HK Tertarik Garap Jembatan Babin, September Lelang. Singapura Pemodalnya?
angkaberita.id – Kendati molor setahun dari jadwal, namun proyek Jembatan Batam-Bintan (Babin) besar kemungkinan terlaksana tahun depan. Meskipun belum terungkap, pemodal dari Singapura diyakini lebih masuk akal dibanding negara lainnya. Kenapa?
Setidakya ada lima alasan penguat segera terealisasinya proyek berskala triliunan di Kepri itu. Pertama, setelah lebih 15 tahun terkubur sejak Gubernur Kepri Ismeth Abdullah mencuatkan isunya tahun 2005, Presiden Jokowi di akhir periode pertama pemerintahannya kembali menghangatkan isu itu.
Seiring kebijakan sang presiden mereposisi Batam sebagai hub pengapalan alternatif sekaligus pabrikan produk ke Singapura. Pendeknya, menjadi hub logistik di Tanah Air. Apalagi, meskipun tak masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN) 2021, namun telah mendapatkan lampu hijau pemerintah sebelumnya.
Berupa Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sumatera. Sudah puluhan proyek strategis nasional mangkrak di rezim sebelumnya, Presiden Jokowi realisasi pengerjaannya. Kedua, diyakini, COVID-19 mempercepat realisasi pengerjaan proyek, termasuk di Kepri, demi menahan kontraksi ekonomi akibat pandemi melalui belanja pembangunan.
Buktinya, kendati muncul belakangan proyek pegembangan Bandara Hang Nadim langsung “bungkus” menggandeng konsorsium dari Negeri Gingseng. Dalam proyek senilai hampir Rp 7 triliun, investor Korsel memang sejak lima tahun terakhir intens mengkaji proyek bandara dengan landas pacu terpanjang di Tanah Air.
Meskipun proyek KPBU, namun sejatinya merupakan proyek turunan kesepakatan pemerintah Indonesia dan Korsel berdalih penguatan kerjasama ekonomi bilateral. Meski demikian, kesuksesan proyek Bandara Hang Nadim agaknya bakal menjadi “pakem” skema kerjasama KPBU proyek serupa, termasuk Jembatan Babin.
Ketiga, masuknya tawaran dari Hutama Karya dalam proyek Jembatan Babin penguat skema itu. Apalagi, pemerintah demi mengakomodasi kepentingan calon pemodal dalam konsorsium mitra Hutama Karya kelak, juga mengubah desain awal (basic design) Jembatan Batam Bintan.
Terutama pendanaan sepertiga nilai proyek, skema jembatan berbayar (tax on location) dan pelebaran ROW dalam dua bentang jembatan itu. Sehingga memberikan keleluasaan calon pemodal menghitung lama waktu balik modal sekaligus konsesi BOT alias Bangun, Operasikan dan Serahkan.
Pesan Menko Luhut soal perlunya Gubernur Kepri membuat studi ekonomi senapas dengan pernyataan Kementerian PUPR agar secara proyek masuk hitungan bisnis (economically feasible). Gubernur Ansar menjawabnya dengan estimasi jumlah kendaraan lewat 7.000 unit per hari.
Formulanya jelas, kian lebar ROW jembatan makin banyak kendaraan bermotor lewat. Estimasi volume kendaraan melintas akan menjadi angka pengali besaran tarif tol kelak sekaligus penentu lama waktu konsesi BOT.
September Lelang?
Keempat, Kementerian PUPR memperkirakan kuartal II tahun 2021, kemungkinan setelah Agustus, proyek Jembatan Babin masuk proses lelang. Jika itu benar, artinya pemerintah telah mengantongi calon investor serius. Kesediaann pemerintah menanggung sepertiga pembiayaan proyek menjadi konsesi kepada calon pemodal itu.
Terakhir, sekaligus faktor terpenting, Presiden Jokowi disebut tidak ingin pada tahun 2024 terdapat proyek infrastruktur. Pernyataan Walikota Batam, Rudi seperti mengonfirmasi itu. Dia memastikan proyek Bandara Hang Nadim sebelum tahun 2024 berakhir. Karena itu, akhir tahun ini sudah pengerjaan tahap awal.
Kenapa tahun 2024? Karena bersamaan tahun politik di Tanah Air. Selain Pilkada, Pileg, pada tahun kabisat itu juga ada Pilpres. Presiden agaknya tak ingin proyek berskala triliunan menjadi kecap kontestasi politik. Lalu siapa calon kuat pemodalnya?
Bukan bertaruh, besar kemungkinan pendana Singapura calon kuat. Sebab, beda dengan proyek Bandara Hang Nadim, Jembatan Babin justru, secara teori, menguntungkan Negeri Singapura. Kalau Bandara Hang Nadim bakal menjadi pesaing Bandara Changi sebagai hub internasional arus penumpang dan barang.
Jembatan Babin memastikan koneksi Singapura dengan lokasi investasinya, seperti kawasan pariwisata di Nongsa Batam dan Lagoi di Bintan. Sudah menjadi rahasia umum, pemodal usaha wisata di kawasan itu investor dari Singapura. Begitu juga dengan pengunjung terbesar alias pelancongnya, mayoritas dari Singapura.
Nah, seperti kerjasama bilateral Indonesia-Korsel di balik suksesnya proyek Bandara Hang Nadim, lobi bilateral Indonesia-Singapura awal Maret lalu, untuk sebagian, juga bakal menjadi “tanda jadinya” pengerjaan Jembatan Babin.
(*)