Berharap Pengurangan Pajak, Gaikindo Klaim PAD Provinsi Banyak Dari Jualan Mobil

penjualan mobil domestik bulan mei 2020 nyungsep hingga 95 persen. terburuk dalam kurun 20 tahun terakhir/foto ilustrasi via makassar.terkini.id

Berharap Pengurangan Pajak, Gaikindo Klaim PAD Provinsi Banyak Dari Jualan Mobil

angkaberita.id – Penjualan mobil domestik megap-megap terimbas pandemi COVID-19 selama dua bulan terakhir, Gaikindo meminta Pemda mengurangi pajak kendaraan demi merangsang konsumen membelanjakan duitnya.

Apalagi tak sedikit sumbangsih sektor otomotif bagi PAD daerah-daerah di tanah air. “Sebagian provinsi di Indonesia PAD mereka 65 persen berasal dari pajak kendaraan,” ungkap Kukuh Kumara, Sekjen Gaikindo seperti dikutip CNBC Indonesia di acara Squawk Box, Rabu (17/06/2020).

Sekadar informasi, Pemprov DKI Jakarta baru saja menaikkan pajak BBNKB menjadi 12,5 persen. Kenaikan disebut, sebagian, demi mengurangi kemacetan di Ibukota. Nah, Kukuh berpendapat, pengurangan pajak kendaraan itu lebih membantu Gaikindo dalam upayanya mendongkrak daya beli konsumen dibanding banjir diskon besar-besaran.

Selama pandemi COVID-10, Kukuh mengakui, eksesnya terasa betul di sektor otomotif mulai proses produksi hingga anjloknya penjualan. Dua bulan terakhir April-Mei 2020 volume transaski penjualan benar-benar di luar prediksi, bahkan dibandingkan periode tahun lalu anjlok hingga mendekati 100 persen. Per Mei, data Gaikindo, tercatat penjualan hanya sebanyak 3.551 unit.

Dibandingkan penjualan April, memang jeblok sebesar 54 persen. April 2020 penjualan sebanyak 7.868 unit, namun jika dibandingkan penjualan periode sama tahun lalu jebloknya tidak ketulungan. Mei 2019 penjualan sebanyak 84.367 unit. Gaikindo menurut Kukuh, telah berkirim surat ke sejumlah Pemda di tanah air demi menggairahkan sektor otomotif.

Gaikindo sebutnya, berharap Pemda dapat mengurangi pajak kendaraan saat ini sebesar 12,5 persen dalam jangka waktu tertentu. Insetif pajak itu, menurutnya lebih mengena. Jika industri otomotif memberikan diskon tapi tak ada insentif pajak, maka mereka tetap tak akan melakukan pembelian.

“Kalau didiskon maka akan ada kemampuan membeli, apalagi kalau ditambah penghapusan sementara jangka waktu tertentu progresif tax, mereka akan membeli. Ini akan jadi sentimen mereka untuk membeli kendaraan,” papar Kusuma dalam perspektif bisnis.

Selain insentif pajak, Gaikindo berharap relaksasi tarif listri dan gas serta penundaan pembayaraan PPN ekspor. Katanya, itu seperti memberikan kesempatan bernafas lebih panjang sektor otomotif, terutama eskportir mobil.

Gaikindo menyebut pengurangan pajak hingga 6 persen terbilang cukup. Karena, kondisi sekarang berbeda dengan jebloknya penjualan mobil di saat krisis keuangan 1998 atau dua dekade silam.

Saat itu, meski krisis namun tidak semua negara dunia krisis juga sehingga tidak terjadi gangguan rantau pasikan komponen keperluan produksi. Beda dengan sekarang saat pandemi menghajar sekujur dunia.

Katanya, industri otomotif banyak sekali industir penunjangnya. Bahkan, produksi kendaraan bermotor didukung ribuan pemasok. Nah, satu komponen terhambat produksi juga tak bisa dijalankan. Secara global, pasokan industri otomotif berasal dari banyak negara. Satu lockdown, tentu saja produksi terkait di negara lain terhambat.

“Pembeli juga tidak bisa datang ke diler karena tutup di masa PSBB,” urai Kukuh menggambarkan jejaring proses produksi satu kendaraan bermotor. Dengan kebijakan tatanan baru (new normal), Kukuh mempercayai hingga akhir tahun dapat terjual setidaknya 600 ribu unit.

Pasar tanah air juga masih menjanjikan dengan rasio kepemilikan kendaraan masih rendah sehingga sektor otomotif berpotensi tumbuh. “Kita memiliki kapasitas 2,5 juta unit untuk produksi, dan baru dimanfaatkan 1,3-1,4 juta. Jadi masih ada potensi untuk bisa dioptimalkan. Indonesia harapannya cepat recovery,” kata Kukuh. (*)

Bagikan