Ketimbang Pipa Gas Nganggur, Kilang Batam Suling Impor Minyak Mentah Dari Singapura?

angkaberita -  Rencana pemerintah membangun kilang BBM terbesar di Batam kian pasti, meskipun bergeser lokasinya ke Pulau Pemping. Selain dekat Pulau Nipah, di Pemping juga telah terbangun jaringan pipa gas dari Natuna ke Singapura keperluan ekspor. Singapura lokasi penyulingan BBM terbesar di Asia Tenggara sekaligus tujuan impor crude oil alias minyak mentah.

Wakil Menteri ESDM, seperti tulis bloomberg technoz kemarin, mengungkapkan kilang BBM terbesar di Pulau Pemping. Sedangkan Pulau Nipah menjadi lokasi depot penyimpanan minyak, termasuk hasil impor, keperluan penyulingan di Pulau Pemping nantinya. Pulau Pemping, Pulau Nipah dan Pulau Sambu menjadi segitiga rantai pasok kebutuhan BBM di Tanah Air.

“(Proyek kilang berkapasitas 500 ribu bph) itu rencananya di Pemping, dekat Batam,” ungkap Yuliot Tanjung, Wakil Menteri ESDM. Sedangkan Pulau Nipah menjadi lokasi penyimpanan (crude storage) cadangan minyak dengan kapasitas 1 juta bph. Pemping dan Nipah bakal menjadi lokasi eksekusi Cadangan Penyangga Energi (CPE) sesuai Perpres No. 96/2024.

Karena berdekat, kata Yuliot, keduanya menjadi satu ekosistem. Dia menegaskan, kendati pemerintah berencana membangun kilang BBM di Batam, tapi tidak membatalkan proyek Grass Root Refinery (GRR) alias Kilang Tuban. Kini tengah menunggu kata putus alias FID dari Rosneft Singapore Pte Ltd, selaku investor.

Baca juga :  Integrasi NIK Dan NPWP, Punya NIK Tak Otomatis Harus Bayar Pajak!

Proyek di Batam dan Tuban tadi masuk 21 proyek hilirisasi tahap pertama dengan investasi 40 miliar dolar AS, setara Rp 659,2 bersumber pembiayaan Danantara. Kata Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, kilang di Batam demi mendorong ketahanan energi. Perintah Perpres, ketahanan energi berupa cadangan crude storage setara 30 hari, sekarang baru terpenuhi 21 hari.

Plh Dirjen Migas, Tri Winarno memastikan kilang dan crude storage, masing-masing, berkapasitas 500 ribu dan 1 juta barel per hari. Simpanan crude oil kemungkinan bersumber dari impor. Sebab, realisasi lifting migas tahun 2024 sebesar 579.700 bph, kurang dari target 635.000 bph. Sumur minyak di Rokan, Riau dan Natuna, Kepri, menjadi sumber lifting bersama lokasi lain di Tanah Air.

Ekspor Gas Berakhir

Tahun 2028, ekspor gas alam dari Natuna ke Singapura berakhir. Pemerintah lewat Kementerian ESDM memutuskan mengalirkan ke Sumatera dan Jawa lewat pipa interkoneksi tengah pembangunan demi kepentingan hilirisasi industri dan kawasan industri di Tanah Air. Oktober tahun lalu, PT TGI selaku penyedia pipa jaringan turun ke Pemping, dan bersiap menuntaskan proyek jaringan pipa interkoneksi di Jawa lewat Sumatera, termasuk mengalirkan gas keperluan industri di Rempang, Batam.

Baca juga :  Tahun Pilkades: Pengacara Atau Kades, Siapa Lebih Banyak Di Kepri?

Dengan skenario tadi, jaringan pipa dari Pemping ke Natuna kemungkinan menjadi pilihan jalur pengaliran minyak mentah impor dari Singapura sebelum diolah menjadi BBM di kilang Pulau Pemping, dengan lebih dulu ke crude storage di Pulau Nipah. Dugaan skenarionya, setelah tersimpan di Pulau Nipah, lanjut penyulingan di Pulau Pemping dan Sei Pakning, Riau.

Selanjutnya produk petrokimia hasil penyulingan enyulingan kedua kilang tadi, seperti premiun, kerosin, solar dan sejenisnya berlanjut pengiriman ke Terminal BBM di Tanjung Uban di Bintan, termasuk keperluan BBM Satu Harga di Natuna dan sekitarnya. Lokasi lainnya di Jakarta dan Semarang, termasuk blending menjadi produk BBM lainnya. Di Kepri, selain Tanjung Uban, Terminal BBM terdapat di Pulau Sambu, Batam.

(*)

Bagikan