COVID-19 Di Kepri: Meraba Nasib Tenaga Medis Sehabis Lonjakan Klaster Pemprov
angkaberita.id – Melejitnya kasus COVID-19 di Kepri, khususnya di Tanjungpinang menyalakan lampu kuning kewaspadaan di kalangan tenaga medis. Apalagi sejumlah tenaga medis di dua rumah sakit di Tanjungpinang terjangkit virus corona, sehingga memaksa layanan IGD tutup sementara.
Jika merujuk data Ikatan Dokter Indonesia (IDI), jumlah kasus dokter meninggal akibat COVID-19 berbanding lurus dengan tingginya jumlah kasus infeksi virus corona. Kian banyak pasien COVID-19, semakin berisiko tenaga medis terjangkit COVID-19. Bahkan, tak sedikit di antara mereka meninggal, terutama di daerah epsisentrum.
Kondisi itu, untuk sebagian, akibat banyaknya pasien harus ditangani dengan kondisi jumlah tenaga medis terbatas. “Jumlah dokter yang relatif sedikit membuat beban pelayanan semakin tinggi,” ujar Halik Malik, Anggota Bidang Kesekretariatan, Protokoler Dan Kehumasan Pengurus Besar IDI, seperti dikutip Katadata, Sabtu (8/8/2020).
Banyak meninggalknya dokter akibat COVID-19 membuktikan tenaga medis bukannya steril dari infeksi virus corona. Di Kepri, seorang dokter juga meninggal akibat COVID-19 setelah menjalani perawatan di Batam. Data IDI, sejauh ini secara nasional, terdapat 74 dokter meninggal akibat COVID-19 maupun berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Rerata bertugas di Jakarta dan sekitarnya, Jawa Timur, Medan (Sumatera Utara), Makassar (Sulawesi Selatan) dan Banjarmasin (Kalimantan Selatan). Daerah-daerah itu dikenal sebagai episentrum pandemi COVID-19 di wilayahnya masing-masing. Meski demikian, IDI belum dapat menyimpulkan banyak dokter meninggal terkait faktor wilayah.
“Kami belum menganalisis lebih lanjut terkait faktor wilayah. Laporan yang ada setidaknya mewakili penyebaran virus corona,” kata Halil. Namun dia menjelaskan, berdasarkan data itu, domisili dokter meninggal sejalan dengan wilayah prioritas penanganan pandemi COVID-19.
“Itu tidak berbeda dengan delapan daerah prioritas penanganan COVID-19,” kata Halik. Dia menambahkan, kini hanya sekitar 200 ribu dari keseluruhan satu juta tenaga kesehatan yang aktif terlibat penanganann pandemi COVID-19 saat ini. “Mereka berisiko tertular virus corona,” kata Halik.
Berdasarkan data Amnesty Internasional Indonesia, terdapat 89 tenaga kesehatan di tanah air meninggal akibat COVID-19 per 13 Juli silam. Lalu bagaimana kondisi di Kepri?
Kendati termasuk terbaik rasio dokter dan ketersediaan tempat tidur rumah sakit dengan jumlah penduduk, melejitnya COVID-19 akibat klaster Pemprov Kepri membunyikan lonceng peringatan.
Soal klaster, sejauh ini belum ada keterangan resmi Satgas COVID-19 Kepri. Sehingga berbeda-beda penyebutannya. Namun demikian, terpenting menjaga protokol kesehatan selama masa adaptasi kebiasaan baru, termasuk di kalangan pejabat di Kepri.
Pengabaian protokol kesehatan berisiko membuat penularan COVID-19 meluas. Terbukti, kini Pemda di Kepri lintang pukang menerbitkan aturan protokol kesehatan secara lebih ketat menyusul terbitnya aturan serupa di level pusat melalui instruksi presiden, dibarengi dengan bergabungnya KSAD dalam Satgas COVID-19.
Tanjungpinang menjadi prioritas jika merujuk parameter laju insidensi. Karena dibanding Batam, jumlah penduduk di Batam jauh lebih sedikit. Sehingga laju insidensinya terbilang lebih tinggi dibanding Batam, episentrum COVID-19 di Kepri.
Namun, tak perlu panik menyikapi kondisi itu. Kuncinya, kondisi klinis pasien harus selalu dijaga dan dipastikan tidak terjadi klaster baru, dan selalu mematuhi protokol kesehatan. Pemda dapat aktif merangkul warganya dengan memberikan contoh nyata berupa keteladanan.
(*)