Peta Demografi Mualaf Kalangan Tionghoa, Kenapa Mahasiswa Justru Dominan?
angkaberita.id – Jika dulu mualaf kalangan Tionghoa didominasi kaum Lansia, kini justru tak sedikit kalangan mahasiswa mendominasi peta demografi mualaf Tionghoa di Tanah Air. Begitu juga dengan kelas sosial di baliknya. Jika dulu, sebagian besar kalangan mapan tetapi sekarang justru kalangan usia produktif berlatar belakang kelas pekerja.
“Yang jadi mualaf (dari etnis China) itu kebanyakan kelas pekerja. Ada pengusaha, pengusaha besar ya, itu paling hanya satu dua (segelintir kecil),” kata Ali Karim, Ketua Yayasan Haji Karim Oei, seperti dikutip Republika, Jumat (12/2/2021). Karim menambahkan, kondisi itu tak berubah.
Ketua Masjid Lautze di Bandung, itu mengakui pertumbuhan populasi masyarakat Muslim Tionghoa terus meningkat dibandingkan 10 hingga 50 tahun silam. Di generasi ayahnya, Haji Karim Oei kurun 1905-1988, Ali mengungkapkan, penduduk muslim Tionghoa biasanya kaum Lansia.
Mereka lanjut Ali, sudah cukup kuat secara finansial dan kemudian mulai mencari-cari agama serta keyakinan yang mereka yakini dapat menemani akhir-akhir masa hidup mereka. Namun kini, kriteria muslim Tionghoa, termasuk mualaf justru didominasi kalangan usia pekerja dan mahasiswa. “Sekarang itu sudah banyak sekali mualaf dari kalangan mahasiswa, jadi banyak yang muda-muda justru yang jadi Islam,” kata Ali.
Pembina Masjid Lautze 2 Bandung, Hernawan Mahfudz mengatakan, di Bandung kalangan mualaf Tionghoa memang kebanyakan kalangan pekerja dan mahasiswa. Jumlah itu, kendati tidak tersedia angka pastinya namun menurut Hernawan, bertumbuh. Keterbukaan informasi, menurutnya, biang di balik kecenderungan itu.
“Kalau di Masjid Lautze Bandung, itu setiap pekan ada saja satu orang minimal yang minta dibimbing jadi mualaf,” kata Hernawan. Dalam hitungannya, setiap tahun rata-rata 52 mualaf diislamkan di Masjid Lautze. Meski dikenal wadahnya komunitas Muslim Tionghoa di Bandung, namun Hernawan menekankan relasi mereka dengan Tionghoa non muslim juga terjalin erat.
“Kalau secara akidah kan jelas kita masing-masing (dengan Cina non-Muslim), tapi kalau dari muamalah (perdagangan dan kerja sama) ya kita erat sekali. Kerja sama baksos (bakti sosial) juga sering kami lakukan,” kata Hernawan. (*)