Per Bulan Mafia Migas Kuras Rp 1 Triliun Duit Negara, Begini Cara Hitungnya

lantaran terus mengimpor, sektor bbm menjadi biang pemicu tingginya defisit transaksi berjalan di APBN. pemicunya, selain pasokan (lifting) terus menurun, juga tiadanya kilang stok cadangan di tanah air/foto pixabay via kumparan.com

Per Bulan Mafia Migas Kuras Rp 1 Triliun Duit Negara, Begini Cara Hitungnya

angkaberita.id – Kemarahan Presiden Jokowi atas keberadaan mafia migas belum reda. Tak hanya di Pertamina, disebut-sebut mafia migas ini berserak di banyak instansi lainnya, termasuk Kementerian ESDM, bahkan Kementerian Keuangan.

Target mereka, disebut-sebut, membuat negeri ini kecanduan impor, caranya termasuk dengan memperlambat rencana pembangunan kilang minyak. Lalu berapa rente yang didapatkan mafia migas dari impor migas itu?

Seperti ditulis CNBC Indonesia mengutip hitungan tim reformasi tata kelola migas sewaktu membongkar praktik mafia migas di 2014-2015 lalu di tubuh Petral, diketahui imporrir minyak itu bisa mendapatkan 1-5 dolar Amerika tiap barel minyak impor.

Jika dihitung, sehari Indonesia mengimpor sebanyak 800 ribu barel berupa produk BBM dan minyak mentah. Artinya, mafia migas itu mendapatkan 2,4 juta dolar Amerika per hari atau setara Rp 33,6 miliar per hari dari impor minyak Indonesia.

Nah, hitungan kasarnya, dalam sebulan mereka mendapatkan rente mencapai Rp 1 triliun. Anggota Tim Reformasi Dan Tata Kelola Migas 2014-2015, Fahmy Radhi menyebut pembangunan kilang RI selama ini terhalang ulah mafia migas.

Sehingga selama lebih 30 tahun tak satupun terbangun kilang. Karena tak ada stok cadangan, akibatnya Indonesia terus-terus impor. Dampaknya terjadi defisit neraca perdagangan, khususnya sektor migas.

“Mafia migas itu ada di mana-mana. Ada di Pertamina mungkin ada juga di Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, atau Kementerian Perekonomian yang mana mereka secara inheren bisa mempengaruhi kebijakan,” ungkap Fahmy, Rabu, (18/12/2019).

Dia mengungkap, instruksi presiden selama lima tahun tak pernah dijalankan soal kilang. Dia juga menemukan banyak intervensi impor BBM sehinhgga harganya jadi mahal. “Kami menengarai mengalir kemana-mana (rentenya) menyebabkan mereka sangat powerful sampai sekarang,” ungkapnya. (*)

Bagikan