Tanda-tanda Zaman, Kenapa Negara Maju Sekarang Ramai-ramai ‘Campakkan Dolar’?

banyak negara maju dunia sekarang mulai meninggalkan dolar sebagai alat transaksi perdagangan internasional seiring kebijakan unilateral menjadi-jadi di masa presiden donald trump, terutama setelah sanksi ke iran. setiap negara nekat berbisnis dengan iran terancam hukuman sanksi amerika serikat/foto via istockphoto.com

Tanda-tanda Zaman, Kenapa Negara Maju Sekarang Ramai-ramai ‘Campakkan Dolar’?

angkaberita.id – Sejumlah negara maju di dunia belakangan mulai meninggalkan mata uang dolar dalam cadangan devisa mereka. Kendati dolar masih diyakini sebagai aset investasi teraman di dunia, namun daya tariknya mulai meluntur. Kenapa?

Negara seperti Rusia, China dan Uni Eropa mulai ‘mencampakkan dolar’ sebagai alat pembayaran transaksi internasional. “Negara-negara paling berpengaruh (major movers) seperti China, Rusia dan Uni Eropa memiliki motivasi kuat melakukan dedolarisasi,” ungkap Anne Korin, Direktur Mitra Institute for Analysis of Global Security seperti dilansir CNBC Indonesia.

Namun petinggi di think tank kebijakan energi dan keamanan itu mengaku tak mengerti alasan di balik kecenderungan baru itu. “Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, yang kami tahu situasi saat ini tidak berkelanjutan. Ada klub negara-negara sangat kuat sedang berkembang,” jelasnya.

Keharusan tunduk pada yurisdiksi Amerika Serikat sewaktu bertransaksi dengan dolar diyakini satu di antara sekiat faktor pemicunya. Ketika dolar digunakan bertransaksi atau transaksi dilakukan melalui bank Amerika, disebut entitas yang bertransaksi harus tunduk pada yurisdiksi Amerika Serikat.

“Bahkan meskipun transaksi itu tidak ada hubungannya dengan AS,” sebut Korin kepada “Squawk Box” CNBC International. Korin menambahkan, mundurnya Amerika Serikat secara sepihak dari perjanjian nuklir dengan Iran pada 2018 lalu diyakini sebagai contoh, termasuk kebijakan lanjutan Amerika Serikat mengelurkan sanksi kepada Iran.

Kebijakan unilateral itu diyakini menjadi pemicu lainnya. Apalagi belakangan sanksi itu juga merembet ke negara lain karena Amerika Serikat mengancam menindak negara manapun yang nekat bertransaksi dengan Iran.

Situasi itu membuat perusahaan multinasional Uni Eropa rentan terhadap sanksi dan hukuman dari Amerika Serikat lantaran berbisnis dengan Iran. “Negara (Uni Eropa) itu tidak ingin tunduk pada hukum Amerika Serikat saat berbisnis dengan Iran,” jelas Korin.

Mengantisipasinya, kini negara itu mengurangi ketergantungan menggunakan dolar. Kabar buruknya, jika banyak negara menjual dolar dengan sendirinya nilainya akan melemah. “Ini dapat mempengaruhi mata uang negara lainnya, terutama Yuan China,” jelasnya.

(*)

Bagikan