Sun. May 19th, 2024

angkaberita.id

Situs Berita Generasi Bahagia

pemilu 2019, penghitungan konversi suara ke kursinya menggunakan metode saint lague, bukan lagi bilangan pembagi pemilih/foto potretnews.com

Menunggu Kuda Hitam Pilgub Kepri, Isdianto-Ismeth Siapa Mengalah?

angkaberita.id – Seiring resmi berduetnya Ansar Ahmad-Marlin Agustina ke Pilgub Kepri mendatang, kini tekanan kuat mengarah ke PKS dan Isdianto. Sebagai parpol terbesar ketiga bersama Nasdem di Kepri, PKS diyakini tak ingin berakhir menjadi partai pendukung kontestan.

Begitu juga dengan Isdianto, sebagai petahana seiring status pelaksana tugas gubernur, gagal dapat perahu apalagi batal maju tentu bukan cara elegan keluar dari gelanggang politik Pilgub berpuncak pada 9 Desember mendatang. Dengan kondisi itu, PKS dan Isdianto berada dalam kondisi psikologis sama: Bagaimana terhindar dari ekses tekanan politik Pilgub?

Pada titik ini, bekerjasama menjadi masuk akal bagi keduanya. Persoalannya, selain Isdianto masih terdapat nama Ismeth Abdullah. Dengan kapasitas Ismeth, termasuk menjabat Gubernur Kepri hasil Pilgub 2005, secara politis Ismeth tak bisa diabaikan. Nah, di simpang pilihan itulah, ijtihad politik PKS dinantikan publik di Kepri.

Apakah Pilgub Kepri bakal berakhir dua kontestan (head on), Soerya Respationo-Iman Sutiawan versus Ansar Ahmad-Marlin Agustina, atau bakal muncul kuda hitam usungan koalisi PKS? Kalau akhirnya muncul kuda hitam, antara Isdianto dan Ismeth siapa akan mengalah?

Dengan enam kursi di DPRD, kendati berpeluang besar membidani lahirnya kuda hitam di Pilgub Kepri namun PKS muskil maju sendiri tanpa koalisi. Dengan ketentuan 20 persen jumlah kursi, syarat mengusung calon ke Pilgub Kepri minimal 9 kursi. Dengan PDIP, Gerindra dan PKB mengutub ke Soerya-Iman, serta Golkar-Nasdem ke Ansar-Marlin.

Secara teori, kini tersisa lima parpol berkursi belum menentukan sikap. Namun jika mengikuti sepak terjang Isdianto dan Ismeth jauh sebelum Ansar-Marlin resmi disandingkan, hampir seluruh parpol berkursi tersisa telah menjajaki kemungkinan satu sama lain. Ismeth sedari awal santer dengan Golkar, PKS dan PAN.

Nama PAN disebut-sebut lantaran Ismeth bakal menggandeng Irwan Nasir, Bupati Meranti sekaligus Ketua DPW PAN Riau. Namun belakangan tak ada kabar kelanjutan duet itu, termasuk saat hendak maju melalui jalur independen. Isdianto setali tiga uang, sejak awal digadang-gadang bakal mewakili PDIP, meskipun belakangan tampak mesra dengan Nasdem dan Hanura setelah pecah kongsi dengan Soerya Respationo.

Praktis, dengan kondisi itu Demokrat dan PPP menjadi parpol berkursi tanpa manuver sama sekali di Pilgub Kepri. Belakangan terungkap, sikap itu diyakini demi memuluskan langkah sang ketua menggandeng kader Golkar sekaligus anak Ansar di Pilbup Bintan. PPP dengan sebiji kursi ke siapapun, posisinya sebatas parpol pendukung.

Saut Sirait, Analis Politik Kepri di Karimun, meyakini Pilgub Kepri bakal tiga pasang. Dengan konstelasi saat ini, dia meyakini Isdianto bakal menjadi pesaing Soerya-Iman dan Ansar-Marlin. “Isdianto bakal maju lewat PKS-Hanura,” ujar dia, Senin (13/7/2020). Alasannya sederhana, sama-sama tidak ada pilihan lain.

Dengan 9 kursi, koalisi PKS-Hanura sudah memenuhi persyaratan. Sebagai wakil Suryani, kader PKS sekaligus anggota DPRD Kepri tiga periode. Kemesraan keduanya di Batam dalam suatu acara diyakini sebagai sinyal ke arah itu. Jika ini terjadi, pertarungan Pilgub Kepri bakal berwarna lantaran hadirnya dua perempuan di posisi wakil.

Berbeda dengan Marlin, sejak awal memang telah digadang-gadang namanya. Suryani terbilang belakangan mencuat di PKS, seiring dinamika percaturan Pilgub Kepri. Perubahan strategi di menit-menit akhir itu diyakini bukan sekadar jualan slogan kampanye ‘Insani’ namun juga, boleh jadi, menguji pertanyaan internal PKS: Benarkah nyawa PKS di Kepri sejatinya di tangan kader perempuan?

(*)

Bagikan