Boikot Produk Australia, Cara China Jawab Gertakan Presiden Donald Trump?

china menjawab gertakan perang dagang amerika serikat dengan memboikot ekspor produk australia. kenapa?/foto iStock via news.usc.edu

Boikot Produk Australia, Cara China Jawab Gertakan Presiden Donald Trump?

angkaberita.id – Kendati tercatat sebagai pemegang terbesar kedua surat utang (US Treasury) terbitan Amerika Serikat, China agaknya tak ingin frontal meladeni gertakan Amerika Serikat melalui Presiden Donald Trump akibat pandemi COVID-19, belum lama ini.

Rezim Xi Jinping agaknya lebih memilih “menghajar” Australia, sekutu dekat Amerika Serikat, sebagai cara meladeni gertakan Trump. China disebut tengah mempertimbangkan boikot produk ekspor andalan Negeri Kangguru itu, seperti daging sapi, gandung dan sejumlah produk kebutuhan sehari-hari lainnya.

Langkah itu, diyakini, sebagai respon Negeri Panda terhadap manuver Australia ikut-ikutan menggaungkan tuntutan penyelidikan kasus pandemi COVID-19 di dunia internasional. China menilai manuver Australia itu atas restu Amerika Serikat sebagai bentuk pengalihan kegagalan Trump menangani kasus COVID-19 di negaranya

Seperti dilansir CNBC Indonesia mengutip laporan Bloomberg dan The Print, China disebut menyusun draf penghambat masuknya impor komoditas Australia. Berdalih penyelidikan praktik anti dumping, draft itu disebut bakal mengenakan tarif tambahan terhadap produk ekspor Australia ke China.

“Media pemerintah juga bisa mendorong boikot konsumen,” tulis Bloomberg mengutip sumber dekat dengan rencana itu, Selasa (19/5/2020). China memilih itu lantaran Australia, didukung Amerika Serikat dan 101 negara lainnya, berencana menggelar penyelidikan independen internasional terhadap asal virus corona biang pandemi COVID-19.

Kendati mengancam melaporkan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Australia agaknya masih berusaha menahan diri. Kementerian Perdagangan Australia menolak mengomentari kabar itu.

Sebelumnya, China sudah menangguhkan impor daging dari empat pemasok utama dari Australia. Nilai transaksi empat pemasok itu setara 35 persen ekspor daging Australia ke China. Nilai ekspor daging sapi Australia per tahun ke China mencapai 1,1 miliar dolar Amerika.

Selain daging, China juga mengimpor komoditas seperti wol, gandum, batu bara, bijih besi dan gas. Kedekatan Australia dengan Amerika Serikat, meski pasang surut tergantung partai penguasa di negara masing-masing, namun keduanya terlibat aktif di aliansi kerjasama pertukaran data intelijen “The Five Eyes”.

Selain ancaman impor, China dikabarkan bakal memaksimalkan sektor pendidikan sebagai “sanksi” tambahan kepada Australia. Berdasar data, China merupakan eksportir mahasiswa dan pelajar ke berbagai belahan dunia, termasuk Australia.

Sekadar gambaran, tahun 2018 sektor pendidikan Australia, terutama dari mahasiswa asing, menyumbang 33,9 miliar dolar pemasukkan ke Negeri Kangguru. Dari 876.399 mahasiswa peserta perkuliahan tahun akademik 2018, sebanuak 693.750 berstatus mahasiswa asing.

China, India dan Nepal menjadi tiga besar pengirim mahasiswa asing, kalau ditambah Brazil dan Malaysia, kelimanya menyumbang 56 persen jumlah mahasiswa asing di Negeri Kangguru.

(*)

Bagikan