan perekonomian merupakan keniscayaan.
Berdasarkan data, empat sektor tercatat menyumbang pertumbuhan perekonomian di Kepri, tahun 2018, yakni konstruksi, manufaktur dan pengolahan. Tahun 2020, ditambah pawisata dalam daftar tiga besar. Sumbangsih sektor perikanan juga tak bisa dikesampingkan. Apalagi pemerintah melalui Kementerian BUMN, secara tidak langsung, juga membantu percepatan itu.
Terbaru, dengan merger PT Pelindo per Oktober mendatang, dan restrukturisasi entitas usahanya menjadi, satu di antaranya, mengurusi konektivitas pelabuhan di hinterland, sehingga hadir efisiensi pelayanan dan operasional serta memangkas biaya logistik, disebut-sebut masih memakan hingga 23 persen PDB nasional.
Melihat potensi ekonomi itu, usulan jalan nasional Gubernur Kepri Ansar Ahmad merupakan ikhtiar mendenyutkan kembali Pelabuhan Tanjung Moco. Sebab, untuk sebagian, dibanding menghadirkan pelabuhan baru, lebih masuk akal dan realistis menghidupkan pelabuhan telah mati suri, meskipun untuk itu berliku jalannya.
(*)