angkaberita – Chatib Basri, Menkeu di zaman Presiden SBY blak-blakan berkelakar bisnis paling menguntungkan di negeri ini ialah bisnis masalah. Terbukti, meskipun deregulasi telah dilakukan sejak tahun 1980-an, tapi hingga sekarang tak kelar-kelar.
Mengutip buku Sjahrir, masalah deregulasi demi mendorong ikhtiar kebijakan bukan uang. Sebaliknya, justru masalah menjadi uang di negeri ini. “Karena kalau birokrasi kehilangan kekuasaan, dia kehilangan uangnya,” kata Chatib di acara peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia, seperti Kumparan tulis, kemarin.
Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) menyentil penghambat deregulasi justru eksekutor regulasi. Yakni, birokrasi. Dia lantas mengutip pernyataan Sjahrir. “Di Indonesia uang enggak jadi masalah, tapi masalah jadi uang,” sebut Chatib.
Di lokasi sama, Luhut Panjaitan Ketua DEN menyebut kebijakan tarif dagang Presiden Trump ke Indonesia merupakan kesempatan membereskan masalah dikeluhkan Sjahrir, ekonomi kenamaan di Tanah Air.
Seperti impor, kebijakan kuota mendorong lahirnya korupsi. “Jadi itu sebenarnya harus dibersihkan,” tegas Luhut. Lewat deregulasi, Luhut meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia tembus 7-8 persen di tahun 2029-2030.
“Indonesia itu bagus kok, bahwa sekarang masih ada masalah. Kita tahu obatnya, deregulasi,” sebut dia. Yayasan Padi Kapas Indonesia akan membawa semangat pemikiran Sjahrir, yakni keadilan sosial, pembangunan manusia dan akal sehat. Di sini, Luhut menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan.
Pandu Sjahrir, CIO Danantara hadir. Pandu anak Sjahrir sekaligus keponakan Luhut. Kata dia, social justice masih relevan sekarang. Program Makan Bergizi Gratis dan Koperasi Merah Putih ikhtiar merealisasikan keadilan sosial itu. (*)