Cuaca Ekstrem Global: Indonesia-Singapura Senasib, Kering, Panas dan Ekstrem!

ancaman cuaca ekstrem akibat perubahan iklim global bakal merata di sekujur bumi, termasuk di kawasan asia tenggar. sebuah studi di swiss memperkirakan Jakarta, Singapura dan ibukota negara di Asean bakal lebih kering, panas dan ekstrem pada tahun 2050 akibat perubahan iklim/foto via kumparan.com

Cuaca Ekstrem Global: Indonesia-Singapura Senasib, Kering, Panas dan Ekstrem!

angkaberita.id – Meskipun Donald Trump, Presiden Amerika Serikat dan pendukungnya menyangkal perubahan iklim global, namun perlahan tapi pasti dunia tengah menuju fase paling ekstrem, setidaknya soal perubahan cuaca.

Bahkan, suatu studi terbaru seperti dilansir Statista, mengungkapkan sejumlah kota besar di dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Jakarta, Kuala Lumpur dan Manila tengah menghadapi ancaman kekeringan panjang dan cuaca ekstrem.

Studi itu menulis, cuaca dunia kian panas dan kering. Tahun 2050, diperkirakan kondisi ekstrem itu bakal menjadi keseharian dunia, termasuk di Jakarta, jantung ibukota tanah air.

Dalam simpulannya, studi itu membangi kondisi ekstrem dalam tiga kategori, yakni cuaca kering, suhu panas serta cuaca kering dan suhu panas. Saat ini saja, sejumlah belahan dunia telah kalang kabut menghadapi ancaman gelombang panas.

Sehingga pemakaian mesin penyejuk ruangan, bahkan di negara empat musim menjadi sangat gila-gilaan demi ngadem dari cuaca terik dan kering tadi. Peneliti Departemen Ilmu Sistem Lingkungan di Zurich, Swiss memperkirakan kondisi ekstrem itu bakal menghantui 22 persen dari 500 kota besar di dunia.

(Baca: Kenapa Perubahan Iklim Bikin Sektor Pariwisata Babak Belur?)

Kota besar di Asia Tenggara, tulisnya akan mengalami cuaca panas yang brutal, lengkap dengan musim kering panjang akibat menurunnya curah hujan saat itu. Kondisi sebaliknya, diperkirakan juga bakal terjadi di belahan dunia lainnya, justru karena tingginya curah hujan akibat cuaca ekstrem.

Kota Manila semisal, pada tahun 2050 diperkirakan cuacanya bakal 4 derajat celcius lebih panas dibanding suhu rata-rata saat musim panas biasanya.

Pada saat sama, curah hujannya justru turun 8 persen dibanding rata-rata curah hujan tahunan. Begitu juga dengan Rangoon, ibukota Myanmar. Suhi di musim panas bakal 6 derajat lebih panas dibanding kondisi normal, curah hujannya juga menipis 6,5 persen dibanding kondisi rata-rata setiap tahunnya.

(Baca: Bukan Timur Tengah, Negara Keranjingan Pakai AC Justru Amerika: Indonesia 10 Besar Dunia)

Bagaimana dengan Jakarta? Mungkin saja tahun itu, bukan lagi ibukota Indonesia seiring menguatnya rencana pemindahan ibukota ke Kalimantan. Namun, studi itu mengungkapkan, Jakarta cuacanya bakal lebih panas dibanding kondisi sekarang.

Suhunya diperkirakan 3 derajat celcius lebih panas dibanding suhu rata-rata sekarang. Begitu juga dengan curah hujannya, menurun 199 mm/tahun. Pendeknya, Jakarta 30 tahun mendatang bakal lebih panas, kering dan ekstrem. (*)

Bagikan