PalmCo, Ikhtiar Baru Menjadikan Sawit Andalan Ekonomi (Di Kepri)
angkaberita.id - Langkah Grup PTPN, perusahaan pelat merah di perkebunan, membentuk PalmCo mendapat pujian kalangan ekonom. Sebab akan membuat PTPN lebih fleksibel menggarap bisnis sawit sekaligus mengakomodasi kebijakan pemerintah.
Ekonom UGM, Fahmy Radhi memuji keputusan pemerintah lewat Kementerian BUMN dan PTPN Group tadi. Pendirian PalmCo menjadi subholding menyatukan pengelolaan bisnis sawit terpisah selama ini. Subholding bikin PTPN leluasa garap sawit pangan dan sawit buat energi.
PalmCo juga dapat mengurangi tekanan di industri sawit nasional, terutama menjawab kebijakan sawit sebagai soal pangan atau energi. Kata dia, kini terdapat tiga persoalan utama kebijakan sawit di Tanah Air.
Pertama, masalah kebijakan nasional menjadikan sawit apakah kebijakan pangan atau kebijakan energi. Karena kalau banyak disedot ke energi, potensi sawit menjadi minyak goereng berkurang. Sehingga harga naik, dan berpotensi jadi masalah di dalam negeri.
Belum lagi dampak turunan seperti koordinasi dengan Pertamina kalau menjadi sawit energi. Apalagi Pertamina belum memiliki teknologi mengolah sawit sepenuhnya menjadi BBM lewat biofuel. Kedua, harga sawit masih naik turun. Imbasnya, saat harga naik keinginan ekspor tinggi.
Sehingga harga dalam negeri melonjak, akibat pasokan berkurang. "Saya kira tantangan ini harus diantisipasi," saran Fahmy, seperti dilansir bisnis.com, Senin (25/12/2023). Ketiga, soal penolakan sejumlah negeri Uni Eropa terhadap ekspor sawit mendompleng isu lingkungan. Sehingga peluang ekspir terhambat.
Seperti diketahui, PTPN Group baru saja membentuk PalmCo gabungan unit bisnis sawit dari 13 PTPN per 1 Desember 2023. Pembentukan subholding tadi implementasi PSN dalam mewujudkan kemandiran, khususnya ketahanan pangan dan energi.
PalmCo akan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia secara luasan lahan. Yakni, mencapai 600 ribu hektare pada 2026 sekaligus menjadi pemain utama industri sawit. Target PalmCo mendukung hilirisasi komoditas sawit. Kemudian memastikan stok minyak sawit untuk industri dan rumah tangga di dalam negeri.
PalmCo juga mendukung ketahanan energi lewat energi baru terbarukan berbasis sawit. Khusus ketahanan pangan, PalmCo diharapkan menjadi stabilisator pasokan CPO nasional bagi industri minyak goreng dalam negeri. PTPN perkirakan poduksi minyak goreng mereka meningkat dari 460.000 ton per tahun di 2021 menjadi 1,8 juta ton per tahun di tahun 2026.
Tahun 2023, Pemko Tanjungpinang dapat dana bagi hasil (DBH) produksi sawit sebesar Rp 1,5 miliar. Pemko memanfaatkan membenahi infrastruktur berupa perbaikan jalan di perbatasan Tanjungpinang-Bintan. Di Kepri, industri sawit di Bintan, dengan pengelola PT Tirta Madu.
(*)