Pilkada Di Kepri (10): Modal Ansar-Marlin Nakhodai Kepri Tidak Buruk-buruk Amat, Kenapa?

pada tahun 2015, kepri merupakan provinsi terkaya di sumatera dengan pendapatan per kapita Rp 103 juta, secara nasional berada di urutan tiga besar, hanya kalah dari dki jakrta dan kalimantan timur. foto ilustrasi jembatan fisabilillah menghubungkan pulau batam dengan pulau rempang/foto via id.wikipedia.org

Pilkada Di Kepri (10): Modal Ansar-Marlin Nakhodai Kepri Tidak Buruk-buruk Amat, Kenapa?

angkaberita.id – KPU baru saja menetapkan pasangan Ansar Ahmad-Marlina Agustina unggul perolehan suara pada Pilgub Kepri, Sabtu (19/12/2020). Namun, dapat dipastikan, masa ‘bulan madu’ keunggulan mereka tidak lama lantaran dua pekerjaan rumah di depan mata telah menunggu mereka.

Yakni, pandemi COVID-19 dan pemulihan kondisi ekonomi Kepri. Kabar baiknya, setidaknya merujuk data BPS Kepri, bekal modal sosial mereka menakhodai Bumi Segantang Lada menghadapi dua tantangan itu, boleh dikata, tidak buruk-buruk amat.

Secara kualitas SDM, Kepri terbilang lebih baik dibanding daerah lain. Ke depan, Ansar-Marlin tinggal menerjemahkan keunggulan suara (baca: kepercayaan) itu menjadi kerja nyata, dengan merangkul seluruh spektrum politik di Bumi Segantang Lada demi menghadapi dua tantangan tadi.

Sebab, jika rujukannya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kepri 2020 mengalami kemajuan. Bahkan, secara nasional, bertengger di peringkat empat serta hanya kalah dari DKI Jakarta, Yogyakarta dan Kalimantan Timur, tetapi tertinggi di Sumatera.

Secara nasional, rata-rata IPM tahun 2020 sebesar 71,94, dan IPM Kepri mencapai 75,59, naik 0,11 poin dibanding tahun 2019. Kendati ranking itu bukan satu-satunya ukuran kemajuan pembangunan manusia, berdasarkan dua kriteria yakni kecepatan dan status IPM, Kepri pantas berbangga.

Selain terus meningkat setiap tahunnya, juga secara status terus bertahan di level “tinggi”. Itu artinya, dana perimbangan bakal mengalir terus ke Kepri berupa Dana Alokasi Umum (DAU) lantaran Pemda di Bumi Segantang Lada, boleh disebut, benar-benar bekerja.

Begitukah? Kecuali pengeluaran per kapita, indikator IPM lainnya di Kepri terbilang meningkat dibanding setahun sebelumnya. Sebagai bukti, tiga komponen utama IPM seperti angka usia harapan hidup meningkat.

Begitu juga dengan kesempatan mendapatkan pendidikan hingga sekolah lanjutan atas terbilang maksimal peluangnya. Masih berdasarkan data sama, angka harapan hidup bayi lahir di Kepri hingga 69,96 tahun. Peluang bersekolah selama 12,87 tahun, meningkat 0,04 tahun dibandingkan tahun 2019.

Penduduk usia 25 tahun ke atas rerata telah menempuh pendidikan selama 10,12 tahun, atau lulus SLTA, meningkat 0,13 tahun dibandingkan setahun sebelumya. Hanya, pengeluaran per kapita sebesar Rp 14,209 juta, menurun Rp 257 ribu dibandingkan tahun 2019.

Meski demikian, tetap saja Kepri termasuk provinsi termahal di Tanah Air. Hanya kalah dari DKI Jakarta dan Kalimantan Timur. Dua nama terakhir, secara per kapita memang memiliki PDRB lebih besar dibanding Kepri berkat sektor jasa dan SDA.

Sekadar gambaran, pengeluaran buat makan seorang penduduk DKI Jakarta per bulan setara total pengeluaran makan 4 orang penduduk NTT. Jadi, Ansar-Marlin tidak berat-berat amat modal sosialnya menakhodai Kepri hingga 2024.

(*)

Bagikan