Petinju Muhammad Ali Berkunjung ke Irak, Saddam Husein Bebaskan 15 Sandera. Ini Kisah di Baliknya

Muhammad Ali dan Saddam Husein/Foto Screeshot Youtube via Intisari.grid.id

angkaberita.id – Nama besar Muhammad Ali, juara tinju kelas berat dunia yang terkenal sebagai ‘Si Mulut Besar’ ternyata ampuh melumerkan hati Saddam Husein, penguasa Irak di masa jayanya rela membebaskan sanderanya.

Kisahnya terjadi sebelum perang teluk. Namun langkah Ali disalahartikan dan dikritik oleh Presiden Amerika George HW Bush pada saat itu, tepatnya tahun 1990. Sebagai seorang juara dunia, Ali pantang untuk menyerah, meski dikecam dari banyak pihak.

Bahkan New York Times secara terang-terangan menyebutnya sebagai selebritis dengan keegoisan abnormal yang muncul dari kedalaman dirinya, demi mencari popularitas.

“Tentunya kampanye pelepasan sandera paling aneh dalam beberapa tahun terakhir, adalah niat baik dari Muhammad Ali, dia telah menghadiri pertemuan demi pertemuan di Bagdad meski dia sering tidak berbicara jelas,” kutip dari New York Post.

Pada saat Ali berusia 48 tahun, dia menderita penyakit parkinson selama enam tahun. Jadi sangat wajar, bahwa Ali disebut sebagai pesakitan saat dirinya melakukan misi independen untuk menyelamatkan sandera di Irak.

Ali juga mengatakan, dia menolak takut. “Aku adalah raja dunia!” katanya, dengan lantang. Dia lebih lantang bicara sebagai orang hitam di hadapan orang Amerika kulit putih, terutama saat berada di atas ring boxing.

Tahun 1985, Ali melakukan perjalanan ke Lebanon dalam upaya membebaskan 40 sandera Amerika. Namun misinya gagal. Kemudian pada Agustus 1990 tak lama setelah Irak menginvasi Kuwait, Saddam mengambil ribuan sandera orang asing.

Setelah PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut agar Irak keluar dari Kuwait, Saddam telah membawa 15 orang Amerika, dan menggunakannya sebagai perisai manusia. Dia menahannya di gedung-gedung yang kemungkinan akan dibom oleh Amerika.

Pada saat itulah, Ali datang ke Irak dalam misi pembebasan itu, seperti diceritakan dalam film dokumenter “30 untuk 30” Ali : The Mission Muslim Amerika. Ali mendarat pada 23 November 1990, demi bertemu dengan Saddam Husein.

Tetapi setibanya di Irak, Saddam Husein membuat Ali menunggu. Mohammad Ali membebaskan para sandera. New York Times Mohammad Ali membebaskan para sandera.

Seminggu kemudian, Ali yang menderita parkinson kehabisan obatnya, dia tidak bisa bangun dari tempat tidurnya dan berbicara. Penghubung Ali dari Kedubes Amerika, Vernon Nored menemukan obat di Rumah Sakit Irlandia di Baghdad dan memberikan pada Ali.

Pada hari berikutnya, Saddam setuju bertemu dengan Ali pada 29 November, pertemuan tersebut terbuka dan media datang untuk meliputnya.

Setelah Ali dengan sabar mendengarkan Hussein, dia mengatakan kepadanya bahwa dia akan mengambil para sandera dari Irak.

Tetapi Hussein berkata, “Saya tidak akan membiarkan Muhammad Ali kembali ke AS tanpa memiliki sejumlah warga negara Amerika menemaninya.”

Pada 2 Desember 1990, Ali dan 15 orang lelaki itu kembali ke Amerika Serikat dengan selamat. Hanya beberapa minggu kemudian, pada 6 Januari 1991, Amerika Serikat mulai membom Irak.

Ali sendiri masih diliputi oleh kritik bahwa misinya adalah peningkatan diri, bahwa ia hanya mencari publisitas yang lebih banyak. Tetapi Ali menepis hal itu, lalu dia mengatakan, “Saya memang membutuhkan publisitas, tetapi tidak untuk apa yang saya lakukan untuk kebaikan!”

“Saya perlu publisitas untuk buku saya, saya butuh publisitas untuk perkelahian saya, saya perlu publisitas untuk film saya, tetapi tidak untuk membantu orang,” katanya. (Intisari.grid.id)

Bagikan