angkaberita – Bupati Cen Sui Lan benar-benar memanfaatkan kunjungan kerja selama dua hari, Senin-Selasa (24-25/11/2025) ke Midai sebagai bekal mendorong pembangunan di Natuna. Terbukti, sehabius berkeliling di sana, dia sampai pada kesimpulan perlu mencetak sawah baru seluas 500 hektare di sana.
Selain kebutuhan warga, juga kepentingan ketahanan pangan di wilayah perbatasan. Tak hanya itu, Bupati Cen juga mendorong pelabuhan perintis di sana sbeagai pusat logistik di utara NKRI. Usulan cetak sawah dinilai bakal menentukan masa depan ketahanan pangan di pulau terluar jalur ALKI I.
Di tengah kemandirian pangan mulai tumbuh di Midai, Desa Air Putih dan Desa Gunung Sebelat, mengusulkan pembukaan sawah seluas 500 hektare. Bukan sekadar angka di peta, tetapi langkah nyata memutus ketergantungan pasokan dari luar, terutama dari Pemangkat yang selama ini mengirim bahan pokok dengan kapal kayu.
“Kalau airnya siap, petani siap menanam. Ketahanan pangan di Midai harus dimulai dari sumbernya,” tegas Bupati Cen. Di titik lahan sawah satu hektare yang akan dicetak lebih dulu, dia langsung menghubungi pejabat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PU.
Resep Kolaborasi
Responsnya cepat, jarang terjadi dalam birokrasi berlapis. Permintaan konkretnya, pembangunan irigasi primer dan teknis. Model yang dipakai adalah kolaborasi empat level pemerintahan. Yaitu, Pemerintah Desa penyediaan lahan, kelembagaan kelompok tani, pengelolaan awal.
Pemerintah kabupaten perencanaan teknis, pembinaan pertanian, jaringan distribusi air lokal. Pemerintah provinsi, dukungan alsintan untuk daerah terluar. Serta pemerintah pusat mencetak sawah baru, bibit unggul, penyuluhan, dan penguatan program ketahanan pangan nasional.
Pulau Midai merupakan salah satu wilayah yang paling rawan kelangkaan bahan pokok ketika musim utara datang. Tanpa Pelni atau Roro yang merapat, harga kebutuhan pokok langsung melambung.
Kapal kayu dari Pemangkat menjadi tumpuan utama masyarakat. Namun ketika cuaca buruk, akses pangan menjadi taruhan. Karena itu, ketahanan pangan mulai dari sawah, peternakan, hingga infrastruktur, menjadi isu mendesak bagi Midai.
Bupati Cen bersama Wabup, TP2D, dan anggota DPRD meninjau jalan lingkar Midai yang akan direvitalisasi. “Ini akses vital penghubung desa-desa, urat logistik distribusi pangan. Revitalisasinya harus cepat,” tegas Bupati cen.
Menurutnya, jalan lingkar bukan cuma lapisan aspal, tetapi faktor penentu fluktuasi biaya hidup warga pulau terluar. Perjalanan Cen Sui Lan berlanjut ke sisi Utara Midai menggunakan mobil ambulans menembus medan menanjak.
Di sana, abrasi laut mulai menggerus garis pantai. Bupati Natuna memastikan lokasi masuk prioritas program pengamanan pantai, mitigasi pesisir untuk menyelamatkan akses warga dan pemukiman di pulau kecil.
Pelabuhan Perintis
Kunjungan ditutup dengan peninjauan Pelabuhan Perintis, yang menjadi pusat harapan warga Midai karena setiap kapal yang merapat membawa bahan pokok.
“Pelabuhan ini dulu aspirasi kita di DPR RI. Ke depan, kita dorong agar menjadi pusat logistik di Natuna sebagai wilayah utara NKRI,” harap Bupati Cen.
Meskipun kini menjadi jalur singgah Roro dan Pelni, fasilitas pendukungnya belum lengkap. Tanpa pelengsengan dan turap, kapal Roro enggan merapat saat musim angin utara. Akibatnya, kapal Pelni sering hanya lego jangkar di tengah laut, dan kapal kayu harus menjemput penumpang serta logistik dalam kondisi berbahaya. Bagi Cen Sui Lan, Midai bukan pinggiran, melainkan beranda depan NKRI.
“Perbatasan bukan garis akhir. Perbatasan adalah garis mulai kita berdiri,” tutur Bupati Natuna. Kunjungan kerja intens sehari ini meninggalkan daftar pekerjaan besar yang akan dibawa Cen ke kementerian: irigasi, sawah baru, jalan lingkar, pengaman pantai, dan pelabuhan perintis. Semua mengarah pada satu tujuan: menjadikan Midai lebih mandiri dan kuat menghadapi musim utara yang makin ekstrem. (*)










