Kenapa Penduduk Negara-negara Dekat Kutub Utara Lebih Bahagia?

suasana rileks di stortorget, salah satu kawasan wisata dengan gedung kuno di swedia. dulu pernah menjadi saksi bisu pergolakkan politik swedia dengan denmark. swedia merupakan satu di antara sedikit negara paling ramah keluarga, bersama tetangga skandinavia-nya swedia selalu menjadi pemuncak daftar negara paling aman dan bahagia di dunia/foto Greg Balfour Evans / Alamy Stockphoto

Kenapa Penduduk Negara-negara Dekat Kutub Utara Lebih Bahagia?

angkaberita.id – Tak hanya diakui sebagai negara teraman di dunia, negara-negara di kawasan Nordik, sebagian mengenalnya sebagai Negara Skandinavia, juga menempati peringkat tertinggi dalam soal kesejahteraan sosial.

Berdasar kajian Institute for Economics and Peace, Eslandia merupakan negara teraman di dunia. Finlandia sebelumnya juga menjadi pemuncak daftar negara paling bahagia di dunia versi Perserikatan Bangsa Bangsa.

Indeks pengukuran bersandarkan pada kondisi kesejahteraan personal dan komunal seperti angka harapan hidup, keterikatan sosial, kepercayaan terhadap tata kelola kepemerintahan, tingginya pendapatan per kapita dan sikap penyantun.

Analisis terbaru, berdasar riset UNICEF terhadap sejumlah negara maju yang tergabung di OECD alias organisasi kerjasama pembangunan dan ekonomi (2016), mengungkapkan Swedia dan sejumlah negara Skandinavia lainnya menjadi paling ramah keluarga.

Indikatornya antara lain kebijakan jaminan cuti melahirkan, pengasuhan batita (bayi di bawah tiga tahun) dan pelayanan pengasuhan balita dari usia 3 tahun hingga usia sekolah. Swedia berdasarkan kajian UNICEF memiliki skor paling ramah. Menyusul kemudian Norwegia.

Portugal, Jerman dan Prancis menggenapi menjadi lima besar. Sedangkan negara kurang ramah keluarga, masih berdasar hasil kajian ini, ialah Swiss. Kemudian Yunani, Inggris, Irlandia dan Romania.

Sudah sejak lama, negara-negara di Skandinavia, persisnya Negara Nordik menjadi rujukan soal kesejahteraan sosial. Bahkan, Finlandia disebut memiliki sistem pendidikan paling bagus dan ramah anak.

Kendati konon, keberhasilan itu sejatinya hasil adopsi terhadap konsep pendidikan khas Ki Hajar Dewantoro, bapak pendidikan tanah air, dengan tiga prinsip pedagogiknya.

Selain ramah keluarga, negara-negara di kawasan Nordik juga relatif egaliter dalam relasi gendernya. Karenanya, di negara-negara ini mengenal istilah parental leave khusus kaum bapak saat istrinya melahirkan.

Si bapak boleh cuti dan tetap mendapatkan gaji dari pekerjaan. Konsep pencari nafkah (bread winnner) di sini juga tak sekaku di Korea Selatan dan sejumlah negara Asia lainnya.

Khusus kesetaraan gender, negara belahan bumi lainnya boleh iri ke Negeri Skandinavia dan sekitarnya. Di sini kaum perempuan berkarir hingga menjadi presiden dan perdana menteri, juga tak sedikit di sini mayoritas anggota kabinet seperti menteri justru diduduki kaum perempuan.

Tak heran, Geert Hofstede, antropolog Belanda melalui bukunya Culture’s Consequences, (1980) pernah menyebut Negara Skandinavia atau Negara Nordik merupakan representasi sempurna negara tipikal feminin.

Kontras dengan negara ‘maskulin’ seperti Jepang dan negara-negara dimana kaum perempuan lekat dengan peran belakang layar dan domestik. Konsep Nordic Welfare atau Scandinavian Welfare juga dipuji paling mendekati sempurna (Welfare Society), bahkan dibanding konsep serupa tetangga eropa kontinen

Bagi mereka, kesejahteran ialah dari ayunan hingga buyutan (cradle to grave generousity). Mereka menyebutnya masyarakat sejahtera lahir dan batin. (*)

Bagikan