COVID-19 Bikin Trump Mati Angin, Pentagon Mendadak Jadi Tertutup

presiden amerika serikat donald trump/foto via youtube.com

COVID-19 Bikin Trump Mati Angin, Pentagon Mendadak Jadi Tertutup

angkaberita.id – Presiden Donald Trump mulai kesulitan tebar pesona, terutama membanggakan kebersilan ekonomi, enam bulan sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat pada November mendatang.

Pandemi COVID-19 benar-benar membuatnya kalang kabut. Bukan hanya memporak-porandakan perekonomian, terbukti lebih dari 3 juta pengangguran baru akibat babak belurnya perekonomian di sana, namun juga menghantui benteng militernya di berbagai lokasi konflik di sekujur dunia seiring kabar banyak terjangkitnya personel militernya di medan konflik.

Kondisi itu memaksa, seperti ditulis Tempo.co mengutip laporan ekslusif kantor berita Reuters, Pentagon alias Departemen Pertahanan Amerika Serikat mulai membatasi pengungkapan data sebaran infeksi COVID-19, terutama berjangkit di kalangan militer.

Pentagon berdalih, penutupan akses data demi kepentingan keamanan nasional lantaran data sebaran kasus COVID-19 dikhawatirkan menjadikan musuh Negeri Paman Sam di lokasi konflik berada di atas angin. “Kami akan berikan ke anda data agregat, namun tidak akan memberikan detil, informasi rinci soal dimana,” tegas Menteri Pertahanan, Mark Esper, Jumat (27/3/2020).

Berdasarkan riset Statista, militer Amerika Serikat bertebaran di berbagai sudut dunia, terutama di kawasan berpotensi konflik dan terjadi peperangan. Kendati berada di urutan ketiga dunia sebagai negara dengan jumlah pasukan terbanyak, setelah China dan India.

Namun hingga 2017, militer Amerika Serikat gabungan seluruh matra dan pengawal pantai, dapat dijumpai 170 negara di dunia. Bahkan, pasukan khususnya tersebar di 138 negara pada tahun 2016, setara 70 persen jumlah negara di dunia. Berdasarkan data 2019, seperti ditulis Statista, lebih dari 200 ribu personel militer bertugas di manca negara.

Dari jumlah sebanyak itu, lebih dari setengahnya berada di lima negara saja, dua negara di Asia dan tiga negara di Eropa. Jepang menjadi negara dengan sebaran terbanyak pasukan Amerika Serikat. Langkah drastis rezim Donald Trump menutup akses informasi kasus COVID-19 di lingkungan militer seiring melejitnya infeksi virus corona di negeri itu.

Laporan The Guardian mengungkap, kendati termasuk negara paling siap menghadapi pandemi global bersama Inggris, jumlah kasus infeksi di sana bahkan melampaui China, rival geopolitiknya di dunia, dan Italia episentrum COVID-19 di benua Eropa. Data Johns Hopkins University, kasus COVID-19 di Amerika Serikat sebanyak 82.404 orang, terbaru menjadi 85.612 kasus.

WHO sendiri sejatinya telah lama memprediksi Amerika Serikat bakal menjadi episentrum COVID-19, seiring tak serius pemerintah Donald Trump menangani kasus infeksi virus itu. Bahkan, di awal-awal Trump menyepelekannya. Belakangan setelah New York melambaikan bendera putih, Trump kelabakan. (*)

Bagikan