COVID-19: Jangkiti Pejabat Politik, Duel Strategi Mitigasi Barat Kontra Timur
angkaberita.id – Di mata COVID-19, pejabat politik di dunia bukanlah siapa-siapa. Kendati memiliki kekuasaan, mereka ternyata tak kuasa menghindari infeksi virus corona.
Setelah Italia, pejabat politik di sebagian negara dunia, terutama negara-negara maju seperti Prancis, Jerman, Australia hingga Amerika Serikat mulai terjangkit infeksi mematikan ini.
Bahkan, Presiden Donald Trump mulai kebat-kebit dengan serangan COVID-19 di negaranya. Fakta dirinya abai dengan sains dan tak suka kas negara dihabiskan buat pembayar pajak berubah 180 derajat.
Kini, dia mulai merelakan sumber daya negara demi membendung serangan virus yang telah berjangkit di 44 dari 50 negara bagiannya. Pendeknya, serangan COVID-19 benar-benar tak pandang bulu, dan tak membedakan spektrum ideologi pejabat politik.
Kini, secara sporadis, dengan kekuasaannya masing-masing, pejabat politik sekaligus pengambil keputusan di sejumlah negara-negara maju berpacu dengan waktu merancang dan mencoba strategi mitigasi COVID-19.
Saking sporadisnya, kini mencuat di publik analisa betapa diametralnya strategi mitigasi antara negara satu dengan negara lainnya, terutama hingga sejauh ini masih menjadi episentrum serangan COVID-19, yakni Italia dan Korea Selatan.
Harian Wall Street Journal di Amerika Serikat, bahkan mengungkap perbedaan strategi mitigasinya. Seoul tulisnya, lebih memilih pelacakan terduga (suspect) COVID-19 berdasarkan hasil tes secara massif terhadap warganya dibanding mengkarantina suatu kota secara berlebihan.
Sedangkan Roma, disebut sejauh ini masih percaya pada pendekatan karantina kota dan membatasi pergerakan warganya. Dan hanya melakukan tes terhadap warga dengan gejala COVID-19. Hasilnya? Seperti ditulis Aljazeera, kasus infeksi di Italia melesat, begitu juga dengan korban meninggal.
Korea Selatan, dengan rentan waktu hampir sama, laju pertambahan kasus infeksi barunya tak sebanyak Italia. Faktor pembedanya, boleh jadi fakta Italia negara menua akibat terus membengkaknya proporsi penduduk lansia ke atas di piramida penduduknya.
Bahkan, disebut inilah alasan di balik melejitnya korban meninggal setidaknya jika merujuk kesimpulan pemerintah China dalam laporan resminya soal COVID-19: Lansia dengan riwayat sakit bawaan seperti hipertensi cenderung berisiko tinggi, seperti dikutip Statista.
Secara matematik, sebaran virus dan kecepatan sebarannya juga dapat disimulasikan. Namun, belum banyak pihak menggunakan pendekatan ini lantaran habis waktu berjibaku menanggulangi pandemi.
Lalu strategi siapa bakal diadopsi pemerintah Indonesia? Jawabnya pemerintah tidak tinggal diam. Lewat Keppres No. 7 Tahun 2020, Presiden Jokowi menunjuk Doni Monardo, Kepala BNPB menjadi panglima memerangi pandemi COVID-19 di tanah air, dengan sumber daya pendukungnya.
Liburkan Sekolah
Secara berhati-hati, pemerintah mulai menempuh berbagai kebijakan membendung laju penyebaran pandemi COVID-19 alias virus corona di tanah air seiring meningkatnya kasus infeksi baru dan jumlah korban meninggal.
Kendati belum dilakukan karantina kota (city lockdown), pemerintah secara berjenjang di sejumlah lokasi mulai menerapkan langkah mitigasi. Selain menutup sejumlah lokasi publik, pemerintah terutama di Jakarta dan Solo mulai meliburkan kegiatan belajar mengajar.
Di Jakarta, Universitas Indonesia meliburkan kegiatan perkuliahan per 18 Maret 2020 hingga berakhirnya semester genap tahun ajaran 2019/2020. Di Solo, Pemko juga meliburkan seluruh sekolah selama dua pekan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang menyarankan pemerintah menempuh opsi pembendungan (containment) dengan meliburkan sekolah, membatalkan pertemuan publik dalam jumlah besar, dan menghindari perjalanan ke tempat umum.
Setidaknya ada 8 rekomendasi WHO ke pemerintah demi memitigasi penyebaran virus mematikan itu. Per 13 Maret 2020, seperti dilansir detikcom, kini terdapat 69 kasus positif COVID-19 di tanah air, dan 4 pasien di antaranya meninggal. Kabar baiknya, telah 5 pasien dinyatakan sembuh.
Secara global, pasien sembuh dari infeksi juga bertambah. Data terbaru, per 14 Maret 2020 pukul 01.20 GMT, terdapat 70.956 pasien sembuh, dengan total infeksi sebanyak 145.508 orang, tersebar di 145 negara, dengan jumlah korban meninggal sebanyak 5.420 jiwa.
Selain upaya pembendungan, pemerintah juga mulai memaksimalkan komunikasi publik demi menekan lahirnya kepanikan akibat kesimpangsiuran informasi di masyarakat.
Kemenkes secara khusus menginformasi perkembangan terbaru (update) dan menyediakan informasi panduan terkait hidup di musim pandemi COVID-19, termasuk protokol kesehatannya. Seluruh informasi dan panduan informatifnya dapat diakses dan dilihat di situs ini, kemenkes.go.id. (*)