Krisis Energi, Singapura Terancam Byar Pet
angkaberita.id - Liberalisme sektor kelistrikan di Singapura memakan korban. Seiring tingginya permintaan gas bumi dan terbatasnya pasokan batu bara akibat pandemi COVID-19, dua pemain energi di Negeri Singa menyerah.
Keduanya tumbang, yakni Ohm Energy dan iSwitch. Keduanya menghentikan operasi akibat pasar listrik bergejolak. Ohm Energy akan memindahkan seluruh rekening pelanggan listrik mererka ke SP Group, PLN-nya Singapura. Sedangkan iSwitch akan berhenti melayani listrik pelanggan per 11 November mendatang, seperti dirilis situs resminya.
Otoritas Pasar Energi (EMA), seperti dilansir CNBC Indonesia, mengungkapkan pengecer listrik terdampak situasi "luar biasa" di sektor energi. Pasar grosir listrik mengalami ketakstabilan harga akibat tingginya permintaan dibanding pasokan, khususnya gas alam dan batu baru, dua bahan pembangkit listrik utama.
Seiring pembukaan ekonomi, meskipun kasus COVID-19 masih tinggi, Singapura melonjak permintaan listriknya, dengan beban puncak 7.667 megawatt pada 12 Oktober 2021 lalu. Sedangkan pasokan mengandalkan gas alam dari Natuna, Kepri dan Palembang, Sumsel. "Ada pembatasan gas alam perpipaan dari West Natuna dan rendahnya gas dipasokn dari Sumsel," dalih EMA, seperti dikuti Channel News Asia (CNA), Senin (18/10/2021).
Sejak 2018, Singapura meliberalkan sektor kelistrikan mereka, sehingga konsumen memiliki pilihan penyedia listrik dengan fleksibilitas tarif masing-masing. Lima puluh persen beralih ke OEM, meskipun setengah masih berlangganan ke PLN Singapura, SP Group. Analis Energi di Simpson Spence Young, James Whistler menyebut, lonjakan harga listrik menghapus margin pemain listrik retail.
Sehingga pemain listrik tanpa lindung nilai, terpaksa harus membeli energi listrik denga biaya lebih tinggi dibanding tarif dijual ke pelanggan. "Jelas ada kekurangan gas menyebabkan masalah, kapasitas pipa rendah dan pasokan LNG mungkin juga tidak masuk," kata James, seperti dikutip The Edge dari Bloomberg.
Kementerian Perdaganga dan Industri Singapura telah meminta warga berhemat di tengah kenaikan harga bahan baku listrik sejak awal Oktober. Listrik Singapura mengandalkan pasokan gas alam impor, terutama dari Indonesia.
(*)