Keletihan Pikir Bikin COVID-19 Melonjak Di Malaysia, Medsos Biangnya?
angkaberita.id – Malaysia terpaksa kembali me-lockdowm Kuala Lumpur secara terbatas, selama dua pekan mulai 7-20 Mei 2021, guna mengerem lonjakan kasus COVID-19. Kemenkes Malaysia mencatat 17 klaster baru di ibukota negara itu.
“Jumlah kasus hariannya semakin meningkat,” kata Menkes Malaysia, Ismail Sabri Yakoob, seperti dilansir Katadata, Jumat (7/5/2021). Seperti aturan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Tanah Air, kecuali urusan kerja dan kondisi darurat, aktivitas warga lainnya dibatasi.
Sejak April, Malaysia meningkat kasus COVID-19 menjadi 61.984 pasien, dengan 255 kematian. Sejumlah rumah sakit dikabarkan mulai kewalahan menangani pasien akibat keterbatasan tempat perawatan. Negara bagian kaya menjadi penyumbang terbesar kasus, seperti Selangor sebanyak 1.137 kasus.
Kemudian Kuala Lumpur sebanyak 477 kasus, dan Serawak 391 kasus. Sejak awal Mei, Malaysia mulai mengalami lonjakan kasus baru lebih dari tiga ribu kasus per hari. Dirjen Kesehatan Malaysia, Noor Hisham, seperti dikutip The Sun, menyebut keletihan pandemi (pandemic fatigue) menjadi biang lonjakan.
Sebab, seiring pelonggaran pembatasan sosial, justru protokol kesehatan terabaikan. Apa itu pandemic fatigue, atau sebagian lain menyebut pandemic burnout? Keletihan pandemi banyak faktornya, ibarat berjalan dalam lorong gelap tak berujung, warga tak sabar melihat akhir wabah dan akhirnya terbiasa dengan kondisi sehingga menjadikan kebiasaan.
Diyakini ada tiga faktor pemicu kondisi itu. Pertama, persepsi ancaman virus yang menurun ketika orang mulai terbiasa dengan keberadaannya. Pada saat yang sama, kerugian yang dirasakan akibat pembatasan gerak cenderung naik karena konsekuensi sosial dan ekonomi dalam jangka panjang.
Kedua, dorongan untuk menentukan nasib sendiri dan kebebasan karena pembatasan gerak terus berlanjut dalam waktu lama. Kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, keadaan pandemi menjadi terasa normal. Orang-orang mulai terbiasa, bahkan dengan ancaman yang ditimbulkan.
Perasaan berpuas diri ini dapat terjadi pada saat orang merasa lelah dengan pandemi. Nah, cara mengatasainya, pemerintah perlu pendekatan dan cara baru dalam kampanye protokol kesehatan. Sebab, keletihan pandemi menyerang psikologis warga. Nah, empat tips dapat dicoba, yakni renungkan dan terima kondisi pandemi.
Jika merasa lelah, jengkel, tidak sabar, cemas, dan stres, terimalah bahwa semua ini normal. Perasaan itu wajar di masa sulit dan Anda tidaksendirian. Banyak orang merasakan kondisi serupa.
Lalu rutin berlatih pernafasan sehingga mengurangi stres dan kecemasan. Setidaknya tiga kali sehari demi menekan munculnya kecemasan fisik dan psikis. Pulihkan energi dengan istirahat, seperti tidur cukup, dan sibukan dengan aktivitas sehingga Anda tetatp santai, tenang dan serasa menikmati hidup.
Terakhir, sekaligus terpenting, hindari doomscrolling alias kesukaan menelusuri media sosial terus menerus, teruma berita negatif pandemi Dalam jangka waktu lama, justru menimbulkan efek buruk secara psikis. Sebab jika keseringan, memicu kecemasan, meningaktan rasa takut dan ujungnya bikin lelah mental.
Meski tidak semudah membalikkan tangan, namun tak ada ruginya dicoba. Apalagi, jika pemerintah turun membantunya dengan menghadirkan ekosistem protokol kesehatan nyaman. Bukan sekadar larang dan melarang!
(*)