angkaberita – Teka-teki lokasi kilang minyak terbesar bakal dibangun dekat Batam, seperti dilontarkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, terjawab. Pemerintah lewat Danantara disebut-sebut akan membangun di Natuna, yakni kilang dan depot minyak sekaligus.
Keduanya, sebagai bagian dari 18 proyek prioritas hilirisasi, tersebar di sejumlah lokasi dengan nilai investasi gabungan, Rp 232 triliun dan serapan tenaga kerja sebanyak 50.960 orang, termasuk di Natuna.
Yakni (1) Proyek Oil Refinery alias kilang minyak, tersebar di Natuna dan Lhokseumawe. Kemudian di Sibolga, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung (Bali), Bima, Ende, Makassar.
Kemudian di Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, dan Fakfak. Nilai investasi Rp 160 triliun, dengan perkiraan serapan tenaga kerja sebanyak 44.000 orang. Selanjutnya (2) Proyek Oil Storage Tanks alias depot minyak tersebar di Natuna dan Lhokseumawe. Kemudian di Sibolga, Cilegon, Sukabumi, dan Semarang.
Lokasi lainnya, yakni Surabaya, Sampang, Pontianak Badung (Bali), Bima, Ende, Makassar, Dongala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara dan Fakfak. Nilai investasi Rp 72 triliun dan diperkirakan akan menyerap 6.960 tenaga kerja
Dua proyek energi di Natuna tadi, seperti CNBC Indonesia tulis, bagian dari 18 proyek hilirasi Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional serahkan ke Danantara. Menteri ESDM, Bahlil merupakan Ketua Satgas Hilirisasi.
Rosan mengatakan skenario investasinya dapat lewat BUMN, atau melalui Danantara, bahkan kombinasi keduanya. “Atau, kita tambahkan lagi, kita ajak juga dunia usaha lainnya,” beber Rosan. Sejak peluncuran beberapa bulan lalu, Danantara menjadi lengan investasi pemerintah.
Sektor Energi Mendominasi
Sebelumnya Menteri ESDM, Bahlil Lahadali mengungkapkan nilai investasi dari 18 proyek hilirisasi telah pra FS sebesar 38,6 miliar dolar AS, setara Rp 618,3 triliun. Tapi, belum termasuk proyek baterai kendaraan listrik barusan ground breaking di Karawang.
Dengan proyeksi serapan tenaga kerja sebanyak 276.636 orang, langsung maupun tidak langsung. Sedangkan 18 proyek tadi, 8 proyek di sektor mineral, 2 proyek energi internal, 3 proyek pertanian, 3 proyek lainnya di berbagai sektor.
“Kajian kami sudah melewati proses panjang, dari diskusi mendalam antar tim, melibatkan akademisi, melibatkan pemangku kepentingan lain, pengusaha kita undang, teknologi kita undang,” beber Menteri Bahlil, seperti suara.com tulis, pekan lalu.
Proyek Masa Depan
Sedangkan 18 proyek hilirisasi tersebar sebagai berikut:
- Industri Smelter Aluminium (bauksit) di Mempawah, Kalimantan Barat. Nilai investasi Rp 60 triliun dan diperkirakan akan menyerap 14.700 tenaga kerja.
- Industri DME (hilirisasi batu bara) di enam lokasi: Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali, dan Banyuasin. Nilai investasi Rp 164 triliun dan diperkirakan akan menyerap 34.800 tenaga kerja.
- Industri Aspal (aspal Buton) di Buton, Sulawesi Tenggara. Nilai investasi Rp 1,49 triliun dan diperkirakan akan menyerap 3.450 tenaga kerja.
- Industri Mangan Sulfat (mangan) di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Nilai investasi Rp 3,05 triliun dan diperkirakan akan menyerap 5.224 tenaga kerja.
- Industri Stainless Steel Slab (nikel) di Kawasan Industrial Morowali, Sulawesi Tengah. Nilai investasi Rp 38,4 triliun dan diperkirakan akan menyerap 12.000 tenaga kerja.
- Industri Copper Rod, Wire & Tube (Katoda tembaga) di Gresik, Jawa Timur. Nilai investasi Rp 19,2 triliun dan diperkirakan akan menyerap 9.700 tenaga kerja.
- Industri Besi Baja (Pasir besi) di Kabupaten Sarmi, Papua. Nilai investasi Rp 19 triliun dan diperkirakan akan menyerap 18.000 tenaga kerja.
- Industri Chemical Grade Alumina (bauksit) di Kendawangan, Kalimantan Barat. Nilai investasi Rp 17,3 triliun dan diperkirakan akan menyerap 7.100 tenaga kerja.
- Industri Oleoresins (Pala) di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Nilai investasi Rp 1,8 triliun dan diperkirakan akan menyerap 1.850 tenaga kerja.
- Industri Oleofood (Kelapa sawit) di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Timur (MBTK). Nilai investasi Rp 3 triliun dan diperkirakan akan menyerap 4.800 tenaga kerja.
- Industri nata de coco, medium-chain triglycerides (MCT), coconut flour, activated carbon (kelapa) di Kawasan Industri Tayan, Riau. Nilai investasi Rp 2,3 triliun dan diperkirakan akan menyerap 22.100 tenaga kerja.
- Industrial Chlor Alkali Plant (garam) di Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, Banten, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Nilai investasi Rp 16 triliun dan diperkirakan akan menyerap 33.000 tenaga kerja.
- Industri Fillet Tilapia (Ikan Tilapia) di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Nilai investasi Rp 1 triliun dan diperkirakan akan menyerap 27.600 tenaga kerja.
- Industri Carrageenan (Rumput Laut) di Kupang, NTT. Nilai investasi Rp 212 miliar dan diperkirakan akan menyerap 1.700 tenaga kerja.
- Oil Refinery di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung (Bali), Bima, Ende, Makassar, Dongala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, Fakfak. Nilai investasi Rp 160 triliun dan diperkirakan akan menyerap 44.000 tenaga kerja. (*)
- Oil Storage Tanks di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung (Bali), Bima, Ende, Makassar, Dongala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, Fakfak. Nilai investasi Rp 72 triliun dan diperkirakan akan menyerap 6.960 tenaga kerja.
- Modul Surya Terintegrasi (Bauksit dan Silika) di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah. Nilai investasi Rp 24 triliun dan diperkirakan akan menyerap 19.500 tenaga kerja.
- Industri Bioavtur (Used Cooking Oil) di KBN Maranda, Kawasan Industri Cikarang, dan Kawasan Industri Karawang. Nilai investasi Rp 16 triliun dan diperkirakan akan menyerap 10.152 tenaga kerja.
(*)