Kulakan Emas Dan Logam Mulia Dari Indonesia, Cara Singapura Akali Resesi Ekonomi?
angkaberita.id – Singapura mengalami pertumbuhan minus selama dua triwulan berturut-turut. Pemerintahan Lee Hsien Loong resmi mengumumkan resesi ekonomi. Nyaris mandegnya perekonomian akibat pandemi COVID-19 di Negeri Singa berandil terhadap kondisi itu.
Selain prediksi sejumlah analis ekonomi, tanda-tanda ke situ sejatinya sudah terlihat dengan membanjirnya komoditas emas dan logam mulia ke Negeri Singa. Sinyal kian kuat setelah Singapura banyak kulakan emas dan logam mulia dari tanah air. Begitukah cara Singapura menghadapi resesi?
Selain mata uang dolar AS, emas merupakan cara aman menghindari resesi berujung tergerusnya pendapatan akibat berkurangnya pemasukan seiring mati surinya aktivitas perekonomian. Pandemi COVID-19 menjadi katalis Singapura berburu emas dan logam mulia sebagai safe haven kondisi krisis.
Laporan CNBC Indonesia mengutip paparan BPS mengonfirmasi kondisi itu. Suhariyanto, Kepala BPS Pusat mengatakan, nilai ekspor Indonesia ke Singapura pada Juni 2020 naik 137,3 juta dolar AS dibandingkan posisi Mei sebesar 468,7 juta dolar. Kenaikan terdongkrak tingginya permintaan emas dan logam mulia dari Singapura.
Kemudian jualan mesin dan perlengkapan listrik serta peralatan mekanis. “Tembaga juga masih meningkat. Angka (ekspor) ini akan oke pengaruhnya seberapa dalam, dan akan lihat ke depannya. Mudah-mudahan sinyal positif ekspor di Juni bisa terus berlanjut,” ujar Suhariyanto.
Keseluruhan nilai ekspor Indonesia ke Singapura mencapai 606 juta dolar AS. Ekspor emas dan logam mulia mencapai sepertiganya, setara 209,6 juta dolar AS. Mesin dan peralatan listrik menyumbang sebesar 121,97 juta dolar AS dan kontribusi ekspor peralatan mekanis ke kas negara sebesar 67,42 juta dolar. Barang dari besi dan baja membantu dengan jualan sebesar 10,77 juta dolar AS.
Dengan peningkatan itu, BPS menyebut perdagangan Juni 2020 terjadi surplus 1,27 miliar dolar AS, dengan laju impor sebesar 10,76 miliar dolar AS dibanding ekspor sebesar 12,03 miliar dolar AS. Tingginya permintaan emas dan logam mulia di Singapura seiring melesatnya harga emas di sana seiring tren serupa di sekujur dunia.
Selama pandemi COVID-19, harga emas di Singapura, seperti dilaporkan Strait Times, meningkat tajam kurun 9 tahun terakhir. Kabar baiknya, menurut analis di sana, kenaikan dan terus berjibunnya “cadangan” emas dan logam mulia itu merupakan modal menggenjot ekspor demi menekan perlambatan ekonomi.
Seperti diketahui, selama enam bulan terakhir Singapura mengalami kontraksi ekonomi. Pertumbuhan triwulan kedua 2020 menembus angka minus 12,6 persen, kian kencang dibanding triwulan pertama 2020. Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura, Selasa (14/7/2020) resmi mengumumkan angka pembacaan awal ekonomi periode April-Juni 2020.
Secara tahunan terjadi kontraksi sebesar minus 12,6 persen. Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura pada Selasa (14/7/2020) mengumumkan angka pembacaan awal ekonomi Negeri Singa pada April-Juni 2020. Secara kuartal, terjadi kontraksi minus 41,2 persen. Dengan perincian triwulan I 2020 terkontraksi minus 0,3 persen dibanding periode sebelumnya, dan minus 3,3 dibanding triwulan sebelumnya.
Tak hanya di Singapura, permintaan emas juga melesat di tanah air sehingga mengerek harga emas Antam mendekati angka Rp 1 juta per gramnya. Perdagangan Senin (13/7/2020), seperti dilaporkan Katadata, harga emas Antam diperdagangkan Rp 938.000 per gram, naik Rp 1000 dibanding harga terakhir pekan lalu.
Pelaku pasar khawatir prospek pemulihan ekonomi terhambat peningkatan kasus baru COVID-19 sehingga beralih ke emas sebagai instrumen lindung nilai, selain kulakan dolar AS meskipun Negeri Paman Sam tercatat masih merupakan zona merah pandemi COVID-19 di dunia, seperti juga DKI Jakarta dan Jawa Timur. Persoalannya, seperti Batam di Kepri, kedua provinsi itu merupakan pusat pertumbuhan ekonomi di tanah air. (*)