INSIDE BPS: Pertanian Bekal Kepri Hadapi Pandemi COVID-19, Kenapa?
angkaberita.id – Pandemi COVID-19 mengirim sinyal tegas ke kontestan Pilkada di Kepri, khususnya Pilgub. Selain terus bertambahnya kasus COVID-19 di Bumi Segantang Lada, juga ancaman pengangguran akibat terpuruknya kondisi perekonomian.
Jumlah pengangguran di Kepri akibat pandemi COVID-19 tak sedikit. Berdasarkan data BPS Kepri, tercatat sebanyak 288.549 orang atau setara 16,87 persen penduduk usia kerja di Kepri, terdampak pandemi COVID-19. Sebagian di antara mereka menjadi pengangguran karena COVID-19, sebanyak 42.210 orang.
Kemudian tidak bekerja karena COVID-19 sebanyak 12.568 orang. Sebanyak 225.184 orang terpaksa mengalami pengurangan jam kerja. Selebihnya, sebanyak 8.587 berstatus BAK akibat COVID-19. Pada saat sama, jumlah angkatan kerja per Agustus 2020 naik 64.802 orang dibanding periode sama tahun lalu, menjadi 1.133.776 orang.
Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) hanya beringsut sebesar 1,59 persen poin. Praktis, terjadi peningkatan angka pengangguran terbuka. Per Agustus, data BPS mencatat, tingkat pengangguran terbuka di Kepri sebesar 10,34 persen, naik 2,84 persen dibanding tahun lalu.
Sejumlah sektor berandil terhadap peningkatan pengangguran, seiring dengan penurunan proses usaha mereka akibat pandemi. Yakni, industri pengolahan turun 1,15 persen poin dan konstruksi sebesar 0,92 persen poin. Industri pengolahan sendiri pada kuartal II tahun 2020 menjadi satu-satunya andalan ekonomi Kepri di masa pandemi.
Kabar baiknya, peningkatan angkatan kerja terserap ke sektor non industri selama pandemi, seperti pertanian dan jasa pendidikan. Dua sektor usaha itu tercatat tumbuh selama pandemi, masing-masing sebesar 1,39 persen poin dan 1,28 persen poin. Khusus sektor pertanian, terkonfirmasi dengan kenaikan pekerja informal sebanyak 5,84 persen.
Jauh meninggalkan peluang kerja di sektor formal, justru tercatat turun sebesar 5,84 persen dibanding Agustus 2019. Secara umum, selama kuartal III tahun 2020, perekonomian Kepri terkontraksi, tumbuh negatif 5,81 persen dibanding periode sama tahun 2019.
Jebloknya sektor perdagangan, besar dan retail, serta lesunya permintaan usaha otomotif menyumbang kontraksi itu. Kondisi diperburuk dengan terus tergerusnya sektor konstruksi. Pada tahun 2018, sektor konstruksi bersama dengan pertambangan dan manufaktur menjadi nyawa perekonomian Kepri.
(*)